Corporate Action

PNM Ditolak, Pos Indonesia Maju Terus

PNM Ditolak, Pos Indonesia Maju Terus

Kini, PT Pos Indonesia jadi bagian dari tren BUMN yang bangkit kembali di bawah kepemimpinan menterinya, Dahlan Iskan. Perusahaan negara yang dipimpin I Ketut Mardjana ini tengah merekah. Sebatas perhitungan sebelum revaluasi, aset Pos dalam nilai buku berkisar Rp 700 miliar.

“Saat ini, utang Pos tak sampai Rp 100 miliar,” ungkap Mardjana (31/1). Ia mengaku, penolakan Menteri BUMN terhadap permintaan PNM tidak menyurutkan transformasi bisnis Pos. Jika aset Pos benar-benar direvaluasi, Mardjana memperkirakan nilainya menyentuh Rp 6 triliun.

I Ketut Mardjana, Dirut PT Pos Indonesia

Mardjana melihat peluang dalam sektor usaha kecil menengah (UKM) Indonesia yang persentasenya mencapai 9,1% dari keseluruhan sektor usaha Indonesia. Diperkirakan 60% UKM masih belum bisa dan belum sadar mengakses lembaga keuangan formal.

“Masyarakat masih mengutamakan memegang uang tunai, baik di desa maupun kota,” ujarnya memberi alasan. Maka, melalui PT Pos Indonesia, Mardjana mau mengubah pola pikir masyarakat tentang kebutuhan akses keuangan, sampai ke pedesaan. Pendirian bank berbasis usaha patungan (joint venture) bersama PT Taspen—melalui pembelian sebagian saham Bank Sinar Harapan Bali—merupakan sarana yang dipandangnya tepat.

“Pos sudah hadir di seluruh penjuru Indonesia sejak jaman Belanda. Nah, bank baru ini tinggal beroperasi di kantor pos saja. Tambahan lagi, Pos akan menggunakan agen berizin yang bisa menghemat biaya pembukaan kantor pos baru,” terangnya panjang lebar saat ditanya tentang cara jitu mengoperasikan bank joint venture tersebut. Untuk menyokong perwujudan rencananya, Mardjana sadar bahwa sistem keamanan IT mutlak dibutuhkan.

Bicara mengenai pembukaan lini usaha lain, Pos hendak mewujudkan PostMart berupa one-stop shopping. Ritel seperti Indomaret, Alfamart, Circle K, dan 7 Eleven pun akan digandeng. Praktis, investasi (cash out) untuk properti nihil karena PT Pos Indonesia sudah punya tanah dan gedung. Sebagai daya tarik tambahan, gedung kantor pos warisan kolonialis Belanda akan disulap jadi museum, galeri, restoran. “Artinya, investasi yang dibutuhkan akan dipakai untuk perbaikan gedung heritage sesuai dengan aslinya,” imbuh lelaki berkacamata itu.

Penuh keyakinan, Pos masih berniat mengakuisisi usaha logistik lain. Namun, niat ini masih dalam tahap pematangan konsep. “Pos memang belum lirik perusahaan untuk diakuisisi. Tapi, jika tak berani melakukan pinjaman dan akuisisi, Pos tidak bisa berkembang cepat,” tutup Mardjana. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved