Personal Finance

Faktor di Balik Melesatnya Laba BNI

Oleh Admin
Faktor di Balik Melesatnya Laba BNI

Tren perlambatan ekonomi Indonesia dan tekanan yang dialami nilai tukar rupiah tidak menyurutkan kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk tetap mencatatkan laba yang cukup tinggi pada kuartal III tahun 2013 sebesar Rp 6,54 triliun, atau naik 29,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih itu tercapai karena ekspansi kredit yang terus tumbuh, dan pengelolaan aset yang semakin prudent serta efisien, sehingga pendapatan operasional naik secara signifikan.

Dalam paparannya kepada media, di Jakarta, Jumat (18/10/2013), Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo mengatakan, dengan pertumbuhan laba tersebut, BNI mampu meningkatkan rasio return on asset (ROA) dari 2,8% pada kuartal III 2012 menjadi 3,3% pada kuartal III 2013. Begitu pula dengan return on equity yang menguat menjadi 21,8%.

gatot suwondo BNI

BNI juga mampu membukukan peningkatan Net Interest Margin (NIM) dari 5,8% pada kuartal III 2012 menjadi 6,1% pada kuartal yang sama tahun ini. Di samping itu, bank BUMN ini juga berhasil menurunkan Cost to Income Ratio (CIR) dari 47,1% menjadi 44% dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dari 72% menjadi 66,8%. CIR dan BOPO yang semakin baik tersebut juga menjadi faktor penyumbang terbentuknya laba bersih BNI yang tumbuh 29,8%.

Membaiknya rasio-rasio tersebut merupakan perwujudan dari pelaksanaan kebijakan strategis BNI dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional melalui berbagai inisiatif strategis, salah satunya upaya mengoptimalkan sumber daya manusia, logistik, dan infrastruktur.

“Sinergi antara business banking dengan consumer and retail banking secara konsisten terus kami perkuat. Kami melakukan ekspansi business banking pada industri-industri yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi sembari mengoptimalkan rantai nilai bagi para nasabah korporasi dan nasabah perorangan,” tutur Gatot.

Penyumbang peningkatan laba BNI

Menurut Gatot, penyumbang peningkatan laba BNI dan semakin membaiknya rasio-rasio keuangan tersebut, antara lain, pendapatan bunga bersih yang bertumbuh 23,4% menjadi Rp 13,82 triliun pada kuartal III 2013. Penyumbang lainnya adalah pendapatan non-bunga yang tumbuh 24,2% menjadi Rp 7,15 triliun pada kuartal III 2013. Dari kedua sumber pendapatan itu, secara keseluruhan pendapatan operasional BNI tumbuh 23,7% dari Rp 16,96 triliun pada kuartal III 2012 menjadi Rp 20,97 triliun pada kuartal III tahun ini.

“Pertumbuhan pendapatan operasional merupakan hasil dari upaya BNI dalam meningkatkan ekspansi kredit dengan fokus pada delapan sektor unggulan yang saat ini mencakup sekitar 70% dari total portofolio Business Banking BNI. Ekspansi kredit itu kami lakukan secara hati-hati dan selektif dengan terus meningkatkan pemantauan kinerja kredit sebagai bagian dari early warning system,” ungkap Gatot.

Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 76,8% pada kuartal III 2012 menjadi 84,7% pada kuartal III 2013. Kredit yang dikucurkan BNI meningkat 27,3%, yaitu dari Rp 184,48 triliun menjadi Rp 234,91 triliun pada kuartal III 2013. Kualitas kredit pun membaik yang ditandai dengan menurunnya net NPL maupun gross NPL. Net NPL tercatat sebesar 0,6%, sedangkan Gross NPL sebesar 2,4%.

Pertumbuhan kredit tetap didominasi oleh kredit dalam mata uang rupiah, yaitu 86% dari portofolio kredit BNI. Karena bank tetap ingin mendukung pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Dukungan BNI pada perekonomian nasional tampak dengan mengalirnya kredit ke sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja, seperti sektor manufaktur yang meliputi 18% dari portofolio kredit BNI, sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan mencapai 16%, serta sektor pertanian sebesar 8%.

Pada business banking, sektor-sektor yang menjadi target pengucuran kredit adalah infrastruktur, seperti konstruksi dan transportasi, pembangkit listrik, telekomunikasi, serta minyak dan gas. Adapun di sektor konsumer dan ritel, kucuran kredit properti melalui BNI Griya menunjukkan pertumbuhan signifikan yaitu 34,81%, dengan NPL yang semakin membaik di level 2,05%, dan pangsa pasar yang meningkat menjadi 11,54%.

Ekspansi kredit BNI tersebut didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat 15,4% menjadi Rp 275,63 triliun. Peningkatan DPK itu dilakukan dengan fokus utama pada upaya-upaya penghimpunan dana murah. Upaya itu telah menghasilkan pertumbuhan dana murah (CASA) sebesar Rp 34,9 triliun atau 22,8%. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved