Management Strategy

Green Business ala The Body Shop Indonesia

Green Business ala The Body Shop Indonesia

Green business bukan hal yang baru bagi bisnis kecantikan milik Anita Roddick ini. Sejak didirikan tahun 1976, sang pemilik yang seorang aktivis sudah berpikir lebih maju dalam menjalankan bisnis global yang berkelanjutan. Sebagai contoh pengelolaan botol kosong (Bring Back Our Bottle/BBOB) produk The Body Shop yang diterima dari customer, dengan membangun kemitraan bersama komunitas lokal yang memiliki program pemanfaatan plastik untuk didaur ulang.

Saat ini The Body Shop Indonesia fokus mengelola BBOB di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Bali, serta bekerja sama dengan Waste4Change, Pundi Sampah, Komunitas Nol Sampah, dan EcoBali Recycling. Hingga tahun ini sudah sekitar 1.133.620 botol kosong yang dikembalikkan dari total produk jual atau 17,3 persen.

Produk kecantikan yang berpusat di Watersmead, Littlehampton, Inggris, ini pun menerapkan cara berkomunikasi dengan pelanggan yang unik. Komunikasi yang disampaikan sama sekali tak pernah bersentuhan dengan produknya. Brand ingin menjalankan bisnis yang membuat orang merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Pada tahun 1995, toko-toko The Body Shop di Inggris melakukan What Women Want dan menerima 14 ribu respon dalam waktu tiga bulan. Hal ini meningkatkan kesadaran serta kampanye akan isu-isu tentang perempuan secara masif.

Aryo Widiwardhono (CEO The Body Shop Indonesia), Chiki Fawzi, Diela Maharani, Talita Maranila (Mural Artist), Andien(Penyanyi), Suzy Hutomo (Ex. Chairwoman The Body Shop Indonesia), Rika Anggraini (GM Corp Comm)

Aryo Widiwardhono (CEO The Body Shop Indonesia), Chiki Fawzi, Diela Maharani, Talita Maranila (Mural Artist), Andien(Penyanyi), Suzy Hutomo (Ex. Chairwoman The Body Shop Indonesia), Rika Anggraini (GM Corp Comm)

Sebagai bagian dari nilai self esteem, setiap poster yang ditampilkan di toko dan website diproduksi dengan ketentuan yaitu tidak mengganti ukuran atau bentuk tubuh model, tidak menggunakan model bertubuh kurus yang tidak alami, dan hanya melakukan sedikit penyesuaian pada warna. Selain itu, The Body Shop menggulirkan bisnisnya dengan prinsip against animal testing, support community trade, defend human right dan protect our planet.

Nilai-nilai tersebut mempengaruhi bisnis mulai dari perkembangan produk hingga rantai pasokan. Dimulai tahun 2016 ini, The Body Shop mengubah pendekatan nilai-nilai tersebut menjadi 3 pilar yang fokus pada Enrich Our People, Enrich Our Products, dan Enrich Our Planet. Campaign ini me-refresh misi The Body Shop dan memperkuat lagi mengenai people, planet, dan product. Komitmen terhadap 3 pilar tersebut dibuat tidak hanya untuk jangka pendek tetapi menjadi bagian dari target jangka panjang The Body Shop pada tahun 2020.

Dari tiga pilar tersebut kemudian diturunkan menjadi beberapa program jangka panjang, seperti memperbesar program community fair trade dari 19 menjadi 40 bahan utama dan meningkatkan kualitas hidup dari komunitas yang menghasilkan, membantu 40 ribu orang untuk mendapat kesempatan kerja (Enrich Our People).

Kedua, memastikan 100 persen bahan alami berasal dari sumber yang lestari, mempublikasikan bahan yang digunakan baik yang alami dan non alami dan publikasi biodegradasi serta jumlah air yang digunakan dalam produ (Enrich Our Products). Serta program Enrich Our Planet yaitu memastikan 70 % dari total kemasan tidak mengandung bahan bakar fosil, mengurangi konsumsi energi sebesar 10 persen di semua toko, dll.

“Kami juga ingin membuat perubahan misalnya pada kemasan produk kami yang biasanya dari plastik yang dapat di recycle. Tapi saat ini teknologi semakin maju, sehingga kami cari inovasi baru yaitu plastik diganti kemasan dari gas metan, yang diperoleh dari peternakan sapi yang akan kami olah sebuah kemasan untuk body care. Tahun ini sedang proses. Tahun depan launch,” ujar Suzy Hutomo, Executive Chairwoman The Body Shop Indonesia.

Memasuki usianya yang ke-40, setelah sukses dengan 142 tokonya di Indonesia, The Body Shop Indonesia akan membuka 19 toko baru di Indonesia Timur seperti Kupang, Lombok, dll. Menurutnya, di secondary city tersebut sedang berkembang, begitu juga dengan jumlah kelas menengah. Selain itu, tahun 2016 menargetkan penjualan naik sekitar 15 sampai 20 persen dibandingkan dengan realisasi penjualan tahun 2015.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved