Strategy zkumparan

Pariwisata Lumpuh Akibat COVID-19, Surya Yudha Siapkan Banyak Skenario

Hotel Surya Yudha dan waterpark-nya di Banjarnegara – Jawa Tengah

Grup Surya Yudha y (GSY) yang dibangun Satriyo Yudiarto di kampung halamannya, Banjarnegara – Jawa Tengah ini adalah satu raja daerah. Bisnisnya meliputi perbankan (BPR Surya Yudha), hotel, lifestyle dan hospitality. Jaringan BPR, hotel, bioskop dan waterpark-nya menguasai pasar Banjarnegara dan sebagian Jawa Tengah. Kini, GSY dipimpin oleh generasi kedua yakni Tenny Yanutriana–komisaris Gru Surya Yudha –yang merupakan putri dari Satriyo.

Kepada Swa Online, Tenny berbagi cerita kondisi terkini bisnisnya pasca wabah COVID-19 melanda Indonesia, termasuk Jawa Tengah. Dalam wawancara tertulis lewat surat elektronik, Tenny mengaku lini bisnis pariwisata dan lifestyle adalah yang paling terdampak di antara portofolio bisnis Surya Yudha .

Okupansi Hotel Surya Yudha Banjarnegara dan Purwokerto langsung anjlok, sejak 2 minggu lalu setiap hari maksimal hanya 10%. Waterpark dan bioskop tutup sama sekali. Demikian juga untuk restoran Hotel, Historia Cafe, billyard, dan Rumah Bernyanyi, di mana pengunjungnya menurun drastis. “Banyak grup atau perusahaan yang membatalkan reservasinya dan tidak ada yang membuat reservasi baru. Sedangkan lini bisnis lifestyle kami tutup secara total, sehingga tidak ada penghasilan yang masuk,” ungkapnya.

Jumlah karyawan Surya Yudha Park—tempat rekreasi taman air, sebelumnya ada 260 orang, kini tinggal 60 orang yang dipekerjakan. Bulan Maret para karyawan masih memperoleh gaji penuh, namun untuk gaji bulan April dibuat prorata gaji yaitu maksimal 15 hari, meskipun ada yang bekerja 20 hari, namun tetap dihitung 15 hari. Adapun untuk pembayaran THR, manajemen akan tetap memberikan THR di seluruh lini bisnis GSY , yaitu Surya Yudha Park (termasuk di dalamnya Hotel Surya Yudha Banjarnegara), BPR Bank Surya Yudha Banjarnegara, BPR Surya Yudha Wonosobo, lalu untuk Hotel Surya Yudha Purwokerto dan Hotel Atrium Purwokerto, THR akan dibayarkan dalam dua tahapan pembayaran.

“Tetapi di lini bisnis perbankan, kondisinya masih relatif stabil karena regulator cepat merespons dengan kebijakan stimulus dan relaksasi. BPR dapat melakukan restrukturisasi pada debitur-debitur yang terdampak COVID-19.” lanjutnya.

Selain mengurangi jumlah tenaga kerja harian, Tenny menjelaskan ada tiga skenario lagi yang disiapkan untuk mempertahankan denyut bisnis hospitality dan lifestyle-nya. Pertama adalah melaksanakan efisiensi, termasuk penggunaan energi, pengaturan jam kerja, dan peniadaan lembur. Kedua untuk bisnis kuliner difokuskan pada penawaran pesan antar dan mengoptimalkan promosi melalui media sosial. Ketiga memanfaatkan stimulus pajak yang ditawarkan oleh pemerintah.

Sementara itu untuk lini bisnis perbankannya, meski tidak teralu terdampak, tetapi Surya Yudha juga sudah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Dimulai dengan pengurangan jam kerja dan menerapkan libur Sabtu. Kemudian menunda promosi jabatan, namun pembayaran gaji dan THR aman karena sudah dicadangkan. Ketiga, memperlambat penyaluran kredit, meskipun ada pencairan baru tetapi sangat selektif, atau pencairan yang berupa perpanjangan kredit dari nasabah lama.

Keempat, karena kredit sedikit bergerak maka NPL cenderung akan naik, sehingga kualitas kredit harus senantiasa dijaga. Kelima, mempertahankan net interest margin (NIM) agar tingkat perolehan laba tetap terjaga, dimana biaya dana dan biaya operasional harus dikendalikan. Keenam, menjaga likuiditas agar tidak terjadi mismatch akibat turunnya arus kas karena rendahnya angsuran yang masuk dan menurunnya perolehan pendapatan bunga. Ketujuh, tidak melakukan penundaan restrukturisasi kredit, dimana semakin cepat semakin baik. Terakhir, melakukan evaluasi mengenai manajemen risiko, dimana pedoman manajemen risiko bank harus dilengkapi dengan permasalahan mengenai pandemik virus yang selama ini tidak pernah terpikirkan.

Terlepas dari skenario penyelamatan bisnis, Tenny mengaku pihaknya juga memikirkan skenario yang lebih besar lagi yakni menyelamatkan hidup orang banyak terutama karyawan dan pelanggan.

“Krisis kesehatan dan krisis ekonomi yang dihadapi pada intinya mewajibkan Grup Surya Yudha untuk mengutamakan “menyelamatkan nyawa” dan “melindungi mata pencaharian” secara beriringan ” ujar Tenny.

Ia berharap segala strategi yang telah disiapkan tadi menjadi langkah nyata Surya Yudha untuk turut “menyelamatkan nyawa” (karyawan maupun pelanggan) dan “melindungi mata pencaharian”, setidak-tidaknya yang menimbulkan dampak negatif seminimal mungkin. “Tentu saja strategi tersebut akan senantiasa kami evaluasi dan kami berharap keadaan akan membaik dalam waktu dekat agar situasi dapat kembali seperti sedia kala, ” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved