Financial Report Capital Market & Investment zkumparan

Monetisasi Aset Memacu Laba Bersih Mitratel Kuartal I Tumbuh 9%

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel pada Kuartal I/2023 membukukan laba bersih senilai Rp501 miliar atau tumbuh 9,1% dari Rp 459 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Laba bersih ini ditopang pendapatan yang naik 9,9% menjadi Rp 2,06 triliun dari Rp1,87 triliun (year on year/yoy).

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, pendapatan dari penyewaan menara telekomunikasi atau tower leasing masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama perseroan di Kuartal I/2023 itu. “Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari pendapatan segmen Tower Leasing yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,73 triliun atau anikr 18,8% dibandingkan Kuartal I/2022. Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh penambahan tenant dan kolokasi, termasuk akuisisi menara Indosat pada kuartal pertama tahun ini,” ujar Teddy, sapaan akrab Theodorus, dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Rabu (03/05/2023).

Selain dari segmen Tower leasing, pendapatan Mitratel juga ditopang dari segmen Reseller sebesar Rp154 miliar, Fiber sebesar Rp 34 miliar, dan Tower-Related Business Rp128 miliar. Kinerja fundamental Mitratel di kuartal pertama tahun ini tetap tumbuh seiring dengan digencarkannya program monetisasi aset dari aksi korporasi organik dan inorganik yang dituntaskan pada 2022. “Tahun ini, kami melanjutkan pertumbuhan bisnis organik dan inorganik untuk mengkreasikan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan,” tutur Teddy.Pada 2022, Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi dan serat kabel optik (fiber optic).

Dampak positif dari akuisisi menara itu adalah pertumbuhan pendapatan Tower Leasing dan memperoleh pendapatan terbaru dari fiber optic. Kuartal I/2023, perseraon sudah mengantongi pendapatan Rp34 miliar dari segmen Fiber.

Pada tiga bulan pertama tahun lalu, segmen ini belum mencatatkan pendapatan. Mitratel berhasil mencatatkan perkembangan yang pesat di portofolio Fiber hingga Maret 2023. Kunci pertumbuhan protofolio baru ini didorong kemitraan strategis yang mengakselerasi go to market, mendapatkan pesanan dari operator selular serta aksi korporasi inorganik dengan mengakuisisi aset fiber sepanjang 6.012 km, sehingga pada akhir Maret 2023, memiliki total aset kabel serat optik (fiber optic) sepanjang 25.509 km.

Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power To The Tower. Teddy mengatakan model bisnis Power to The Tower ini adalah penyediaan sumber energi on grid (terkoneksi dengan sumber energi utama) maupun off grid (jaringan yang tidak terhubung ke listrik PLN) di lokasi (site) menara telekomunikasi.

Perseroan memproyeksikan pasar atas bisnis Power To The Tower pada 2026 diproyeksikan tumbuh dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 6%. ”Kami melihat ini sebagai peluang dalam membangun ekosistem penyewaan menara yang lebih komprehensif dan berinisiatif menjadi pemain utama dalam bisnis ini,” ujar Teddy. Adapun, EBITDA Mitratel pada tiga bulan pertama di tahun ini mampu tumbuh 16,2% (yoy), dengan didukung disiplin atas pengelolaan biaya operasional.

Proyeksi 2023

Teddy memproyeksikan pendapatan Mitratel hingga akhir 2023 tumbuh 11% dibandingkan pendapatan di 2022 senilai Rp7,73 triliun. “Mitratel menerapkan beragam strategi pemasaran untuk merespon perubahan dan memenuhi permintaan konsumen. Beberapa strategi itu di antaranya membentuk tim pemasaran yang dibekali analytical tools agar memudahkan konsumen, yakni operator telekomunikasi, untuk menyewa menara yang selaras dengan rencana dan ekspansi bisnis mereka di pulau Jawa dan luar Pulau Jawa,” sebut Teddy.

Pada Kuartal I/ 2023, perseroan memiliki 36.439 menara yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Juga, telah membangun 105 menara baru dan mengakuisisi 997 menara. Mitratel tercatat sebagai perusahaan penyedia menara terbesar di Asia Tenggara dari sisi jumlah kepemilikan menara.

Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.278 menara di Jawa dan 21.161 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. “Pertumbuhan penambahan tenant di luar Jawa sebesar 25,3%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 21,9%. Hal ini menunjukkan bahwa strategi perusahaan untuk ekspansi dan mengoptimalkan pertumbuhan di luar Jawa sesuai dengan strategi ekspansi dari operator seluler di Indonesia,” ungkap Teddy.

Saat ini, perseroan memiliki 36.439 menara sehingga Mitratel merupakan perusahaan infrastruktur digital (Digital InfraCo) yang independen dan terbesar di Asia Tenggara serta di posisi ke-12 secara global.Adapun, Mitratel pada kuartal pertama tahun ini membukukan kenaikan aset sebesar 2,40% atau menjadi Rp 57,42 triliun dari Rp 56,07 triliun pada akhir tahun 2022. Kenaikan itu ditopang aset tidak lancar yang naik 4,02%, menjadi Rp 50,12 triliun dari Rp 48,18 triliun. Sedangkan, aset lancar mengalami perubahan sehingga nilainya menjadi Rp 7,29 triliun dari Rp 7,88 triliun.

Ke depan, Mitratel telah menyiapkan beberapa strategi bisnis yang mencakup operational excellence, service excellence, creating value business, creating shared value, digitalisasi berbasis analytical tools dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Teddy mengatakan program bisnis Mitratel ini akan menjadi tema di tahun ini untuk memastikan Mitratel dapat memberikan value yang maksimal bagi seluruh pemegang saham.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved