Capital Market & Investment

Opsi Investor di Kala Inflasi AS dan Bunga Tinggi The Fed

Opsi Investor di Kala Inflasi AS dan Bunga Tinggi The Fed
Ilustrasi foto :: Istimewa

Astronacci International, perusahaan market timing riset yang juga menyediakan layanan financial institute, strategic wealth management, dan investment banking, menjabarkan tren pelemahan Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memberikan peluang kepada investor untuk mengoleksi saham-saham yang diuntungkan dengan kondisi ini.

Dr. Gema Goeyardi, Pendiri Astronacci International mengatakan, opsi yang bisa dipilih investor adalah mulai menabung dollar AS untuk merespons tren pasar keuangan tersebut. “Kemudian, carilah saham yang diuntungkan dengan pelemahan rupiah dan hindari saham-saham yang dirugikan dengan pelemahan rupiah. Back to basic, belajar investasi untuk melindungi aset,” ucap Gema di Jakarta, Selasa (28/6/2022).

Inflasi di AS dan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyebabkan penguatan dolar AS yang diawali pada Maret 2022. Astronacci International sejak April tahun ini memberikan analisa mengenai potensi pelemahan rupiah dengan target Rp 16.200 per dolar AS. Lalu, Astronacci memproyeksikan bottom reversal level indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 24 Maret 2020 hingga wave analysis Astronacci yang akan mencapai area IHSG di 7.300 poin pada April 2022.

Turbulensi pasar keuangan dan pelemahan terhadap Rupiah diduga diawali dengan perang antara Rusia dengan Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga minyak dan diikuti dengan inflasi di AS. Astronacci pada 17 April 2022 memprediksi kenaikan suku bunga The Fed yang sudah pasti terjadi untuk menghadang laju inflasi dari AS. Kenaikan suku bunga The Fed ini juga mendorong laju penguatan dari US Dollar Index (DXY) yang ke depannya akan berdampak negatif terhadap Rupiah. Dengan kondisi Rupiah yang berada di Rp 14,340 per dolar AS berhasil menguat ke area Rp14,450 per dolar AS pada 25 April 2022.

Astronacci kembali mengingatkan kepada trader maupun investor terkait pelemahan rupiah akan segera terjadi. “Kondisi sekarang ini rupiah adalah laggard indicator dari dollar AS sehingga ketika terjadinya penguatan terhadap dollar AS secara terus menerus, maka sebentar lagi akan terjadi pelemahan terhadap rupiah secara signifikan,” tutur Gema.

Sesuai dengan prediksi dari Astronacci, kenaikan suku bunga The Fed yang diawali pada Maret 2022 sebesar 25 basis poin (bps), lalu mengalami kenaikan lagi pada Mei 2022 sebesar 50 bps, hingga kemudian mencapai 75 bps pada Juni 2022. Penguatan dolar AS ini tentunya akan membawa dampak negatif terhadap rupiah. Melihat pelemahan nilai tukar Rupiah berada di posisi Rp 14.812 per dolar AS di pasar pedagangan pada 27 Juni 2022.

Hal ini sesuai dengan prediksi Astronacci yang mengatakan bahwa akan terus terjadi penguatan dolar AS dan pelemahan rupiah dengan target dari Astronacci Rp 16.200 per dolar AS. Terkait analisis pelemahan rupiah, Astronacci memberikan prediksi terbarunya yang berpotensi untuk menguji kembali area support dan membentuk secondary reaction. Secara indikator momentum yang mengarah ke bawah pada area jenuh beli (overbought), hal ini mengindikasikan bahwa level dollar AS terhadap rupiah berpotensi untuk terjadinya pelemahan ke area support Rp 14.710 sebelum kembali menguat untuk mengisi area gap pada Rp 16.200. “Sebagai seorang investor wajib memitigasi risiko agar bisa mengamankan portofolio investasi,” ucap. Gema. Melalui A-Club Academy, Gema selalu menyampaikan prediksinya, mulai dari kondisi ekonomi makro, memberikan peringatan dini agar trader Indonesia bisa meneropong prediksi market untuk menghasilkan profit.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved