Financial Report Capital Market & Investment

Intiland Bukukan Pendapatan Rp 2,7 triliun

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono.

Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) melaporkan hasil pencapaian kinerja keuangan tahun 2019. Perseroan tercatat membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,7 triliun, atau naik 7,2% dibandingkan akhir 2018 sebesar Rp 2,5 triliun.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono, menjelaskan, pendapatan tersebut terutama ditopang dari segmen mixed-use, high rise, dan kawasan perumahan, serta penjualan aset-aset non-core.

“Pendapatan usaha meningkat terutama karena adanya penyelesaian beberapa proyek baru sehingga hasil penjualannya bisa diakui dan dicatatkan sebagai pendapatan usaha. Pembangunan proyek-proyek ini sudah tahap penyelesaian dan mulai serah terima ke konsumen seperti kondominium Graha Golf, The Rosebay, Spazio Tower dan 1Park Avenue,” kata Archied dalam keterangan tertulis, Selasa (07/04).

Menurut Archied, pendapatan pengembangan (development income) masih memberikan kontribusi terbesar mencapai Rp 2,1 triliun atau 77,2% dari keseluruhan. Angka ini meningkat 8% dibandingkan 2018 senilai Rp 1,9 triliun.

Pendapatan usaha berikutnya bersumber dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang memberikan kontribusi Rp 623,1 miliar atau 22,8% dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen properti investasi ini mengalami peningkatan 4,5% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 596,4 miliar.

Sementara berdasarkan sumber pendapatan pengembangan, segmen mixed-use & high rise tercatat memberikan kontribusi paling besar mencapai Rp 1,1 triliun, atau 40,6%. Kontribusi tersebut mengalami peningkatan 35,6% dibandingkan pencapaian 2018 sebesar Rp 819,5 miliar.

Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan yang mencapai Rp 942 miliar atau 34,4%. Nilai ini tumbuh 49,6% dibandingkan pencapaian 2018 sebesar Rp6 29,6 miliar.

“Segmen pengembangan kawasan industri menyumbang Rp 60,3 miliar atau 2,2% dari total. Sebagian besar berasal dari penjualan lahan industri Ngoro Industrial Park di Mojokerto, Jawa Timur dan penjualan gudang logistik di Aeropolis, Tangerang,” jelas Archied.

Meningkatnya pendapatan usaha menyebabkan laba kotor perseroan juga mengalami kenaikan. Perseroan mencatatkan perolehan laba kotor 2019 sebesar Rp 1,1 triliun, naik 12,5% dibandingkan 2018 yang mencapai Rp 1 triliun. Sementara laba usaha perseroan juga melonjak 44,2% menjadi Rp 603,5 miliar dari sebelumnya Rp 418,7 miliar.

Adapun laba bersih Intiland tahun lalu Rp 251,4 miliar, naik 23,5% dibandingkan 2018 sebesar Rp 203,7 miliar. Naiknya laba bersih ini disumbang dari hasil penjualan saham perseroan di National Hospital di Surabaya, pada akhir tahun lalu.

Archied juga mengaku, bahwa tantangan industri properti tahun ini cukup berat. Kondisi darurat akibat penyebaran Covid-19 menciptakan dampak negatif terhadap kondisi perekonomian, upaya pemulihan sektor properti nasional, serta terhadap arus kas perusahaan.

“Perseroan akan terus berupaya menjaga kinerja usaha tahun ini dengan strategi pengembangan fokus pada proyek-proyek eksisting atau proyek yang berjalan. Mencermati perkembangan situasi dan kondisi saat ini, perseroan cenderung menempuh langkah konservatif dalam memutuskan setiap pengembangan proyek baru,” ujarnya.

Peluncuran proyek baru, kata dia, tentu ada sesuai rencana pengembangan. Namun ia menegaskan, pihaknya terus memantau situasi dan arah pergerakan pasar secara teliti dan hati-hati untuk mendapatkan momentum terbaik saat peluncuran.

“Untuk tahun ini, perseroan akan fokus pada upaya meningkatkan kinerja penjualan dari inventori atau stok produk di proyek-proyek berjalan. Perseroan terus mengeksplorasi semua peluang pasar, termasuk ke segmen konsumen menengah ke bawah yang masih cenderung bergerak dengan target utama para pembeli akhir (end user),” tutur Archied.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved