Management Strategy

Mau Tahu Mesin Uang Waskita Karya?

Mau Tahu Mesin Uang Waskita Karya?

PT Waskita Karya (Persero) Tbk masih mengandalkan sektor konstruksi hingga tahun 2012. Keputusan melantai di Bursa Efek Indonesia terbukti tepat. Sejak go public, tepatnya pada 2013, perusahaa pelat merah itu memasuki 4 pilar bisnis, yaitu jalan tol, beton, properti, dan energi. Pilihan menekuni bisnis jalan tol pun dilakoni dengan jeli. Biasanya, untuk mendapatkan hak developer jalan tol, perusahaan harus memenangi tender lebih dulu Tapi, BUMN konstruksi itu memilih mengakuisisi proyek jalan tol yang mangkrak.

“Hingga Desember 2015, kami sudah mengakuisisi 12 ruas jalan tol, seperti ruas tol Bogor-Ciawi-Sukabumi, Pejagan-Pemalang, dan Pasuruan-Probolinggo. Dari perolehan kontrak on head Rp 100 triliun di 2016, 70% diantaranya adalah proyek tol dengan perkirakan selesai 100% tahun 2018,” kata M. Choliq, CEO Waskita Karya.

Laju bisnis Waskita Karya sejalan dengan fokus pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur. Banyak proyek digeber untuk membenahi infrastruktur di Tanah Air. Semua itu demi mengundang masuk banyak investasi baru. Contohnya, proyek tol lintas Sumatera dan beberapa ruas jalan tol Pulau Jawa. Setelah menggarap proyek tol, pertumbuhan kontrak baru mencapai 4,28% CAGR. Pada 2008-2013, pertumbuhannya hanya 15% dan sejalan dengan pertumbuhan GDP sektor jasa konstruksi.

M. Choliq President Director of PT Waskita Karya (Persero) Tbk

M. Choliq President Director of PT Waskita Karya (Persero) Tbk

“Kami harus mencari terobosan. Umumnya, developer melalui menang tender. Tapi, kami lewat akuisisi, seperti tol Kanci. Yang men-drive lonjakan kinerja karena kami tahun lalu sudah memasuki tahap konstruksi atas proyek tol yang dimiliki sendiri,” katanya.

Hingga Desember 2015, Waskita Karya sudah memiliki 12 konsesi tol dengan panjang 500 kilometer. Dengan begitu, porsi kontraktor Waskita dari proyek-proyek tol tersebut cukup besar. Inilah yang mampu mengangkat kinerja perseroan dari sisi top maupun bottom line.

Dari 11 konsesi tol, perseroan menjadi pemilik mayoritas di 7 ruas tol yaitu, Bekasi-Cawang-Kampung Melayu sepanjang 21 km dengan porsi 60%. Pejagan-Pemalang sepanjang 57 km (99,9%), Cimanggis-Cibitung, sepanjang 26 km (90%), Ciawi-Sukabumi sepanjang 54 km (81,6%). Pasuruan-Probolinggo sepanjang 31 km (80%), Kanci-Pejagan sepanjang 35 km (77,69%), Legundi-Bunder sepanjang 29 km (48%).

“Untuk kepemilikan minoritas ada, Solo-Ngawi sepanjang 90 km dengan kepemilikan 40%. Ngawi-Kertosono 87 km (40%). Lalu, ada Cinere-Serpong, sepanjang 10 km (35%). Depok-Antasari sepanjang 22 km (25%) dan terakhir Medan-Kuala Namu-Tb. Tinggi sepanjang 62 km (15%),” ujarnya. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved