Marketing Strategy zkumparan

GoPay, Empat Strategi Cengkeram Pasar

GoPay, Empat Strategi Cengkeram Pasar
Budi Gandasoebrata, Managing Director GoPay.

Di antara para pelaku uang elektronik di Tanah Air, GoPay bisa dikatakan pemain yang sangat disegani. Hal ini tak lepas dari “pernikahan” induknya, Gojek, dengan raja e-commerce, Tokopedia, yang kemudian bersalin nama menjadi GoTo. GoPay tak ubahnya seorang anak yang orang tuanya kaya raya, lalu menikah dengan sesama orang kaya. Beragam fasilitas dan privilese berpotensi dimilikinya.

Begitulah ilustrasi tentang GoPay. Ia langsung masuk dalam keluarga GoTo yang ekosistemnya bisa dikatakan begitu kaya akan layanan yang beragam. Realisasi privilese ini pun sudah tampak pada 14 Oktober 2021: GoPay resmi tertanam pada aplikasi Tokopedia.

Masuknya GoPay di Tokopedia bukan hanya menggusur Ovo yang selama ini menjadi dompet resmi Tokopedia, tapi juga memperkuat GoPayLater yang telah hadir lebih dulu di marketplace tersebut. “Hadirnya kami sebagai pilihan pembayaran di Tokopedia merupakan perluasan manfaat bagi GoPay yang telah diandalkan jutaan masyarakat Indonesia untuk bertransaksi sehari-hari, termasuk belanja online,” papar Fibriyani Elastri, Chief Marketing Officer GoPay, dalam siaran persnya (14 Oktober 2021).

Dalam keluarga besar GoTo, GoPay dan GoPayLater adalah anggota keluarga GoTo Financial. Selama ini, boleh jadi ketika bicara GoTo, orang hanya familier dengan GoFood, GoRide, GoCar, GoSend, GoMart, serta Tokopedia, tentunya.

Namun, bicara GoTo Financial, sejatinya bukan hanya GoPay dan GoPayLater. Mereka punya solusi yang lebih komplet, antara lain Midtrans (payment gateway), Moka dan GoBiz Plus (jaringan point of sales), serta platform GoBiz dan Selly untuk meningkatkan efisiensi usaha secara daring (online).

Dilihat dari sepak terjangnya, SWA menilai langkah GoPay untuk mengembangkan diri bertumpu pada empat strategi. Pertama, masuk serta mengembangkan diri dalam ekosistem GoTo. Kedua, melakukan inovasi produk dan layanan. Ketiga, berkolaborasi dengan mitra yang bisa memperkuat layanan. Keempat, menunggangi gelombang disrupsi digital dan pergeseran kebiasaan (habit), khususnya generasi milenial, baik di ranah e-commerce, games, e-sport, maupun entertainment.

Mari kita lihat lebih dekat. Pada strategi yang pertama, setelah ditanamkan di Tokopedia, dalam waktu dekat, GoPay akan masuk ke bank digital dalam lingkungan ekosistem GoTo. “GoPay juga terus mengembangkan layanan jasa keuangan lewat integrasi dengan Bank Jago untuk memberikan akses perbankan digital di dalam aplikasi Gojek,” ungkap Budi Gandasoebrata, Managing Director GoPay, dalam jawaban tertulisnya. Bank Jago, seperti diketahui luas, dimiliki Gojek.

Kemudian, pada strategi kedua, setelah mergernya Gojek dengan Tokopedia, GoPay langsung ngegas untuk memperluas fungsi serta pemanfaatannya agar dapat membantu pengguna mengatur keuangannya lebih baik. Sederet layanan digelarnya. Antara lain, produk investasi (GoInvestasi), yang memungkinkan masyarakat memilih produk investasi sesuai dengan profil risiko masing-masing, dan pembelian asuransi mikro lewat GoSure.

Begitu pun strategi ketiga, sisi kolaborasi juga diperkuat. Pada aplikasi Bibit (broker investasi online), misalnya, agar dapat membantu investor rutin berinvestasi, dibuat fitur GoPay AutoPay.

Hal yang sama diterapkan di IndoGold, platform investasi emas online berbasis aplikasi. Di sini, pilihan akun pendebitan pada fitur auto debit telah ditambah dengan GoPay. Melalui fitur ini, IndoGold mengajak pengguna rutin berinvestasi emas dengan menjadwalkan pembelian emas secara otomatis lewat pemotongan saldo GoPay miliknya.

“Kami harap dengan hadirnya fitur ini masyarakat dapat semakin merasakan kepraktisan dalam melakukan investasi di tengah kesibukan masing-masing, sambil membangun kebiasaan investasi demi perencanaan keuangan yang lebih baik,” kata Budi.

Langkah-langkah di atas, dia menambahkan, merupakan perwujudan dari fokus GoPay saat ini. Yakni, terus mengembangkan pembayaran digital yang tidak hanya dapat dipakai untuk pembayaran sehari-hari, tapi juga memberikan dampak sosial serta akses layanan keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

“Kami terus meningkatkan penetrasi layanan keuangan digital, untuk konsumen dan mitra UMKM di seluruh Indonesia, dengan menggandeng seluruh ekosistem GoTo untuk memastikan rekan usaha, terutama mitra UMKM, bisa beradaptasi dan tumbuh lewat transaksi nontunai,” Budi menjelaskan.

Dalam konteks strategi ketiga (kolaborasi), GoPay memang tak hanya menempatkan fitur auto debit pada aplikasi milik mitra. GoPay pun terus mengupayakan serta membantu mitra usaha untuk go digital. Selain itu, juga aktif mendukung program QRIS sebanyak 12 juta merchant dari Bank Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari ekosistem yang tengah dibuat serta diperkokoh oleh GoTo Financial.

Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020, jumlah mitra usaha GoTo Financial meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi. Total transaksi pun melonjak, hingga hampir enam kali lipat.

Baru-baru ini mereka juga memperkenalkan solusi terbaru untuk pengembangan kompetensi UMKM non-kuliner, yaitu Komunitas Retail GoTo Financial (KONTAG). Inisiatif ini ditujukan khusus kepada mitra usaha kecil-menengah dari beragam industri, mulai dari fashion, handicraft, jasa kecantikan, hingga pedagang eceran.

KONTAG menaungi mitra usaha gabungan Moka, GoStore, Midtrans, Selly, GoSend, dan GoShop. Komunitas ini sendiri merupakan bagian dari inisiatif Akademi Mitra Usaha (KAMUS) milik Gojek yang telah melatih lebih dari 50 ribu UMKM di seluruh Indonesia selama 2021.

Adapun pada strategi keempat, GoPay berupaya menjadi alat pembayaran utama di tengah tren yang berkembang serta pergeseran kebiasaan masyarakat, khususnya kaum milenial. Seperti diketahui, digitalisasi telah merambah beragam aspek, termasuk music & movie streaming (dunia hiburan). Konkretnya, setelah hadir sebagai alat pembayaran di Google Play Store, YouTube Premium, dan YouTube Music, GoPay juga resmi menjadi opsi alat pembayaran di Apple Store, Spotify, Disney+ Hotstar, serta Netflix.

Berbekal strategi di atas, tak mengherankan, pertumbuhan transaksi lewat GoPay terus membengkak. “Kenaikan jumlah transaksi GoPay di ranah e-commerce, games, dan entertainment sebesar 2,5 kali lipat. Diprediksi kenaikan tersebut masih terus berlangsung ke depan melihat pergeseran konsumsi konten hiburan yang terus mengarah ke digital,” ungkap Budi. Adapun nilai transaksi GoPay untuk produk investasi, katanya, naik hampir tujuh kali lipat.

Pencapaian ini tentunya tak boleh membuat GoPay terlena. Maklum, pasar keuangan digital terus membesar membuat pemain sejenis dan kekuatan ekonomi lama, seperti perbankan, ingin mencicipinya juga. Mereka pasti beradu layanan dan strategi, sekaligus membuat ekosistem yang memberikan kemudahan serta pengalaman transaksi keuangan yang murah, mudah, dan seamless. (*)

Teguh S. Pambudi dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved