Business Update

Citi Indonesia Menilai, Tahun 2022 Baik untuk Tingkatkan Investasi dengan Kehati-hatian

Citi Indonesia Menilai, Tahun 2022 Baik untuk Tingkatkan Investasi dengan Kehati-hatian

Suku bunga bank yang dulu selalu mencatat tingkat relatif tinggi, kini semakin menurun. Sepuluh tahun lalu, suku bunga masih tercatat double digit. Angka ini mulai menurun 5-7 tahun silam menjadi 8-9 persen. Kini suku bunga telah turun hingga di bawah 4 persen sebelum pajak. Penurunan yang signifikan ini mendorong konsumen perbankan untuk semakin membuka diri dan menilik opsi-opsi produk pengelolaan kekayaan lain.

Seiring dengan pemulihan ekonomi dan terjadinya transformasi digital secara masif, masyarakat Indonesia menunjukkan peningkatan minat untuk berinvestasi guna mengoptimalkan pengelolaan kekayaan mereka. Dengan maraknya tawaran beragam produk pengelolaan kekayaan, konsumen perlu berhati-hati: pertimbangkan kondisi, kebutuhan, dan tujuan berinvestasi, dan pilih lembaga keuangan dan produk investasi yang aman, sahih, dan sesuai.

Ekonomi yang mulai pulih

Permintaan domestik Indonesia diperkirakan akan terus mengalami normalisasi pada 2022. Meskipun, dukungan fiskal akan mulai dikurangi dan aliran modal masih belum optimal. Kebijakan moneter diperkirakan akan diperketat. Namun, kondisi keuangan akan tetap lebih longgar dibanding sebelum pandemi Covid-19.

Menilik adanya kemungkinan muncul varian baru dan penurunan daya tahan penduduk yang menerima vaksin pada masa awal, kemungkinan adanya gelombang infeksi baru tidak bisa diabaikan. Namun, Citi Indonesia memperkirakan bahwa dampak ekonomi dari gelombang tersebut relatif tidak akan sekuat gelombang-gelombang sebelumnya.

Semua ini memberikan landasan bagi pembukaan lapangan kerja kembali dan pemulihan capex (capital expenditure) sektor swasta pada paruh kedua tahun 2022. Pada saat sama, impuls fiskal akan terus mereda pada tahun 2022 seiring dengan menurunnya defisit fiskal.

Secara umum, Citi memandang positif prospek pasar Indonesia pada tahun 2022, utamanya berdasarkan kelima alasan berikut:

Jumlah kasus Covid-19 menurun, menyiratkan proses pembukaan kembali ekonomi yang semakin lancar;

Harga komoditas menguat, terutama untuk batubara, minyak sawit, dan nikel;

Tingkat investasi meningkat, seperti ditunjukkan pada perbaikan data PMI dan pemanfaatan manufaktur;

Pendapatan pemerintah yang cukup baik, dari pendapatan pajak yang meningkat dan harga komoditas yang lebih tinggi, memungkinkan percepatan belanja fiskal; serta

Pembobotan indeks meningkat, berkat IPO perusahaan-perusahaan terkait teknologi.

Tranformasi digital

Transformasi Digital ditandai dengan maraknya restrukturisasi perekonomian, kelembagaan, dan masyarakat untuk mengadopsi teknologi digital pada hampir seluruh aspek kehidupan. Pengadopsian teknologi digital secara regional di Asia Tenggara meningkat secara signifikan sejak pandemi COVID-19 pada 2020.

Berdasarkan data yang diolah dari berbagai sumber[1], Citi Indonesia mencatat 60 juta pengguna baru produk digital di Asia Tenggara sejak awal pandemi. Pada tahun 2019, sebelum pandemi, tercatat 290 juta pengguna produk digital. Jumlah ini meningkat sebesar 40 juta pada 2020 dan naik lagi sebesar 20 juta pengguna produk digital baru. Total, terdapat sekitar 350 juta pengguna produk digital di Asia Tenggara, atau 60% dari keseluruhan penduduk sejumlah 589 juta orang.

Selain itu, penduduk Asia Tenggara yang telah menggunakan produk digital sejak sebelum pandemi kini mengkonsumsi empat kali lipat layanan digital dibanding sebelum 2020. Sementara, ke-60 juta pengguna baru produk digital diperkiraan akan terus memanfaatkan teknologi tersebut, dengan 9 dari 10 pengguna yang mencoba suatu layanan digital baru pada 2020 tetap menggunakan layanan tersebut pada 2021.

Data juga menunjukkan peningkatan penggunaan e-wallet, sementara uang tunai menurun. Pada tahun 2019-2020, penggunaan e-wallet di kalangan pengguna produk digital di Asia Tenggara meningkat dari 14% menjadi 22% (+8%), sementara uang tunai menurun dari 40 ke 34% (-6%).

Adopsi digital yang semakin pesat ini turut mendongkrak transaksi e-commerce secara drastis. Dalam perdagangan retail, hampir 20% penjualan retail keseluruhan kini merupakan transaksi e-commerce. Angka ini meningkat pesat dibandingkan hanya 2% pada tahun 2016 dan diperkirakan akan terus meningkat pada masa datang.

Secara umum, transformasi digital, terutama pada masa pandemi, telah mendorong perubahan perilaku konsumsi dan menjadikan produk digital sebagai “kewajaran baru” dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama dalam transaksi e-commerce, layanan pesan-antar makanan, dan layanan keuangan digital. Diperkirakan ekonomi internet akan bertumbuh mencapai ~$360 milyar pada 2025.

Pada saat sama, pendanaan terkait transformasi digital telah mencapai tingkatan baru. Kegiatan kesepakatan bisnis telah mencatat rekor $11,5 milyar pada paruh pertama tahun 2021. e-commerce dan layanan keuangan digital diperkirakan akan tetap menjadi pusat perhatian dan kemungkinan akan terus menarik investasi lebih banyak lagi.

Transformasi digital pada industri perbankan

Transformasi digital dalam dunia perbankan mengalami percepatan selama dua tahun terakhir, terutama dengan adanya kerangka peraturan perundang-unganan yang menjadi landasan digitalisasi layanan perbankan dan teknologi keuangan. Di antaranya adalah Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan[2] dari Otorisasi Jasa Keuangan (OJK), serta Peta Jalan Pengembangan Layanan Perbankan Indonesia 2020-2025[3].

Kerangka ini memaktub empat fokus kebijakan: penguatan struktural dan keunggulan kompetitif, akselerasi transformasi digital, pengelolaan pengawasan yang kuat, dan penguatan peran perbankan dalam perekonomian nasional. Kerangka kebijakan tersebut dianggap kalangan perbankan telah memiliki bahan-bahan yang tepat dan memungkinkan lompatan kebijakan yang signifikan guna mendukung transformasi digital industri perbankan Indonesia.

Bank-bank diarahkan untuk mengurangi jumlah cabang (atau bahkan meniadakan cabang untuk bank digital), meminimalisasi penggunaan kertas, dan mengalihkan kegiatannya ke ranah daring. Pada saat sama, bank-bank didorong untuk tetap menciptakan nilai bagi para nasabahnya, menawarkan opsi lebih bervariasi, dan membantu meningkatkan pemahaman nasabah.

Seiring dengan tren transformasi digital, perubahan kebijakan, dan pergeseran perilaku konsumen tersebut, Citi Indonesia, sebagai yang terdepan dalam memajukan ekosistem digital ASEAN, terus memprioritaskan inovasi digital dalam portofolio produk dan layanannya. Selain itu, Citi senantiasa memastikan keamanan tingkat tinggi pada layanan digitalnya. Termasuk melalui fitur Virtual Remote Engagement, e-Financial Needs Analysis, dan LiveBank.

Dalam dua tahun terakhir, Assets Under Management (AUM) Wealth Management Citi Indonesia mencatatkan pertumbuhan signifikan [17%] disertai dengan peningkatan net subscription [127 Juta Dollar]. Pertumbuhan ini tidak hanya merupakan hasil dari tingginya penggunaan produk digital oleh masyarakat, tetapi juga buah upaya Citi dalam berinovasi dan komitmennya untuk mendampingi para nasabah. Citi Indonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan berbagai inovasi guna memperkuat layanan pengelolaan kekayaan bagi para nasabah.

Pengelolaan kekayaan bersifat individual

Setiap individu memiliki kondisi dan kebutuhan berbeda. Individu yang merupakan bagian dari keluarga muda, misalnya, akan mempertimbangkan perencanaan pendidikan anak hingga ke tingkat universitas. Sementara, mereka yang mendekati masa akhir kerjanya, akan memikirkan perencanaan masa pensiun. Selain itu, pandemi juga telah mengingatkan betapa pentingnya proteksi yang ditawarkan berbagai produk asuransi.

Tidak semua produk investasi dan asuransi sesuai untuk semua orang. Karenanya, penting bagi masing-masing individu mempertimbangkan beberapa faktor dalam mengelola kekayaannya, dan tidak melulu berfokus pada produk dengan tingkat pengembalian lebih tinggi.

Seseorang perlu mempertimbangkan, misalnya, pendapatan yang dimiliki, termasuk keteraturan penerimaan dana, apakah penghasilan keluarga bersumber dari satu orang atau lebih, dan apakah penghasilan didapat dari wirausaha atau pekerjaan berpendapatan tetap.

Kemudian, ia perlu memahami seberapa besar risiko yang dapat dan mau ia ambil dalam berinvestasi, dan seberapa siap ia dalam melakukan diversifikasi investasi dengan risiko lebih besar. Kesemua hal tersebut perlu ditelaah agar selaras dengan kebutuhan masing-masing individu. Berkat kemajuan teknologi digital pula, hampir seluruh pencarian informasi, interaksi, dan transaksi tersebut dapat dengan mudah dilakukan secara digital.

Di samping itu, individu tersebut dapat memulai dengan produk-produk yang relatif sederhana dengan tingkat risiko lebih rendah, seperti obligasi ORI dan Sukuk. Dengan semakin nyamannya seseorang dalam berinvestasi, ia kemudian dapat membuat rencana investasi berjangka lebih panjang dan memanfaatkan produk-produk dengan tingkat pengembalian dan risiko relatif lebih tinggi, seperti Fixed Rate (FR) dan reksadana.

Berinvestasi pada tahun 2022

Berdasarkan tren dua tahun belakangan, obligasi menarik minat terbesar di kalangan nasabah perbankan akibat penurunan suku bunga yang signifikan. Tren ini diperkirakan akan berlanjut, menimbang masih terdapat kelebihan likuiditas dan tingkat suku bunga pun tetap rendah. Produk-produk seperti obligasi INDON, fixed rate (FR), dan sukuk dapat menjadi opsi investasi, karena memberikan tingkat pengembalian sangat menarik dengan pajak lebih rendah.

Selain itu, potensi pasar Indonesia pun masih sangat besar. Diperlukan kegiatan edukasi masyarakat terkait pengelolaan kekayaan. Semakin terinformasi masyarakat, semakin cakap dan percaya diri pula mereka berinvestasi, termasuk berani mengambil risiko yang sedikit lebih tinggi. Misalkan, seseorang yang sebelumnya hanya memiliki tabungan dan deposito akan mulai bergeser ke membeli produk obligasi. Dari obligasi, mereka dapat mulai merealokasi dana mereka ke reksadana saham dan pendapatan tetap, dan seterusnya.

Citi Indonesia juga selalu menyarankan agar nasabah mendiversifikasikan investasinya. Hal ini dilakukan untuk lebih memastikan bahwa seseorang dapat bertahan melalui berbagai siklus ekonomi dari masing-masing produk investasi dan tetap menikmati hasil.

Dalam memilih pihak pengelola dana, faktor kepercayaan dan kehati-hatian sangatlah penting. Nasabah disarankan untuk memilih lembaga keuangan yang benar-benar patuh terhadap peraturan yang ditetapkan oleh OJK. Nasabah juga diajak untuk mencermati bagaimana proses lembaga tersebut menyiapkan dan memilih produk-produk investasi yang ditawarkan.

Namun, nasabah juga perlu mengingat bahwa setiap investasi memiliki risiko, seperti adanya kenaikan suku bunga yang dapat mengakibatkan penurunan nilai obligasi. Pemilihan lembaga keuangan yang baik akan dapat membantu meminimalisasi risiko itu, antara lain dengan melakukan diversifikasi investasi. Kehati-hatian merupakan aspek sentral dalam pengelolaan kekayaan.

Mendampingi nasabah pada setiap langkah pengelolaan kekayaan

Sebagai pelopor pengelolaan kekayaan, Citi Indonesia sangat berfokus pada upaya untuk senantiasa membantu nasabahnya mengoptimalkan pengelolaan kekayaan. Antara lain dengan menyampaikan informasi terkait pengelolaan kekayaan dan situasi pasar dan tren terkini serta memberikan saran-saran investasi yang mengedepankan kepentingan nasabah.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Citi Indonesia untuk membantu pengelolaan kekayaan nasabah adalah mengenal kondisi, kebutuhan, tujuan investasi, dan penerimaan nasabah tersebut terhadap risiko. Relationship manager, dibantu tim investment consultant, kemudian mengajukan usulan pengelolaan kekayaan kepada nasabah. Setelah mendapat persetujuan nasabah, usulan kemudian dijalankan, dipantau terus-menerus, dan, apabila perlu, dilakukan penyesuaian.

Guna memastikan keandalan penyampaian informasi dan saran kepada para nasabah, relationship manager dan investment consultant Citi Indonesia telah mengikuti pendidikan bersertifikasi secara penuh, sesuai standar internal Citi global maupun lembaga-lembaga terkait, seperti Pendidikan bersertifikasi dari Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) untuk obligasi, Wharton Executive Education untuk reksadana, dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) untuk asuransi. Dengan demikian, mereka memahami dengan baik dan mampu menjelaskan berbagai hal terkait investasi dan proteksi kepada para nasabah.

Selain itu, Citi Indonesia sangat selektif dalam memilih produk yang ditawarkan. Setiap opsi produk telah melalui proses due diligence ketat dan review secara reguler. Sebagai contoh, untuk produk obligasi, Citi Indonesia berfokus hanya pada produk obligasi dari pemerintah Republik Indonesia. Sementara untuk produk reksadana, saat ini, Citi Indonesia hanya memiliki enam mitra penerbit reksadana, dengan sekitar 30-40 produk terpilih. Adapun terdapat beberapa pilihan produk reksadana yang ditawarkan Citi Indonesia, antara lain reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.

Citi Indonesia juga gencar membantu nasabah meningkatkan pemahaman mereka tentang beragam topik terkait pengelolaan kekayaan secara terus-menerus. Citi Indonesia melaksanakan market update secara makro sebanyak 1-2 kali per bulan dari para fund manager, dan secara mikro (5-10 event per bulan untuk para nasabah dengan kebutuhan serupa. Saat ini, pengelolaan kekayaan yang dilakukan Citi Indonesia didukung oleh lima fund manager terpercaya, yakni BNP Paribas Asset Managemen, PT Schroder Investment Management Indonesia, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dan PT Mandiri Manajemen Investasi.

Dengan tim-tim pemasaran, relationship manager, dan investment consultant andal, upaya-upaya di atas membuat para nasabah nyaman dan terus mempercayakan urusan pengelolaan kekayaan mereka kepada Citi Indonesia. Penetrasi produk-produk pengelolaan kekayaan di segmen Citigold, misalnya, tercatat lebih dari 50%, baik produk investasi maupun asuransi.

Mempertahankan kualitas layanan

Pada praktiknya, terutama selama masa pandemi, lembaga perbankan seperti Citi Indonesia banyak mengalami keterbatasan untuk bertemu nasabah secara langsung. Menanggapi kondisi tersebut, Citi Indonesia melakukan berbagai penyesuaian. Selain perubahan jam operasional cabang dan pemilahan WFO-WFH bagi karyawan, Citi Indonesia juga melakukan transformasi digital pada tataran organisasi.

Selain itu, banyak kegiatan berbagi informasi terkini kini dilakukan secara virtual. Nasabah juga diajak untuk melakukan transaksi sebisa mungkin melalui kanal digital, baik internet banking, mobile banking, maupun menghubungi citiphone officer. Secara internal, para karyawan Citi dibekali berbagai fasilitas agar tetap bisa melayani nasabah secara aman dan tetap optimal, termasuk pada saat mereka perlu melakukannya secara WFH.

Transformasi digital yang dilakukan Citi Indonesia mendapat tanggapan positif dari para nasabah. Pelaksanaan transaksi investasi seperti reksadana dan obligasi secara digital, misalnya, tercatat meningkat secara signifikan, dari hanya 20% pada 2019 menjadi lebih dari 60% secara konsisten pada 2021.

Citi Indonesia berkomitmen untuk mendukung para nasabah melalui berbagai produk dan layanan, kegiatan edukasi, dan beragam inovasi digital. Citi Indonesia juga terus bekerja sama dengan para manajer investasi untuk menerbitkan produk-produk baru guna semakin mengoptimalkan kegiatan pengelolaan kekayaan para nasabah. Semua hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dan mengoptimalkan pengelolaan kekayaan para nasabah.

Terus memberikan pelayanan terbaik ditengah pembaruan strategi

Steven Suryana – Citi Indonesia Head of Retail Banking

Citi belum lama ini baru saja mengumumkan terjadinya kesepakatan dengan kesepakatan dengan UOB Group (UOB) dalam hal akuisisi bisnis consumer banking Citi di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Transaksi tersebut merupakan bagian dari pembaruan strategi Citi di tingkat global, dan mencakup bisnis retail banking dan kartu kredit Citi di Indonesia namun tidak termasuk bisnis institutional banking Citi.

Hingga penutupan transaksi, yang kini menunggu proses persetujuan pihak regulator, Citi Indonesia Head of Retail Banking Steven Suryana memastikan bahwa Citi berkomitmen untuk terus melayani kebutuhan perbankan nasabah, yang termasuk dukungan pengelolaan kekayaan nasabah, dan terus bersemangat untuk membawa pengalaman nasabah ke tingkat selanjutnya.

Hingga saat itu tiba, seluruh operasi yang mendukung bisnis consumer banking Citi di Indonesia termasuk CitiPhone, Citibank online dan layanan mobile banking akan tetap melayani Anda seperti biasa.

“Transaksi ini merupakan hasil positif bagi klien, kolega, dan perusahaan kami. Citi berkomitmen untuk menjaga agar transaksi berjalan mulus, termasuk selama masa transisi hingga transaksi selesai. Tidak akan ada perubahan dalam layanan yang diberikan kepada klien consumer banking kami,” tutup Steven.

.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved