Personal Finance

Kerontokan China Tak Goyahkan Pasar Saham Indonesia

Kerontokan China Tak Goyahkan Pasar Saham Indonesia

Akhir Agustus 2015 lalu, pasar saham Indonesia mengalami tekanan karena rontoknya indeks pasar saham di China lebih dari 30 %. Kejatuhan yang disebabkan devaluasi mata uang China, Yuan, itu diperkirakan menimbulkan kerugian sekitar Rp 30 triliun di bursa. Hingga awal tahun 2016 ini, indeks pasar saham China kembali tertekan, menyusul pemberlakuan kebijakan penghentian perdagangan secara otomatis pertama kali diterapkan di bursa saham China. Pasar keuangan global pun mulai merespon “cemas” akan kondisi ini.

cimb

Tetapi menurut Cholis Baidowi, Chief Investment Officer PT CIMB Principal Asset Management (PT CPAM), indeks pasar saham di Indonesia tak akan terlalu terpengaruh dengan kondisi tersebut, “Meski mungkin sekarang pasar Indonesia juga mulai ikutan cemas, tetap tidak akan terlalu dalam dampaknya,” ujar Cholis. Keoptimisan Cholis itu didasarkan pada data bahwa saat ini indeks di China secara year to date sudah turun sampai 20 %, sedangkan indeks di Indonesia masih lebih kecil. Kedua, hingga saat ini hubungan Indonesia dan China lebih didominasi impor barang dari China masuk ke Indonesia, sedangkan ekspor Indonesia ke China masih rendah dan sebatas komoditi. Ketiga, secara umum, emerging market seperti Indonesia dan Filipina performanya masih bagus sehingga dampak dari China tidak akan sedalam negara-negara yang lain.

Untuk investasi dalam negeri, PT CPAM sendiri sudah memetakan alokasi dan strategi portofolio, mulai dari yang underweight, netral hingga yang overweight. Untuk kategori underweight, CPAM memasukan saham-saham batubara, metal, dan minyak dan gas. Kemudian di kategori netral, ada saham-saham dari industri perkebunan, toll-road dan poultry.

Di kategori overweight adalah saham dari konstruksi, telekomunikasi dan FMCG. Khusus untuk kategori overweight, Cholis merekomendasikan Wakita Karya, Adhi, dan Telkom sebagai yang terbaik, sedangkan EXCL alias XL Axiata, menurut Cholis sebaiknya dihindari karena masih ‘mencemaskan’. “Tetapi secara umum telekomunikasi memang sangat bagus karena pertumbuhan pengguna data dan voice semakin pesat,” ujarnya. Sedangkan untuk FMCG, ada Gudang Garam dan Sampoerna. Lebih lanjut, Cholis juga optimis investasi di Indonesia bisa tumbuh diatas 5 % pada tahun 2016 ini.

CPAM sendiri, tahun 2016 ini menargetkan jumlah dana kelolaan (AUM) tumbuh sebesar 42 % menjadi Rp 7,5 triliun, “target ini kami tetapkan dengan mempertimbangkan kondisi pasar modal yang membaik tahun ini, “ ujar Fajar, R. Hidajat, Presiden Direktur PT CPAM. Sedangkan fokus reksa dananya adalah reksa dana ekuitas dengan strategi pengelolaam high-coverage ratio, dan serta reksa dana berbasis obligasi pemerintah dan korporasi.

Selain itu, CPAM juga akan menerbitkan reksa dana syariah berbasis efek syariah luar negeri, dengan nama RDS CIMB-Principal Asia Pacific Equity Syariah. Rencananya reksa dana syariah tersebut akan diluncurkan sekitar bulan Maret 2016 dengan target nasabah intitusional dan ritel. RDS CIMB_Principal Asia Pacific Equity syariah akan berinvestasi pada efek bersifat ekuitas asing di luar negeri yang patuh dengan prinsip syariah, dengan sepuluh negara tujuan : Singapura, China, Filipina, Thailand, Malaysia, Hong Kong, India, Korea Selatan, Taiwan, dan Indonesia.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved