Financial Report

AAJI Optimistis Pertumbuhan Premi 2012 Sentuh 25%

AAJI Optimistis Pertumbuhan Premi 2012 Sentuh 25%

Hingga kuartal II tahun ini (Q2/2012) pertumbuhan premi asuransi jiwa berada di bawah level 20%, tepatnya 16,7%. Kendati di level positif, namun di luar perkiraan, mengingat dalam beberapa tahun terakhir premi asuransi selalu melambung di kisaran 20-30%.

Menurut Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim, pertumbuhan sektor asuransi sama halnya dengan sektor perbankan, yakni mengikuti pertumbuhan ekonomi dan realisasi proyek yang didanai APBN.

Dengan demikian, Hendrisman meyakini akan terjadi pertumbuhan yang tajam di dua kuartal terakhir. “Saya yakin tetap tumbuh di 30%. Biasanya di kuartal empat selalu meningkat tajam,” ujar Hendrisman.

Dijelaskannya, realisasi proyek pemerintah minim di kuartal awal tahun hingga pertengahan tahun. Namun menjelang tutup tahun, anggaran pemerintah yang terserap melalui proyek-proyek baik infrastruktur maupun proyek lainnya sangat tinggi. “Nah mengikuti proyek pemerintah yang mulai cair, pergerakan uang di masyarakat juga meningkat. Saat itulan produk asuransi juga laku terjual,” papar Hendrisman.

Jadi, setidaknya akhir tahun nanti premi industri asuransi jiwa bisa tumbuh 25%. “Kalau di level 25% bisa tercapai,” ujar Hendrisman.

Sementara dari sisi investasi yang hasilnya hanya tumbuh tipis 2,4 persen hingga Q2/2012, Hendrisman menjelaskan bahwa kondisi pasar saham memang menurun sejak awal tahun, namun sedikit ada perbaikan menjelang tengah tahun. “Sekarang (pasar saham) agak naik. Tetapi kita yang mengelola dana pemegang polis harus hati-hati. Makanya di Q2/2012 banyak perpindahkan porsi investasi dari saham ke obligasi dan reksadana,” katanya.

Untuk diketahui, penempatan dana invetasi industri asuransi jiwa di Q2/2012 didominasi reksadana sebesar Rp 63,8 triliun (tumbuh 15%), saham Rp 52,8 triliun (minus 32%), SUN Rp 24,1 triliun (tumbuh 2.171%), obligasi swasta Rp 24,1 trilun (tumbuh 293%).

Direktur Eksekutif AAJI, Benny Waworuntu, menambahkan, peralihan investasi dari saham ke obligasi juga menujukkan otpimisme masyarakat dengan kondisi ekonomi nasinal yang bagus. “Investasi di SUN meningkat hingga dua ribu persen karena kepercayaan meningkat dari masyarakat akan program pemerintah,” kata Benny.

Namun, dia mengakui jika minusnya pertumbuhan investasi di instrumen saham hingga 32% karena gejolak pasar global yang membuat industri asuransi lebih berhati-hati. “Awal tahun IHSG memang agak melemah. Tapi di akhir tahun banyak analis memperkirakan indeks bisa capai 4.400-4500. Jadi bisa kembali mengejar invetasi yang tidak hanya untung, tetapi juga aman,” tegas Benny. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved