Management Technology Strategy

Qlapa.com Fokus Menggarap Pasar Dalam Negeri

Qlapa.com Fokus Menggarap Pasar Dalam Negeri

Memberdayakan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui industri kreatif, yang merupakan salah satu penyumbang terbesar Product Domestic Brutto setelah pakaian dan makanan. Menurut Benny Fajarai, pendiri Qlapa.com industri ini, mampu menyumbangkan Rp 150 triliun untuk konsumsi dalam negeri dan Rp 30 triliun untuk ekspor.

dari kiri ke kanan Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius, pendiri Qlapa.com

(ki-ka) Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius, pendiri Qlapa.com

Namun dalam kenyataanya, masih banyak UKM yang belum bisa mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan. Selain itu, industri kerajinan tangan lokal juga seolah-olah kekurangan pembeli, mengingat sulitnya akses pembeli kepada penjual.

Ia sendiri terinspirasi mendirikan Qlapa.com sebuah market place untuk barang-barang handmade khas lokal setelah berjalan-jalan di Bali. Di sana ia melihat bagaimana antusiasme pembeli asing terhadap kerajinan tangan Indonesia. Sayangnya, masyarakat lokal justru jarang yang membeli produk handmade lokal dikarenakan akses yang sulit.

Pria kelahiran Pontianak 27 April 1990 ini melihat potensi besar di mana belum adanya tempat yang memungkinkan pembeli bisa menemukan barang buatan tangan pengrajin lokal dari seluruh Indonesia , tanpa harus keluar kota. Ia pun berkolaborasi dengan temannya, Fransiskus Xaverius, seorang jebolan Silicon Valley untuk membuat Qlapa.com

Benny, bahkan rela meninggalkan Kreavi.com dan menyerahkan kepemimpinan kepada seorang temannya, setahun yang lalu sementara Fransiskus meninggalkan Silicon Valley. Pada April 2015 ia dan Fransiskus fokus untuk mengembangkan Qlapa.com yang akhirnya diluncurkan pada November 2015.

Marketplace ini pun berhasil mendapatkan investasi dari Global Founders Capital, Ideasource, dan angel investor Budi Setiadharma, Presiden Komisaris PT Astra International. Tak hanya itu, ia mengaku bahwa pertumbuhannya pun mencapai 2 kali lipat per bulannya, meski ia menolak memberikan angka nominalnya.

Hingga saat ini sudah ada ribuan penjual yang ikut bergabung dengan market place yang menyediakan 8 kategori produk ini. Meskipun begitu, masih banyak yang skeptis dengan perkembangan industri ini. Namun pria lulusan Binus ini tak ambil pusing, dengan target pasar anak muda berusia 20 hingga 40 tahun, ia tetap berfokus mengembangkan pasar industri kreatif dalam negeri.

Menurutnya, pasar justru sangan antusias dengan kehadiran marketplace nya. “Di hari pertama launching ada pembeli yang membeli 28 tas sekaligus, bahkan ada penjual yang menelpon ke kami dan bilang bahwa mereka butuh marketplace seperti ini,” ujarnya dengan nada bangga.

Kini, Qlapa,com telah memiliki 30 karyawan dengan 3 representatif yang berada di Cirebon, Yogya, dan Bali. Menurutnya, UKM yang bergabung haruslah membuat produk secara manual dan tidak memiliki pabrik. Baginya, keunikan produk justru akan menghilang bila produk dibuat secara massal.

Nantinya para penjual bisa memasukkan produk mereka di situs tersebut, apabila terjual maka pihak Qlapa,com akan mendapatkan komisi sebesar 10%. Ke depannya, ia bertekad untuk bisa melakukan ekspor, menurutnya pada awal peluncuran sudah banyak pembeli dari luar negeri, namun ia masih ingin memfokuskan pada pasar lokal.

“Kami berniat melakukan ekspor karena sudah banyak pembeli dari luar sejak pertama kali launching. Rencananya juga kami ingin membuat aplikasi, tapi saat ini kami tetap berfokus dengan pengembangan variasi produk dan pasar dalam negeri,” dia menjelaskan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved