Super Indo

Super Indo Strategi Sourcing dan Pengemasan yang Sustainable

Super Indo Strategi Sourcing dan Pengemasan yang Sustainable

Jaringan supermarket Super Indo tampaknya tak mau ketinggalan dalam inisiatif membangun perusahaan dan proses bisnis yang selaras dengan kelestarian lingkungan. Perusahaan ritel patungan antara Alhold Delhaize (Belanda) dan Grup Salim ini sekarang mengoperasikan lebih dari 200 toko yang tersebar di Jawa dan sebagian Sumatera.

Contohnya, ketika mencari produk yang akan dijual di gerainya. “Kami menerapkan responsible sourcing. Kami harus memberikan pilihan produk yang lebih ramah lingkungan dan sosial,” kata Yuvlinda Susanta, General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo.

Salah konsep bisnis yang diusungnya ialah “Elevate healthy and sustainable”. Dengan demikian, perusahaan ini pun terus mendorong penjualan produk sehat dan produk yang dihasilkan melalui proses yang peduli lingkungan.

Sustainable sourcing misalnya saat mencari mitra pemasok telur untuk dijual di gerainya. “Kami memiliki produk telur yang telah tersertifikasi. Terbaru, kami memiliki produk telur yang bebas kandang sekat,” kata Yuvlinda.

Salah satu terobosan Super Indo ialah mengembangkan pilihan produk untuk pembeli yang ecolabel. Bukan hanya sourcing telur yang dirunut dari sustainability sumbernya, tetapi juga produk lain, Produk berbahan dasar kayu telah terverifikasi pula asal kayunya.

Yuvlinda Susanta – General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo.

“Pun untuk produk kopi, kami juga sudah mendapatkan rainforest alliance certified,” ujar Yuvlinda. Meskipun supermarket ini ditargetkan untuk menengah-bawah, pihaknya berkomitmen menghadirkan produk yang sustainable.

Manajemen Super Indo telah berinisiatif pula dalam hal pengelolaan sampah melalui waste reduction. Selama ini ada dua jenis sampah yang dikelola, yakni sampah makanan dan sampah plastik.

“Kami memiliki program zero to landfill,” ujarnya. Jenis sampah kemasan (package food) selama ini didonasikan melalui food bank, dan sejauh ini tak kurang dari 558 ton yang sudah didonasikan.

Adapun sampah produk organik didonasikan untuk animal feeding dan sejauh ini telah 1.714 ton yang didonasikan. Sementara sampah minyak jelantah dikerjasamakan dengan pihak lain untuk diolah menjadi biodiesel. Super Indo juga mengolah sampah dengan teknik composting.

Terkait jenis sampah plastik yang selalu menjadi problem semua industri, sejak 2013 perusahaan ritel ini melakukan kampanye untuk mengurangi sampah plastik, dan sampai saat sudah mengurangi hingga 60%. “Selain kantong keresek, kami juga memberikan reusable produce bag untuk menggantikan kantong roll buah. Tahun ini, kami akan memberikan skema insentif bagi konsumen yang menggunakan reusable produce bag. Konsumen yang sudah menerapkan itu akan mendapatkan cashback,” Yuvlinda menyampaikan.

Untuk packaging, Super Indo membuat program Dropbox yang sudah diaplikasikan di Jakarta, Bandung, dan Solo. Di Bandung bahkan telah digunakan aplikasi sehingga bisa memilih packaging apa yang akan dikembalikan kepada supermarket ini. Konsumen bisa mengumpulkan poin dari proses itu dan nantinya mendapatkan vocer. Dari program yang sudah berjalan selama setahun ini, pihaknya telah mengumpulkan 7 ton kemasan produk.

Tak ketinggalan, Super Indo pun aktif menurunkan emisi karbon. Untuk tujuan itu, dibuatlah Big Mama Project sejak Januari 2021. Contohnya, untuk pengangkutan barang, sudah menggunakan double deck truck untuk pengiriman dari Jawa Barat ke Jawa Timur yang meningkatkan volume shipping 100%, menurunkan emisi 32%, dan menekan biaya operasional 26%. Untuk sistem pendingin, menggunakan teknologi terbaru yang ramah lingkungan.

Dari aspek komunitas, perusahaan ini mengembangkan kegiatan Super Indo Berkebun sejak 2017. Tujuannya, untuk memanfaatkan lahannya yang masih luas dan mengajak masyarakat untuk berkebun di sana.

Perusahaan ini sudah mengembangkan pula berbagai kegiatan CSR dengan mengacu pada ISO 26000 terkait standar global dalam pelaksanaan CSR. Tak hanya itu, juga mendorong mitra pemasok untuk naik level, misalnya dengan mendorong pemasok untuk mendapatkan sertifikasi BRC Global Standard (BRCGS) yang saat ini telah sukses diraih oleh tiga pemasok.

Terkait pembiasaan konsumen untuk hidup sehat rendah gula, Super Indo baru saja mengadakan pilot project untuk program sugar indicator on beverages (produk minuman). Dalam proyek yang dimulai di 13 lokasi di Jabodetabek ini, perusahaan ini membuat parameter kandungan gula dalam produk minuman. Pelaksanaan program ini dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan.

“Saat ini kami memulainya dari minuman, karena di Indonesia kandungan gula banyak terkandung di produk pangan olahan, khususnya minuman. Kami juga memasang rekomendasi gula harian untuk konsumen, per orang tidak lebih dari 50 gram per hari,” kata Yuvlinda.§

Author : Sudarmadi & Anastasia AS


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved