Business Update

Erajaya Menjadi Change Enabler untuk Pertumbuhan yang Solid

Erajaya Menjadi Change Enabler untuk Pertumbuhan yang Solid

Waktu tampaknya bergulir begitu cepat bagi PT Erajaya Swasembada Tbk. Terutama, dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, mereka sudah menjadi pemain utama di pasar smartphone Indonesia. Cakupannya luas, tidak saja di level provinsi, tapi juga merangsek hingga kecamatan. Menggurita. Karyawannya terus bertambah, kini mencapai 9700 orang.

Jimmy Peranginangin, Chief HC, Legal & CSR PT Erajaya Swasembada Tbk

Pencapaian itu tidak membuat manajemen berpuas diri. Mereka menyampaikan visi besar kepada seluruh karyawan, yaitu “Become the largest lifestyle smart retailer in South-East Asia by 2025”. Mereka pun mengutarakan ingin memperkuat seluruh ritel serta jalur omnichannel dari semua wilayah yang dimasukinya.

Misi itu lalu ditunaikan. Erajaya berlari cepat. Setelah ekspansi ke beberapa negara di Asia Tenggara pada 2015, perusahaan ini melebarkan bisnisnya: tidak lagi berkutat pada ponsel pintar sebagai bisnis inti, tapi juga masuk ke medical health dan beauty. Selaras dengan misinya: masuk lifestyle.

Laju ekspansi yang cepat itu pada gilirannya membuat bukan hanya perusahaan yang bertransformasi, divisi Human Capital (HC) yang mengurusi aspek karyawan dan pengembangannya pun mesti melakukan perubahan demi mendukung tercapainya visi tersebut. Hal paling mendasar bagi divisi HC adalah membantu menyediakan talenta melalui rekrutmen yang strategis khususnya untuk bisnis baru. Hal berikutnya adalah menciptakan kultur baru.

Jimmy Peranginangin, Chief HC, Legal & CSR PT Erajaya Swasembada Tbk., mengungkapkan bahwa langkah sigap segera dilakukan di tengah derap perubahan tersebut. “Kami membuat pipeline yang harus dilakukan tim HC untuk kurun 2019-2021. Kami berkomitmen tidak hanya sebatas change agent, melainkan juga sebagai change enabler untuk mendukung proses transformasi perusahaan,” katanya. Change agent, ia melanjutkan, lebih banyak mengarah ke sosialisasi, sementara change enabler benar-benar memastikan bahwa perubahan itu terjadi.

Sebagai change enabler, divisi HC harus memastikan tiga pilar utama ―organisasi, people, dan teknologi― berjalan baik. Dari sisi organisasi, misalnya, tim HC tidak hanya melihat, tetapi ikut mendesain organisasi yang sebelumnya hanya fokus pada ponsel kemudian bertransformasi menggeluti medical health dan beauty. “Misalnya, perubahan job desc. Kami mendesain agar rules and responsibility-nya jelas,” kata Jimmy.

Masih dari sisi organisasi, tim HC juga membantu terciptanya kultur baru, yaitu kultur I-Lead yang fokus pada customer centric, agility, dan digital. I-Lead adalah kependekan dari Innovation, Leadership, Excellent Customer Service, Agility, Digital. Kultur ini dipandang tepat untuk menopang perubahan yang digulirkan.

Dari sisi people, tim HC juga membuat aneka terobosan, terutama dalam aspek learning and development (L&D). Sejalan dengan kultur baru yang digalakkan (I-Lead), perubahan pada aspek L&D juga digelar. Pasalnya, visi besar Erajaya membuat tujuh kompetensi yang sebelumnya wajib dimiliki karyawan, tidak lagi memadai.

Kini karyawan wajib memiliki sembilan kompetensi, yaitu Strategic Thinking, Strategic Leadership, Leading Others, Developing Others, Reliable Partner, Quality-Oriented, Achievement Oriented, Creative Agility, dan Technology Savvy. “Maka, kami mendesain kurikulum baru,” ujar Jimmy. Kurikulum baru ini memasok penguasaan sembilan kompetensi tersebut.

Agar kurikulum ini berjalan baik, tim HC melakukan proses L&D dengan model integrated development program yang mengubah pendekatan, dari People Assessment menjadi People Development. Tim HC, khususnya Human Capital LSD Department, mengidentifikasi bagaimana tahap serta perkembangan yang sudah dimiliki karyawan dalam upaya meraih ke-9 kompetensi tersebut.

Mereka memetakan serta merancang modul pembelajaran dan timeline yang harus ditempuh. Salah satu yang diadopsi adalah metode 10:20:70, yaitu 10% pelatihan, 20% coaching mentoring, dan 70% project base. Selain itu ajang kompetisi tahunan yang berspirit continuous improvement serta tematik kompetisi terbaru yakni Crazy Ideas, di mana ide atau konsep out of the box namun menjadi pain solver, adalah ajang tanding para alumni terbaik dari setiap program pembelajaran.

Setelah pelatihan, tim akan mengukur dampaknya hingga 3-6 bulan untuk evaluasi dan perbaikan. Kelak hasilnya akan diintegrasikan sebagai bahan menganalisis bagaimana Organization Health Index (OHI) Erajaya.

Pada aspek teknologi, Jimmy menjelaskan, Erajaya sudah merangkul penggunaan teknologi sejak 2014 untuk menopang sistem manajemen SDM-nya. Dan terbukti, pemanfaatan sejak jauh hari ini sangat berguna begitu Covid-19 datang menyergap.

Ya, datangnya pandemi Covid-19 di awal 2020 memang membuat bisnis Erajaya sempat bergoyang, terutama pada kuartal II. Namun, pemanfaatan teknologi, yang menjadi salah satu aspek yang perlu diberi perhatian dalam pipeline yang harus dilakukan tim HC kurun 2019-2021, membantu mereka menjalankan sistem manajemen SDM dengan baik demi mendukung transformasi dan pertumbuhan perusahaan yang ternyata berjalan baik di tengah pandemi.

Salah satu yang paling terasa adalah pada pola kerja. Work from home ataupun work from office tidak mempengaruhi SDM Erajaya berkat bantuan teknologi yang sudah dijalani sejak 2014. Sejumlah tools membuat proses yang dijalankan tim HC, seperti rekrutmen, asesmen, learning, penilaian kinerja, administrasi employee movement tidak mengalami hambatan berarti.

Sisi L&D pun, menurut Jimmy, relatif tidak terpengaruh berkat fondasi teknologi. Tim HC tetap bisa menggelar learning journey yang dijalankan karyawan secara customized. Karyawan bisa menikmati pembelajaran, mulai dari modul hingga assignment, tanpa terhambat pandemi.

“Bahkan, karena kami sudah menerapkan metode agile learning channels, karyawan bisa belajar kapan dan di mana saja lewat sejumlah kanal yang diimplementasikan seperti gamification, kanal video self-learning, ELTV (Erajaya Learning TV) sampai podcast,” katanya. “Jadi, bisa dikatakan Erajaya lebih dari sekadar siap menghadapi pandemi.”

Ucapan Jimmy ini bukan isapan jempol. Dukungan teknologi membuat sistem manajemen SDM Erajaya berjalan dengan baik untuk mendukung perubahan dan pertumbuhan bisnis. Penggemblengan talenta, demi menyuplai kebutuhan organisasi yang tengah bertransformasi, terus menggelinding di tengah pandemi.

Produktivitas karyawan pun relatif tidak terganggu. Jangan heran, dalam ajang Indonesia HR Excellence 2021 Erajaya menyabet penghargaan AA untuk tiga kategori sekaligus, yakni Learning & Development, Managing Transformation, dan HR Digitization & People Analytics.

Wujud paling nyata sebagai sumbangsih dari produktivitas SDM ini adalah kinerja Erajaya yang bisa dibilang tetap cemerlang di masa sulit. Di penghujung 2020, penjualan raja distributor smartphone ini mencapai Rp 34,1 triliun, naik 3,5% dibandingkan periode sebelumnya (Rp 32,9 triliun). Adapun laba bersihnya Rp 612 miliar, naik dari Rp 295,1 miliar (2019).

Kinerja kuartal I/2021 juga tak kalah gemilang. Laba bersihnya Rp 278,2 miliar, melonjak dibandingkan periode sebelumnya (Rp 102,7 miliar). Pertumbuhan ini tidak terlepas dari nilai penjualan yang mencapai Rp 10,85 triliun, meningkat 38,96% dibandingkan periode sebelumnya (Rp 7,81 triliun).

Hingga akhir 2021, Erajaya akan terus melangkah ekspansif demi pertumbuhan yang solid. Seiring dengan melonjaknya kebutuhan alat-alat komunikasi digital di tengah pembatasan aktivitas fisik masyarakat, perusahaan berkode ERAA di Bursa Efek Indonesia ini akan mengucurkan belanja modal Rp 300 miliar untuk membangun 300 gerai hingga akhir 2021. Tentunya, ini membutuhkan dukungan talenta yang bukan saja produktif, tapi juga andal.

Yang pasti, hal itu juga membuat waktu berjalan kian cepat bagi Jimmy dan tim HC Erajaya. Mereka harus benar-benar menjadi change enabler demi menunaikan visi besar perusahaan. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved