Financial Report Corporate Action

ISC Pertamina Catat Penghematan Rp 2,87 Triliun

ISC Pertamina Catat Penghematan Rp 2,87 Triliun

Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina berhasil mencatatkan efisiensi bagi perusahaan senilai US$ 208,1 juta atau setara Rp 2,87 triliun (kurs Rp 13.800) sepanjang 2015. Capaian efisiensi tersebut diperoleh melalui kebijakan yang transparan serta memangkas mata rantai dalam proses pengadaan minyak mentah serta produk BBM yang sebelumnya dijalankan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral).

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro, mengatakan, terdapat lima program terobosan ISC yang dilakukan Pertamina. Program tersebut dinamai fase ISC 1.0.

Lima program tersebut ialah memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina. Terobosan lainnya adalah dengan pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan.“ISC 1.0 juga menerapkan terobosan lain berupa penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan mengurangi biaya dengan menerapkan pembayaran telegraphic transfer (TT),” ujar Wianda.

Wianda menjelaskan keberadaan ISC sangat penting untuk membuka transparansi seluas-luasnya supaya banyak mitra terpilih yang ikut serta. Dengan demikian, ada perubahan yang signifikan berupa penghematan.“Kami bisa memangkas rantai suplai pengadaan impor, dimana untuk minyak maupun produk, Indonesia masih. Ini yang kami kejar terus,” katanya.

Transformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik. Perkuatan ISC dengan mengembalikan fungsi ISC dan sekaligus meningkatkan kewenangannya.Menurut Wianda, efisiensi dari sisi pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan ISC salah satunya dilakukan dengan mengevaluasi ulang kontrak-kontrak pembelian sebelumnya. “ISC akan melakukan upaya terbaik untuk mendapatkan harga yang paling optimal bagi Pertamina,” ujarnya.

Fastron, salah satu produk Pertamina

Fastron, salah satu produk Pertamina

Pertamina mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM secara terbuka dan transparan. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lain-lain.

“Melalui ISC, peserta tender lebih variatif, harga lebih kompetitif, dan posisi tawar semakin tinggi. Informasi tender kami buka melalui website Pertamina yang semua orang dapat mengaksesnya,” jelas dia.

Wianda mengatakan, dengan transparansi menjadikan ISC menjalankan fungsi pengadaan lebih baik, kompetitif, dan menghilangkan potensi conflict of interest. “Pola mekanisme tender yang dilakukan melalui email dan metode evaluasi penawaran ketat dan prudent menjadikan proses pengadaan minyak dan produk Pertamina lebih akuntabel dan kredibel,” dia menambahkan.

Dia menegaskan, efisiensi dalam pengadaan juga dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan kapal-kapal yang dikelola oleh Pertamina, baik untuk mengangkut BBM, minyak mentah, dan elpiji impor dari titik penjualan ke dalam negeri.Keberhasilan Pertamina lainnya dalam pengadaan adalah adanya renegosiasi kontrak dengan Saudi Aramco, yang memiliki kontrak evergreen dengan Pertamina sekitar 120.000 barel per hari. Sejak Juni 2015, Saudi Aramco bersedia untuk tidak lagi mewajibkan Pertamina menerbitkan letter of credit (L/C).

“Ini adalah bentuk kepercayaan dari pemasok minyak mentah kepada Pertamina dalam kaitannya dengan jaminan pembayaran. Berapa sen pun yang dapat kami hemat, Pertamina akan lakukan upaya terbaik untuk meraihnya, tentu saja sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada,” tutup Wianda. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved