Financial Report Corporate Action

Laba Bank Mandiri Turun 25%, Ini Pemicunya

Laba Bank Mandiri Turun 25%, Ini Pemicunya

Kondisi perekonomian Indonesia saat ini memang belum sepenuhnya membaik meski banyak yang memprediksikan bahwa situasi makro saat ini sudah cukup stabil. Turunnya BI rate di kisaran angka yang cukup tinggi, yakni di 6,75% serta nilai kurs Rupiah terhadap US$ yang rata rata masih ada pada kisaran Rp 13.000 memiliki pengaruh signifikan terhadap pencapaian kinerja perbankan nasional. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang relatif rendah. Bank Mandiri, salah satu BUMN perbankan terbesar di Indonesia mengalami hal yang sama. Meski terjadi peningkatan pada aset, kredit, serta DPK namun secara keseluruhan pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan tahun lalu.

peresmian mandiri

“Untuk laba kami mengalami penurunan sebanyak 25,7% dibandingkan triwulan pertama di tahun sebelumnya menjadi Rp 3,8 triliun. Nett Interest Margin (NIM) meningkat sebesar 80 bps menjadi 6,24%. Hal ini disebabkan oleh turunnya biaya dana terutama dari deposito, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan bunga bersih. Sedangkan pre provision operating profit yang mencerminkan perolehan laba dari kegiatan usaha di luar provisi mencapai Rp 9,7 triliun atau tumbuh 15,9% dibandingkan triwulan pertama tahun 2015,” ujar Kartika Wiroatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri.

Terkait perolehan laba, Kartika berdalih bahwa penurunan disebabkan oleh meningkatnya biaya pencadangan. Peningkatan tersebut terjadi hingga 3 kali lipat yakni pada angka Rp 1,5 triliun menjadi Rp 4,6 triliun . Selain itu, meningkatnya angka kredit bermasalah menyebabkan penurunan laba operasi yang awalnya Rp 6,8 triliun menjadi Rp 5,1 triliun.

“Penurunan laba memang banyak disebabkan oleh peningkatan biaya pencadangan. Namun jika tidak memperhitungkannya makan akan menggerogoti prepovision operating profit mencapai Rp 97 triliun atau tumbuh 15,9%,” kata Kartika. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved