Personal Finance

6 Rasio Keuangan yang Harus Diperhatikan Dalam Analisis Fundamental

Oleh Editor

Dalam berinvestasi kita tidak boleh terburu – buru. Ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, salah satunya analisis fundamental.

Dengan melakukan analisis fundamental, kita dapat memprediksi naik turunnya saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan, investor dapat memanfaatkan laporan keuangannya yang merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau selama periode tertentu.

Laporan keuangan perusahaan yang sering dianalisis adalah laporan neraca dan laporan laba rugi.

Secara berkala, perusahaan publik yang terdaftar di bursa wajib mempublikasikan laporan keuangannya.

Ada 6 rasio keuangan penting dalam analisis fundamental yang sering digunakan para analis fundamental dalam memilih saham.

Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih per lembar saham. Cara menghitung EPS yaitu jumlah laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham beredar. Carilah perusahaan yang EPS-nya terus betumbuh atau memiliki trend positif.

Rasio kedua, yaitu Price to Earning Ratio dapat diartikan rasio yang menggambarkan keuntungan sebuah perusahaan dibandingkan harga sahamnya. PER menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang dipakai untuk membeli saham. PER dapat dihitung dengan rumus harga saham dibagi laba per lembar saham (EPS).

Ada dua pendekatan dalam menghitung PER, yaitu trailing PER atau PER yang dihitung berdasarkan EPS tahun lalu dan forward PER atau PER yang dihitung berdasarkan estimasi EPS di masa yang akan datang.

Sebuah saham dianggap murah bila PER-nya lebih rendah daripada PER rata-rata di dalam sebuah industri. Patokan lainnya, jika saham dengan PER di bawah 10x termasuk murah, sedangkan jika PER di atas 20x maka saham tersebut tergolong mahal.

Selanjutnya, Price to Book Value atau PBV. Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menilai harga sebuah perusahaan dibandingkan kekayaan bersihnya. Rumus untuk menghitung PBV adalah harga saham dibagi nilai buku per lembar saham (BV). Umumnya investor disarankan untuk mencari saham dengan PBV yang lebih rendah daripada rata-rata PBV industri.

Return on Equity atau ROE adalah rasio rasio perolehan laba bersih yang dibukukan perusahaan dibandingkan dengan total kekayaan bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Cara menghitungnya adalah dengan membagi laba bersih dengan kekayaan bersih. Cari investasi dengan ROE minimal 10%.

Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menilai ROE, yaitu:

Dividen Yield diartikan sebagai rasio yang menggambarkan seberapa besar pembagian dividen yang dibagikan oleh perusahaan terhadap harga sahamnya di pasar. Cara menghitung DY adalah dengan membagi dividend per lembar saham dengan harga saham. Carilah saham yang memiliki dividend yield yang cukup besar karena mengindikasikan perusahaan tersebut memiliki kestabilan laba bersih. Disarankan dividend yield minimal sebesar 3%. Namun, yang perlu diingat adalah membagikan dividend.

Ratio terakhir yang harus diperhatikan saat menganalisis fundamental perusahaan DER. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio jumlah hutang dan kewajiban yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan modal bersihnya. Rumus untuk menghitung DER sendiri adalah total kewajiban atau utang dibagi kekayaan bersih. Bila DER <1, maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang lebih sedikit dibandingkan modal bersihnya.

Sedangkan bila DER > 1, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang besar. Secara umum, investor disarankan untuk mencari saham yang memiliki DER tidak lebih dari 1. (Mutiara Ramadhanti)

Artikel ini diproduksi oleh tim finansialku.com untuk swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved