Financial Report Corporate Action

Bisnis Rekreasi dan Perhotelan Jababeka Tumbuh 69%

Kota Jababeka (foto: Daniel Prabowo/Kontan)

Kota Jababeka (foto: Daniel Prabowo/Kontan)

Pelopor pengembang kawasan industri terpadu di Cikarang, PT Jababeka Tbk per 30 September 2015 membukukan pendapatan sebesar Rp 2,283 miliar atau naik 11% dari kinerja 9 bulan pertama di tahun 2014.

Pertumbuhan pendapatan berasal dari kinerja kuat pilar infrastruktur, yang tumbuh sebesar 17% tahun-per-tahun. Pendapatan pilar real estat/land development sedikit menurun, dengan kontribusi sebesar Rp 795 miliar dibandingkan Rp 807 miliar pada periode yang sama di tahun 2014.

“Sementara pilar rekreasi & perhotelan/leisure & hospitality tumbuh 69% menjadi Rp 80 miliar per September 2015,” jelas Muljadi Suganda, Corporate Secretary Kawasan Industi Jababeka (KIJA) dalam berita tertulis yang diterima SWA Online.

Untuk pendapatan berulang/recurring revenue yang diperoleh KIJA dari jasa layanan yang berhubungan dengan infrastruktur, yaitu: pembangkit listrik, air, dan dry port, berkontribusi sebesar 62% terhadap pendapatan konsolidasi perseroan pada 9 bulan pertama tahun 2015, dibandingkan 58% pada periode yang sama tahun 2014.

Pertumbuhan pada pilar infrastruktur ini merupakan penyebab utama penurunan laba kotor konsolidasi menjadi 43% per September 2015, dibandingkan 45% di tahun sebelumnya.

Meski memberikan pendapatan stabil dan cash flow yang terukur bagi Perseroan, pendapatan dari pilar infrastruktur mempunyai marjin laba kotor yang lebih rendah dibandingkan pilar real estat/land development.

Sedangkan untuk laba bersihnya KIJA membukukan menurun dari periode yang sama tahun 2014. Yaitu dari Rp 381 miliar tahun 2014 menjadi Rp 71 miliar pada September 2015. Penyebab utamanya dipengaruhi oleh rugi selisih kurs, yang berkisar Rp 2 miliar di tahun 2014, dibandingkan dengan Rp 320 miliar pada 2015.

Perlu diketahui rugi selisih kurs adalah jumlah net dari keuntungan dan kerugian dari mata uang dalam aktifitas operasi perusahaan dan juga keuntungan dari kontrak lindung nilai. Rugi selisih kurs KIJA tidak mencakup lindung nilai dan efek operasional sebesar Rp 593 miliar.

Saat ini, KIJA telah mengeksekusi call spread sebesar US$200 juta dengan rata-rata rate bawah sebesar Rp 13,014 dan rata rata spread Rp 1.950 setara dengan rata-rata atas sebesar Rp 14.964. Sebagai gambaran, sampai dengan September 2015, Rupiah telah terperosok sebesar 20%, dan upaya lindung nilai ini telah terbukti mengurangi efek dari fluktuasi mata uang sampai dengan batas tertentu.

“Pada periode Januari-september 2015 EBITDA perseroan naik sebesar 11% menjadi Rp 935 miliar, dibandingkan dengan Rp 841 miliar pada periode yang sama di tahun 2014,” jelas Muljadi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved