Business Update

Strategi ABM Investama Membangun Bisnis Berkelanjutan

Strategi ABM Investama Membangun Bisnis Berkelanjutan

Sebagai perusahaan yang bergerak di rantai bisnis energi, aspek sustainability (keberlanjutan) sudah menjadi prioritas bagi PT ABM Investama Tbk (ABM). Hal ini tercermin dalam visi-misi perusahaan yang telah memasukkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Komitmen itu ditunjukkan perusahaan anggota keluarga Grup Tiara Marga Trakindo (TMT) ini dengan rutin membuat laporan keberlanjutan sejak tahun 2017.

“Sudah menjadi bagian dari visi-misi perusahaan. Oleh karena itu, kami tidak ingin melakukannya sekadar voluntary, bukan hanya karena ada POJK-nya, tetapi memang kami mau memberikan pengungkapan ini atas kesadaran tata kelola kami,” kata Andi Djajanegara, Direktur Utama & CEO ABM.

Andi Djajanegara, Direktur Utama & CEO ABM

Berkat konsistensinya mengungkapkan aspek keberlanjutan, ABM kerap mendapatkan sejumlah apresiasi. Salah satunya dari National Center for Corporate Reporting (NCCR) dalam ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) yang telah diikutinya sejak 2017, dengan empat kali raihan peringkat Gold, termasuk pada 2022. Laporan keberlanjutan itu sendiri disusun dengan menggunakan acuan standar GRI dan ESG Nasdaq.

Bagi ABM, seperti dikatakan Andi, keberlanjutan berarti menciptakan lebih banyak manfaat bagi stakeholders dalam aspek 3P (People, Planet, Profit). Maka untuk mewujudkannya, perusahaan ini menetapkan strategi yang bertumpu pada konsep Triple Bottom Line tersebut. Mereka menyebutnya sebagai: two-pronged strategy.

Cabang pertama adalah resilience strategy. Artinya, memperkuat ESG di dalam portofolio bisnisnya saat ini. Inisiatifnya yaitu memperkuat sinergi operating model dalam grup dan mendorong anak-anak perusahaan untuk melakukan operational efficiency, terutama terkait asset productivity & utilization, repair & maintenance, hingga akurasi forecast.

“Dalam Corporate Strategy Map, kami menetapkan Key Performance Indicators (KPI) setiap Chief dan Group Head, termasuk Direktur di entitas bisnis, tentang sinergi operational efficiency yang mendukung sustainability strategy,” Andi menjelaskan.

Selama beberapa tahun belakangan, ABM konsisten melakukan efisiensi operasional berkelanjutan, antara lain pemanfaatan solar panel sebagai sumber energi alternatif di lokasi tambang, biofuel untuk unit operasional, mengganti forklift konvensional ke forklift listrik di warehouse, dan perangkat pintar berbasis IOT. Di samping itu, pihaknya juga terus menambah inisiatif untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti memanfaatkan kembali air olahan tambang untuk kebutuhan penunjang produksi.

“Kami juga memiliki void (lahan bekas tambang) yang dapat menampung air hujan dan telah dinormalisasi, sehingga airnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan penunjang di sarana kantor dan mess karyawan,” tambahnya.

Lalu, terkait people di lingkup perusahaan, pihaknya menerapkan standar tertinggi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, berbarengan dengan Sistem Manajemen Lingkungan. Langkah terkini, ABM bekerjasama dengan lembaga independen untuk mengukur engagement karyawan terhadap perusahaan. Sejauh ini, ungkap Andi, skor engagement mencapai 87 atau berada di atas rata-rata perusahaan nasional yang sebesar 80.

Untuk menjaga konsistensi program, manajemen ABM membentuk ESG performance improvement team. Tim yang dibentuk pada 2021 ini terdiri dari manajemen dan karyawan berbagai level, baik di induk ABM maupun entitas bisnis, dan dikepalai komisaris independen perusahaan.

Hingga tahun 2021, ABM tercatat telah mengupayakan pemulihan lingkungan dengan luas sekitar 2.000 hektare yang tersebar di beberapa area operasional. Cakupan programnya meliputi rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS), revegetasi lahan bekas tambang, penanaman dan perawatan mangrove, hingga konservasi terumbu karang. Aktivitas-aktivitas pengelolaan dan pemulihan ekosistem ini merupakan serangkaian upaya ABM untuk mengurangi jejak karbon, sebagai kontribusi menjadi bagian dari elemen masyarakat.

Selain itu, ABM juga mengembangkan program pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional di bidang mekanik dan operator alat berat, serta teknisi las (welder) kepada masyarakat sekitar wilayah operasional. Pihaknya berharap para tenaga profesional ini mampu mengisi kebutuhan industri di daerahnya, tidak terbatas hanya di dalam grup ABM.

Dalam pelaksanaan program-program itu, ABM senantiasa bermitra dengan BUMDes, badan akademisi, dan pemerintah daerah, untuk memberdayakan kelompok masyarakat setempat. Kerjasama ini, menurut Andi, membuka peluang lapangan pekerjaan baru, terutama yang dapat berlangsung dalam jangka panjang secara tidak langsung ke komunitas masyarakat.

“Program yang kami lakukan untuk mendukung cita-cita ekonomi sirkular terutama yang di daerah adalah upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia lokal sampai berstandar industri,” katanya.

Dia melanjutkan, capaian lain terkait ekonomi sirkular yaitu pemenuhan kebutuhan supply chain operasional Grup ABM dari para pemasok lokal. Hingga 31 Desember 2021, ungkapnya, tercatat sebanyak 1.635 pemasok lokal yang menjadi bagian dari rantai pasok ABM dengan total nilai kontrak mencapai kisaran US$ 100 juta.

Pihaknya kemudian secara rutin melakukan penilaian dampak operasional terhadap masyarakat (Community Impact Assesment) sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar wilayah operasional. “Hal ini kami lakukan agar keberlanjutan perusahaan tetap berjalan dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasional dapat ditekan seminimal mungkin,” ucapnya.

Cabang yang kedua adalah sustainability strategy. Mereka menyebut sebagai strategi yang bersifat proaktif, yaitu strategi-strategi terkait percepatan penguasaan kapabilitas baru secara berkelanjutan. Inisiatifnya dilakukan dengan pembentukan grup baru untuk menjajaki potensi bisnis yang menuju ke mineral seperti nikel, bauksit, dan emas, serta penciptaan energi bersih.

“Penerapan ESG mendorong ABM untuk menemukan sumber-sumber revenue baru. Sustainability mindset sebagai bagian dari inisiatif penerapan ESG ini membuka peluang ke cakrawala bisnis baru yang lebih berkelanjutan,” kata Andi.

Salah satu bisnis terbaru dibidang energi baru dan terbarukan (EBT), ABM melalui unit bisnisnya telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sejak pertengahan 2020.

PLTBg ini memanfaatkan limbah dari proses pengolahan kelapa sawit (palm oil mill effluent/POME) menjadi bahan bakar mesin pembangkit tenaga listrik. Energi listrik yang dihasilkan dijual ke PLN untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di jaringan interkoneksi Kalimantan Selatan-Tengah.

“Bisa menghasilkan 2,4 MW. Dijalankan oleh PT Anzara Janitra Nusantara (AJN), anak perusahaan ABM. Sudah berkontrak jangka panjang dengan PLN. Masa transisi ini merupakan bagian dari roadmap perusahaan,” Andi menerangkan.

Strategi keberlanjutan yang terumuskan di dalam ABM Vision 2025 dan telah direalisasi melalui inisiatif-inisiatif konkret tersebut telah memberikan manfaat peningkatan net income yang signifikan dari tahun sebelumnya bagi perusahaan.

“Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip ESG memberikan persepsi yang lebih baik. Para stakeholder jadi comfortable melihat kami karena inisiatif-inisiatif terkait ESG ini cukup baik. Jadi competitiveness kami semakin bagus selaras dengan strategi keberlanjutan,” tutup Andi.§

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved