Strategy zkumparan

Jurus Bertahan Centre Park di Tengah Pandemi

Di era disrupsi ini ditandai dengan banyak perubahan pada berbagai sektor industri, termasuk perparkiran. Tren digitalisasi terus berkembang. Digitalisasi yang digaungkan sejak lama, makin mendesak kebutuhannya ketika pandemi Covid-19 menerpa dunia. Dan di Indonesia diumumkan resmi oleh Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2020, virus Covid-19 kian menyebar.

Secara bertahap Covid-19 memukul kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya bidang kesehatan yang terancam, tapi juga sosial ekonomi. Akibatnya, jika hingga Kuartal III/2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus, maka terancam masuk jurang resesi.

Melambatnya perekenomian nasional mulai terasa pada April 2020. Apalagi setelah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa tahap, sehingga pelaku industri mulai resah. Akibatnya, pada bulan Juni-Juli banyak toko tutup, pabrik merumahkan karyawan dan perkantoran gulung tikar. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ada di mana-mana. Covid-19 tidak pandang bulu menghajar bisnis apa saja.

“Bisnis kami juga terdampak pandemi Covid-19. Pada bulan Maret 2020, pendapatan Centre Park langsung drop. Penurunan yang paling parah terjadi pada lahan parkir di airport, pelabuhan, mal dan hotel,” ungkap Charles R. Oentomo, Presiden Direktur PT Centrepark Citra Corpora (Centre Park) di kantor barunya di Treasury Tower SCBD, Jakarta Selatan, pekan ini.

Tingkat keterisian (okupansi) lahan parkir Centre Park merosot tajam sekitar 20% per Maret jika dibandingkan Februari 2020. Lalu, bulan April, omzet makin anjlok hingga 65%.

Kabar baiknya, pada Juni okupansi meningkat 10% setelah diberlakukan New Normal. Selanjutnya, Juli tumbuh 25%. “Jadi, kalau dihitung dari awal Maret, April, Juni, Juli, bisnis Centre Park itu drop30%,” ujar Charles menegaskan.

Charles mengungkapkan, lahan parkir Centre Park yang sustain okupansinya adalah di kawasan apartemen dan komersial seperti ruko. Hal ini berlaku hampir di semua cabang Centre Park, baik di Jakarta maupun daerah-daerah lain di Indonesia.

Lahan parkir yang dikelola Centre Park ada di 150 proyek properti di wilayah Jabodetabek, serta daerah lainnya. Ada di Surabaya, Malang, Banyuwangi, Aceh, Medan, Pekanbaru Bengkulu, Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Palangkaraya, Makassar, Manado, Maluku, Bali, Lombok, Kupang dan lainnya. “Hampir di semua wilayah Indonesia kami ada, kecuali Papua,” dia menambahkan.

“Sebelum pandemi Covid-19 lahan parkir kami sekitar 280 titik, kini tinggal 150 titik lokasi,” ujar Charles mengingatkan masa kejayaan Centre Park. Jumlah karyawan pun terpaksa dipangkas. Sebelum pandemi, total pegawainya ada 5.000 orang. “Kini, sekitar 55-60% karyawan kami rumahkan. Nanti jika kondisi normal, para karyawan akan kami panggil kembali,” tutur Charles berjanji.

Nah, agar perusahaan berangsur bangkit kembali, Charles sudah menjalankan sejumlah strategi. Salah satunya adalah menerapkan sistem pembayaran digital. Sejatinya, metode pembayaran digital ini sudah dirintis saat meluncurkan aplikasi Parkee tahun 2019 sebelum bencana Covid-19 menyerang.

“Adanya Covid-19 ini kami justru makin meningkatkan digitalisasi, termasuk sistem pembayaran parkir non cash. Saat ini kami sudah bekerja sama dengan 4 bank yakni Flazz BCA, e-money Mandiri, BRI dan BNI. Untuk e-wallet, kami bersinergi dengan Link Aja, Ovo, Dana dan Gopay,” kata Charles.

Charles menjelaskan, saat ini baru 35% lokasi lahan parkir Centre Park yang sudah menerapkan pembayaran secara non tunai. Sisanya, 65% masih bertransaksi secara konvensional tunai. “Kami ingin mendorong cara bayar parkir non tunai ini. Targetnya seluruh lahan parkir yang kami kelola sudah beralih dengan sistem cashless pada tahun 2021,” ungkap dia.

Pembayaran digital ini banyak manfaatnya saat pandemi karena mengurangi risiko penularan virus Covid-19. Sebab, jika membayar dengan uang tunai, maka riskan virus menempel pada uang yang digunakan. Selain itu, pembayaran digital juga mengurangi fraud yang dilakukan oleh oknum parkir dan pembukuan laporan keuangan transaksi menjadi lebih transparan plus aman.

Ya, transaksi keuangan melalui platform digital dan elektronik sudah menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Efisien dan transparan menjadi alasan utama orang memilih menggunakan pembayaran digital atau elektronik. Hal ini juga salah satu upaya mewujudkan cashless society yang dicanangkan oleh pemerintah.

Penggunaan uang digital untuk pembayaran di daerah – daerah juga mendukung kebijakan pemerintah. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, ada tiga manfaat dengan percepatan dan perluasan ETP (Elektronik Transaksi Pemda). Pertama, memperkuat efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara, yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi di pusat dan daerah dan inklusivitas ekonomi di pusat daerah, serta pemerataan kesejahteraan. Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan publik, baik kecepatan transaksi keuangan, dan transparansi, serta mencegah kebocoran pelayanan publik. Ketiga, mempercepat integrasi ekonomi dan keuangan digital.

Ke depan Charles optimistis bisnis ritel akan rebound. Tren konsumsi rumah tangga di tengah masyarakat terus meningkat, akan berdampak positif bagi industri perparkiran. “Pandemi Covid-19 adalah tantangan terbesar bagi pelaku bisnis. Kami tidak menyerah. Dengan mengandalkan teknologi, saya percaya bisnis ini akan bertahan dan berkembang lagi,” ujarnya berharap.

Dalam berbisnis parkir, Charles memiliki tips jitu. “Organisasi perusahaan harus dirancang seefisien mungkin. Pilih partner bisnis yang tepat. Perbanyak komunikasi dengan karyawan dan mitra usaha,” jelasnya tentang kunci sukses mengelola bisnis parkir profesional dan modern.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved