Strategy zkumparan

Terus Berinovasi dan Menemukan Momen Tepat Jadi Resep Sukses Paragon

Terus Berinovasi dan Menemukan Momen Tepat Jadi Resep Sukses Paragon
Pendiri Wardah Nurhayati Subakat tidak pernah menyangka usaha rumahan yang dirintisnya akan sebesar sekarang (Foto: Hana/Swa)

Pada 2018, Wardah mencatat pertumbuhan tertinggi kosmetik di Indonesia. Tahun berikutnya, merek di bawah Paragon Technology & Innovation ini menguasai 30% pangsa pasar kosmetik nasional. Prestasi-prestasi lainnya pun semakin mengukuhkan Wardah di industri kosmetik, seperti menjadi merek nomor wahid mengalahkan merek multinasional di pasar kosmetik Indonesia dan menduduki peringkat 3 merek kosmetik di Malaysia.

Pendiri Wardah Nurhayati Subakat tidak pernah menyangka usaha rumahan yang dimulainya dari nama PT Pusaka Tradisi Ibu akan menjadi sebesar ini. Pada 32 tahun lalu, Nurhayati menjadikan pengalamannya bekerja di industri kosmetik selama 5 tahun sebagai modal membangun bisnisnya. Tidak asal-asalan, Nurhayati mencurahkan seluruh pengalaman dan pengetahuannya untuk terus berinovasi menemukan formula kosmetik yang tepat.

Usahanya tidak sia-sia, bisnis kosmetiknya semakin berkembang dengan menyongsong model bisnis B2B (business to business). Di tengah-tengah kurva peningkatan, terjadi krisis moneter 1998 yang mengguncang bisnis Nurhayati. Dengan cepat wanita lulusan ITB Bandung ini menanggulangi krisis dengan memperkuat basis harga yang efektif. Cara ini berhasil, malah di tengah-tengah krisis, Nurhayati memutuskan untuk menambah pabrik dengan luas 3 kali lipat luas pabrik pertama.

“Selain itu, kami mengubah model bisnis dari B2B menjadi B2C, kami mulai kirim ke toko-toko. Lalu di tahun 2009, Wardah relaunching dengan lebih fokus kepada konsumen. Alhamdulillah momennya tepat, karena pada waktu itu tren hijabers booming. Tahun 2010, kami meluncurkan Makeover lalu terus melanjutkan inovasi hingga sekarang,” kenang Nurhayati dalam Webinar SWA Leadership Wisdom: Building Resilience & Agility in Good Times and Bad Times, (27/10/2021).

Nurhayati sadar bahwa regenerasi dalam perusahaan sangat dibutuhkan. Seiring berkembangnya teknologi dan melebarnya segmen konsumen produk-produk Paragon, kebutuhan karyawan usia muda meningkat. Tetapi jangan pula menghilangkan nilai-nilai bijak dari karyawan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, Paragon mengkolaborasikan karyawan senior dan junior untuk membentuk organisasai corporate startup. Organisasi ini, sebut Nurhayati, bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan Paragon yang agile dan bergerak cepat layaknya startup, tetapi tetap menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance.

Mengikuti perkembangan zaman, Nurhayati juga berencana mempersenjatai organisasinya dengan transformasi digital di tahun 2022. Namun, pandemi mendorong transformasi ini dilakukan lebih awal. Alhasil, sebagian besar proses bisnis Paragon dialihkan ke digital. “Dengan digitalisasi ini, kami memasukkan produk ke e-commerce, lebih interaktif dengan pelanggan, termasuk launching produk yang kami lakukan secara virtual,” terang Nurhayati.

Akibat pandemi, Nurhayati juga merasakan kinerja organisasinya turun. Namun berkat pandemi pula, Paragon bisa memperbaiki fundamental bisnis sehingga menjadi lebih cost effective. Meskipun diakui kinerja bisnis turun, Nurhayati mengatakan gaji karyawan tidak bisa diganggu gugat. Bahkan di masa pandemi ini, Paragon memberdayakan reseller sebagai bentuk kepedulian bagi orang-orang yang terdampak pandemi. Program ini berjalan bersama dengan pilar CSR Paragon lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved