PT Bank BRI Syariah mencatat kinerja yang memuaskan dengan capaian laba sepanjang Januari-Juli 2012 Rp 80 miliar, meningkat Rp 15 miliar dari capaian sepanjang semester I 2012.

Direktur Utama BRI Syariah, Moch Hadi Santoso, mengatakan, laba tersebut ditopang strategi bisnis yang menitikberatkan pasarnya pada individu dan bisnis wirausaha baik skala kecil maupun menengah.

“Untuk segmen kecil dan menengah, kami menyediakan produk dan jasa berbasis syariah yang cukup lengkap. Mulai dari beragam tabungan, deposito, pembiayaan komersil, pembiayaan SME dan mikro hingga pembiayaan konsumer seperti KPR, KKB, gadai dan kepemilikan emas,” ujar Hadi di Jakarta, kemarin.

Khusus pembiayaan, hingga Juli 2012 terus meningkat mencapai Rp 9,8 triliun atau naik 60% dibandingkan posisi akhir tahun 2011. Porsi pembiayaan BRI Syariah yakni kredit komersil 26%, mikro 15%, konsumer 34% dan retail 36%. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 10,3 triliun, aset Rp 11,3 triliun dan CAR 13,59%.

Sementara itu, terkait penujukkan BRI Syariah sebagai satu-satunya bank syariah dalam pembiayaan KPR Sejahtera, Hadi yakin pihaknya mampu membiayai 5.000 unit rumah hingga akhir 2012. Namun begitu, realisasinya hingga Juli 2012, baru 22 unit rumah yang dibiayai.

KPR Sejahtera merupakan kredit perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang disubsidi oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) melalui program Fasilitas Likiuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). “Kendala dalam pembiayaan KPR Sejahtera adalah masalah lokasi dan harga tanah,” jelasnya.

Harga rumah yang dibiayai melalui program FLPP di kisaran harga Rp 88 juta dengan tipe 26 dan bunga yang ditetapkan sebesar 7,2% dan cicilan berlaku flat dengan jangka waktu 15 tahun. Untuk besaran uang muka yang ditentukan sebesar 10% dari harga rumah, sedangkan angsuran disesuaikan dengan plafon. Persyaratan untuk bisa mengajukan pembiayaan rumah murah ini memiliki gaji sebesar Rp 3,5 juta sebulan. Diharapkan dengan adanya program ini, BRI Syariah bisa mengambil nasabah dari bank lain yang tidak mampu meng-cover KPR Sejahtera. (EVA)