Financial Report Corporate Action

Strategi Surya Semesta Internusa Capai Target Pendapatan Rp5 Triliun

Strategi Surya Semesta Internusa Capai Target Pendapatan Rp5 Triliun

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang bergerak di bidang properti, konstruksi dan perhotelan membukukan pendapatan usaha konsolidasi untuk tahun 2013 sebesar Rp4,583 miliar, tumbuh sekira 28,6%, dibandingkan pendapatan usaha konsolidasi tahun 2012 yang sebesar Rp3,565 miliar. Sedangkan EBITDA konsolidasi di tahun 2013 adalah sebesar Rp1,023 miliar, naik sekira 3,1%, dari EBITDA konsolidasi tahun 2012 yang sebesar Rp992 miliar.

surya-semesta-internusa

Peningkatan pendapatan usaha dan EBITDA ini dikontribusikan oleh peningkatan di unit usaha jasa konstruksi dan perhotelan. Sebaliknya, unit usaha properti pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012, yang disebabkan oleh lebih sedikitnya jumlah penjualan lahan industri yang dibukukan.

Sementara, laba bersih konsolidasi tahun 2013 dibukukan sebesar Rp691 miliar, menurun 2,3%, dibandingkan laba bersih konsolidasi tahun 2012 yang sebesar Rp707 miliar. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban bunga konsolidasi yang berasal dari pengeluaran Obligasi SSIA di Oktober 2012, selain yang disebabkan oleh penurunan pendapatan usaha dan EBITDA dari unit usaha properti.

Untuk lebih lengkapnya, mari kita simak rangkuman wawancara dengan Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA), Johannes Suriadjaja, dengan reporter SWA Online, Ria E. Pratiwi, beberapa waktu lalu.

Bisa dijelaskan soal unit usaha konstruksi dan perhotelan perusahaan Anda?

Pada Juni 2013, unit usaha konstruksi melalui NRCA telah melakukan go public dan mengeluarkan saham baru. Kepemilikan SSIA di NRCA terdilusi dari 83,3% menjadi 67,2%, secara langsung dan tidak langsung. Lalu, pada November 2013, NRCA melakukan penyertaan saham di PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) sebesar 14,38% dengan investasi sebesar Rp 120 miliar. BUS memiliki penyertaan saham di PT Lintas Marga Sedaya (LMS) sebesar 45%. LMS adalah pemegang hak pengusahaan jalan tol ruas Cikampek-Palimanan.

Pada akhir tahun 2013, NRCA mendapatkan kontrak sebagai sub-kontraktor proyek jalan tol Cikampek-Palimanan sebesar kurang lebih Rp 1 triliun. Sebelumnya pada Oktober 2012, NRCA melalui Joint Operation dengan PT Karabha Gryamandiri telah ditunjuk sebagai kontraktor utama untuk konstruksi jalan tol Cikampek Palimanan dengan total kontrak sebesar Rp 7,7 triliun. Proyek jalan tol ini berjangka waktu pengerjaan selama 30 bulan.

Lalu, bagaimana dengan perkembangan unit usaha kawasan industri?

Unit usaha kawasan industri terus berusaha melakukan proses penambahan lahan baru di Bekasi. Untuk daerah Bekasi, unit usaha kawasan industri telah mendapatkan izin lokasi dan mulai melakukan akuisisi lahan baru sejak paruh kedua tahun 2012. Terkait dengan rencana untuk memperoleh lahan baru di Karawang melalui proses permohonan tukar menukar kawasan hutan untuk perluasan kawasan industri, saat ini masih dalam tahap proses permohonan rekomendasi dari Gubernur Jawa Barat, kemudian akan dilanjutkan dengan proses lainnya sesuai dengan peraturan sampai dengan mendapatkan Surat Ketetapan dari Menteri Kehutanan RI.

Kemudian, unit usaha kawasan industri telah memulai pembangunan model bisnis baru di tahun 2013 yaitu persewaan kawasan pergudangan (warehouse) Technopark dan pembangunan kompleks komersial, Suryacipta Square. Kawasan pergudangan Technopark telah menyelesaikan pembangunan tahap pertamanya (fase 1) sebanyak 16 unit dengan luas bangunan sekitar 35.000 m2 di akhir 2013 dan telah dipasarkan secara komersial. Sedangkan Suryacipta Square telah menyelesaikan pembangunan gedung kantor dan promenade di awal tahun 2014 dan siap dipasarkan.

Di tahun 2013, unit usaha kawasan industri mendapatkan marketing sales seluas 42 hektar, di bawah target revisi kami yang sebesar 70 hektar, dengan harga rata-rata penjualan sebesar US$130 per m2. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan di-lapangan yang disebabkan oleh klaim-klaim atas tanah yang ada, kendala pada otoritas Badan Pemilikan Tanah (BPN) daerah dan pembebasan lahan perumahan. Dengan dihadapinya kendala-kendala tersebut, kami juga mengalami potensi pembatalan pembelian lahan seluas 3,3 hektar dari satu pelanggan dengan harga penjualan sebesar US$135 per m2. Tapi ini sedang dalam proses penyelesaian.

Apa alasannya perusahaan Anda mendirikan kawasan pergudangan Technopark itu?

Suryacipta Technopark kami berstandar internasional, dan didirikan atas dasar motivasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari rantai logistik dan distribusi dari jumlah industri yang banyak di Indonesia. Biaya logistik kita bisa mencapai 30%-40% dari total biaya produksi. Kami melihat opportunity di sini sangat besar sekira US$150 miliar, dan pada 2014 diperkirakan akan bertumbuh menjadi US$170 miliar. Jadi ini pilot project kami untuk mengefektivitaskan logistik dan distribusi, yang ditujukan untuk industri di Indonesia juga retailer ke depannya. Karena penduduk yang banyak, wilayah kepulauan yang juga luas, jadi ini untuk menggiatkan lagi lini bisnis kita di logistik dan warehouse.

Target market-nya kebanyakan perusahaan logistik, seperti Sumitomo Logistics, Mitsui Logistics, lalu bisa saja nanti DHL dan UPS. Sebenarnya mau dia perusahaan asing atau lokal sama saja, yang penting dia memerlukan fasilitas ini. Jadi, kami berkomitmen untuk membangun sektor bisnis kita ini lebih jauh, misalnya akan membangun fasilitas logistik dan gudang (warehouse) di seluruh Indonesia. Kami sedang lihat lokasi di Jatim, Jabotabek, bahkan ke Sumatera, dan sebagainya. Tapi ini masih di bawah studi ya.

Kalau dari unit usaha perhotelan, bagaimana perkembangannya?

Budget hotel telah menyelesaikan proses akuisisi tanah di delapan lokasi, dan saat ini sedang melakukan pembangunan di tujuh lokasi. Pertama di Karawang, yang mana sudah dilakukan soft opening pada akhir Maret 2014.

Bagaimana dengan realisasi penggunaan modal (capital expenditure/capex) pada tahun lalu, dan rencana penggunaannya di tahun ini?

Realisasi capex di tahun 2013 adalah sebesar Rp900 miliar atau sekitar 60% dari budget-nya. Tidak tercapainya realisasi pembiayaan modal terutama disebabkan tidak terealisasinya penambahan lahan baru dan juga tertundanya pembangunan budget hotel. Kemudian, capex di tahun 2014 ini adalah sebesar Rp1,4 triliun, yang terutama digunakan untuk pembelian lahan industri baru, pengembangan kawasan industri, dan pembangunan budget business hotel. Sementara, rencana pembiayaan investasi di tahun ini juga berupa pembiayaan pinjaman Mezanine untuk pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan sebesar Rp300 miliar.

Berapa target untuk pendapatan dan laba SSIA pada tahun 2014 ini?

Pada tahun 2014 ini, kami menargetkan pendapatan usaha konsolidasi sebesar Rp 5 triliun, dan laba bersih konsolidasi sebesar Rp700 miliar.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved