Hypernet

Hypernet Anggap Karyawan Sebagai Business Partner

Hypernet Anggap Karyawan Sebagai Business Partner

Kebutuhan akan informasi dan teknologi telah menjadi hal yang mendasar dalam bisnis. Namun, tidak semua organisasi perusahaan mampu mengembangkan infrastruktur layanan informasi dan teknologi yang dapat menopang aktivitas berbisnis mereka. Bahkan, untuk memiliki sebuah departemen IT dalam sebuah perusahaan pun memerlukan investasi yang tidak sedikit.

Sebagai sebuah Managed Service Provider (MSP), PT Hipernet Indodata (Hypernet) hadir menjawab permasalahan tersebut. Perusahaan yang sudah berdiri sejak 2005 ini menyediakan one stop service solution terhadap seluruh fungsi ICT (Information and Communications Technology), mulai dari layanan internet, wifi, cloud, digital komunikasi, hingga layanan profesional teknologi informasi.

Sudino, Co-Founder & Chief Commercial Officer Hypernet

“Dulu kami berdiri sebagai Internet Service Provider (ISP). Seiring dengan kompetisi dan perubahan pasar yang cepat, kami memposisikan diri sebagai Managed service provider. Jadi benar-benar satu pintu. Tagline kami adalah “Terima beres”, artinya kami sudah menyediakan semua infrastruktur IT maupun support-nya sehingga pelanggan tinggal terima beresnya,” ujar Sudino, Co-Founder & Chief Commercial Officer Hypernet.

Untuk memberikan layanan yang terbaik sekaligus mewujudkan visi perusahaan menjadi Managed Service IT kelas dunia yang terpercaya, Hypernet mengembangkan serta menetapkan standar bagi seluruh individu yang menjadi bagian dari organisasi perusahaannya. Tidak hanya dituntut memiliki kemampuan teknis, karyawan Hypernet juga dituntut untuk memiliki kemampuan non-teknis (soft skill) seperti jiwa melayani dan menjalin komunikasi yang baik dengan para stakeholder.

“Bisnis kami adalah melayani pelanggan, bukan membeli produk selesai dan setelah itu tidak berhubungan. Untuk itu, ke depan ada beberapa planning bagaimana caranya meningkatkan skill dari para people. Karena kami melihat bahwa aset terbesar kamibukan lagi produk, tetapi people,” lanjut Sudino.

Ada beberapa strategi yang akan dilakukan Hypernet, pertama pengembangan skill melalui training dan konseling. Ke depan kata Sudino, Hypernet akan memiliki satu struktur yang benar-benar fokus untuk pengembangan karyawan. Ia menargetkan dalam satu bulan minimal ada satu kali training baik itu mengenai hard skill maupun soft skill yang akan disampaikan oleh Divisi HR dan departemen masing-masing.

Kedua, Hypernet sedang membangun sebuah sistem e-learning untuk bisa diakses oleh seluruh karyawan. Platform digital tersebut akan berisi artikel-artikel mengenai cara bekerja untuk layanan Hypernet. Bahkan, menurut Sudino, tidak menutup kemungkinan platform tersebut akan terbuka untuk masyarakat. “Saat ini sudah ada materi-materinya yang nanti akan kami upload ke dalam sistem agar semua orang bisa mengaksesnya,” katanya.

Soal budaya kerja, Hypernet mengembangkan dan menetapkan budaya perusahaan yang terimplementasikan secara organik yakni SOLID (Simplicity, Open-Mindedness, Learning Spirit, Integrity, Dependable). Namun, yang paling penting menurut Sudino adalah sikap careness dan disiplin.

“Careness berarti tidak bekerja hanya di meja sendiri, tidak hanya bekerja pada target atau KPI sendiri, tapiharus melihat kanan kiri kita. Sebab, seluruh pekerjaan itu tidak bisa dikerjakan oleh satu orang atau satu tim saja. Semua orang harus bekerja sama untuk mencapai target perusahaan. Selain itu, kita juga harus komitmen dan disiplin untuk mencapai tujuan tersebut,” katanya.

Untuk itu, kata dia, Hypernet tidak melihat karyawan sebagai pekerja melainkan sebagai business partner. “Segala apapun baik itu masalah, program kerja, planning, biasanya kami selalu ajak diskusi. Karena sekali lagi orang pintar itu tidak selalu dari atas, terkadang mereka yang di bawah jauh lebih pintar daripada kita. Jadi model kepemimpinan kami bukan yang up down atau top down, tapi lebih baik bottom up,” tutur Sudino.

Saat initerdapat 3.500 perusahaan yang menggunakan layanan Hypernet, seperti Binus, Wijaya Karya, Grup Agung Podomoro, BPPT, Sekretariat ASEAN, Waskita Precast, Grup Lippo, Ismaya, Dyandra, Electronic Solution, HokBen, Radana Finance, Swiss-Belhotel, dan Bio Medika. “Kami tidak fokus pada jumlah pelanggan namun jumlah revenue. Target kami tahun depan akan double up secara revenue,” ungkap Sudino.

Ke depan, Hypernet juga akan fokus membangun perusahaan sebagai Business Continuity Management (BCM). Sederhananya, BCM ini dapat diartikan sebagai sebuah proses pemulihan pasca terjadinya insiden. Tujuannya agar proses bisnis atau kegiatan operasional di sebuah organisasi atau perusahaan tetap bisa berjalan walau tidak secara optimal (minimal tidak sampai terhenti) bila insiden terjadi.

“Saat ini beberapa pelanggan sudah benar-benar menaruh jantungnya di internet sehingga kami lihat security sudah menjadi sebuah komoditas. Dengan mengarah ke BCM, kami menjamin bisnisnya akan tetap continuity,” tuturnya.

Author : vina anggita


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved