
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement) membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) sebanyak 12,1 juta ton pada kuartal III/2020 atau turun sebesar 9,7\% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume semen domestik tercatat 11.627 ribu ton, lebih rendah sebesar 7,7\%. Sedangkan permintaan semen domestik nasional turun sebesar 9,0\% sehingga pangsa pasar Indocement meningkat dari 25,7\% pada kuartal III/2019 menjadi 260\% Januari-September 2020.
Pangsa pasar perseroan di Jawa naik menjadi 34,8\% dari dari 34,2\%. Pangsa pasar di luar Jawa menjadi 15,4\% dari 14,6\%. Peningkatan di Jawa didorong oleh pangsa pasar dari keseluruhan Jawa Barat (dari 45,7\% menjadi 46,5\%) dan pangsa pasar Jawa Tengah (dari 33,2\% menjadi 35,2\%). Sementara pertumbuhan di luar Jawa didorong dari pulau-pulau utama disebabkan oleh pengoperasian penuh Kompleks Pabrik Tarjun setelah musim liburan pertengahan tahun ini.
Pendapatan bersih Indocement pada Januari-September tahun ini turun sebesar 10,6\%, menjadi Rp 10,14 triliun dari Rp 11,34 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kombinasi volume penjualan dan harga jual rata-rata yang lebih rendah. Pada periode itu, laba bersih Indocement turun 5,0\% menjadi Rp 1,11 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,17 triliun. Persentase penurunan ini lebih rendah dari penurunan total pendapatan karena penghematan biaya dan upaya efisiensi
Beban pokok pendapatan turun 12,5\% dari Rp 7,67 triliun menjadi Rp 6,71 triliun miliar sebagai dampak dari penurunan volume penjualan dan penurunan harga batu bara, termasuk upaya penghematan yang berkelanjutan pada biaya produksi seperti peningkatan penggunaan batu bara bernilai kalori rendah dan bahan bakar alternatif.
Mimi Halimin, analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memproyeksikan pendapatan Indocement di 2020 senilai Rp 14,3 triliun, atau berpotensi turun 10,1\% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Laba bersih Indocement di tahun ini ditargetkan mencapai Rp 1,6 triliun, turun 13,4\% dibandingkan tahun 2019,” ujar Mimi dalam riset yang dikutip SWA online di Jakarta, Selasa (10/11/2020).
Mimi menyebutkan kinerja keuangan Indocement di 2021 bakal pulih seiring pulihnya perekonomian dan pembangunan infrastruktur pada tahun depan. Pendapatan Indocement pada 2021 diestimasikan meningkat menjadi Rp 15,3 triliun dan laba bersih Rp 1,9 triliun. “Kami mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga tertinggi di Rp14.600 dari sebelumnya Rp 13.600,” sebut Mimi. Potensi upside saham INTP diperkirakan naik hingga 10,8\%. Harga saham INTP pada perdagangan Selasa ini naik 7,02\%, menjadi Rp 14.100 dari Rp 13.175 di perdagangan sebelumnya.
Neraca Keuangan Solid
Setelah pembayaran dividen pada Agustus 2020, emiten semen yang sahamnya bersandi INTP ini mempertahankan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas menjadi Rp 6,8 triliun. Arus kas yang kuat dihasilkan dari operasi dan upaya manajemen yang berkelanjutan untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk menjaga neraca keuangan yang kokoh.
Dengan tidak adanya utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan situasi ekonomi di tengah masa pandemi yang masih berlanjut termasuk kondisi kelebihan pasokan semen nasional dan berbagai pilihan yang tersedia di tengah masa konsolidasi industri semen. Perseroan telah membagikan dividen sebesar Rp 1,84 triliun (Rp 500 per saham) pada Agustus 2020 atau setara dengan rasio pembayaran dividen sebesar 100,3\%. Pembayaran dividen tahun lalu dilakukan pada Juni 2019 sebesar Rp 2,02 triliun (Rp 550 per saham) atau setara dengan rasio pembayaran dividen sebesar 176,7\%.
Sejak awal tahun, pasar semen terganggu akibat curah hujan yang tinggi selama dua bulan pertama tahun 2020 kemudian diikuti oleh dampak ekonomi dari pandemi. Masa yang paling menantang tidak diragukan lagi adalah selama kuartal II tahun ini, namun risiko ketidakpastian dari pandemi masih ada karena pertumbuhan ekonomi di Kuartal III/2020 masih negatif.
Beberapa faktor yang akan membayangi pasar semen di tengah pulihnya permintaan antara lain kedatangan La Nina yang akan menyebabkan curah hujan tinggi di seluruh Indonesia hingga Februari, dan pilkada yang akan digelar pada Desember mendatang. Namun demikian, dengan peningkatan anggaran infrastruktur pemerintah tahun 2021 kembali menjadi sebesar masa pra-Covid-19 dan ekspektasi efek pengganda dari selesainya proyek-proyek infrastruktur sebagai pendorong pengembangan kawasan industri dan pabrik, pertumbuhan permintaan tahun 2021 diperkirakan dapat bertumbuh positif antara 4\% sampai 5\% dengan catatan tidak ada pembatasan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ketat lagi dan dengan asumsinya pengadaan vaksin yang sukses dan tertanganinya virus Covid-19 yang jauh lebih baik di Indonesia.
"Oleh karena itu, kami percaya konsumsi semen dapat bertumbuh positif di tahun 2021 nanti walau belum sepenuhnya kembali ke level sebelum masa pandemi," jelasnya.
www.swa.co.id