Bisnis inti PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah layanan angkutan penumpang dan barang. Kontribusi layanan nonangkutan masih kecil. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan adalah yang utama. Investasi yang harus dikucurkan tidak sedikit. Saat ini, porsi angkutan penumpang masih dominan, yakni 51% dari total pendapatan.

“Angkutan barang 47% dan sisanya nonangkutan. Kalau proyek rel ganda di Sumatera Selatan selesai, sudah mulai nyambung, angkutan barang akan naik pesat. Porsi penumpang & barang 50:50,” kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro.

Untuk terus meningkatkan kualitas layanan, lanjut dia, PT KAI akan mendatangkan 60 gerbong kereta. Dua train set, masing-masing 8 gerbong, diantaranya masuk pada bulan Maret 2016. Ada juga 3 train set kereta ekonomi dari PT Inka untuk memenuhi lonjakan permintaan terutama saat liburan. Dana untuk pembelian kereta dalam catatan kerja kami adalah Rp 6-7 triliun untuk 3 tahun ke depan.

“Tugas kami ada 5, yakni membeli kereta untuk Bandara Minangkabau, membeli LRT di Palembang karena harus siap sebelum ASEAN Games di 2018, membel LRT Adhi Karya yang masih dibangun Cibubur hingga bandara, membeli kereta api Makasar-Pare Pare, dan membeli trem untuk dalam kota Surabaya,” kata dia.

Menurut dia, angkutan massal berbasis rel kini dibagi dua, yakni angkutan massal jarak jauh dan lokal seperti Jabodetabek, Yogya-Solo, Bandung Raya. Sayangnya, hanya ada satu rel untuk digunakan keduanya. Lan halnya di luar negeri yang sudah dibedakan jalurnya untuk angkutan jarak jauh dan lokal. Inilah yang membuat keberangkatan dan kedatangan KRL terlambat karena harus menunggu kereta jarak jauh lewat terlebih dulu.

“Double track sudah dikerjakan. Insya Allah tahun ini sudah sampai Manggarai. Kecepatan kami membangun harus dipacu. Kalau tidak nanti yang lokalan terkalahkan. Kereta ke Bandung kadang telat karena double track belum selesai,” ujar Edi. (Reportase: Herning Banirestu)