Personal Finance

Segera Tinggalkan Fear & Greed Mindset dalam Berinvestasi

Oleh Editor
Segera Tinggalkan Fear & Greed Mindset dalam Berinvestasi

René Descarter, seorang filosofis Perancis mengutarakan sebuah ungkapan cogito ergo sum yang bermakna selama aku berpikir, maka aku ada. Atau pernahkah Anda mendengar kutipan ‘Segala sesuatu berawal dari pikiran, dengan pemikiran yang tepat kesuksesan akan tercapai’?

Kekuatan pikiran akan mempengaruhi bagaimana kita memandang kehidupan. Banyaknya ungkapan mengenai pikiran menunjukkan bahwa pikiran dapat mengendalikan diri kita. Pikiran yang positif akan mendatangkan kebaikan dan begitupun sebaliknya.

Dalam berinvestasi pun ada mindset atau pemikiran – pemikiran yang mempengaruhi perilaku finansial seseorang. Diantaranya, fear mindset dan greed mindset. Namun, sebelum membahas kedua pemikiran tersebut, kita perlu mengetahui sifat dasar emosional manusia.

Kondisi emosional manusia pada dasarnya terbagi menjadi 2, mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Kedua emosi inilah yang mendasari berkembangnya fear dan greed mindset. Setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda diantara dua emosi tadi. Ada orang yang menjalani kehidupannya hanya agar tidak menderita. Tetapi, ada juga orang yang rela melakukan apapun demi mendapatkan semua keinginannya.

Fear mindset

Seseorang yang berpikir bahwa hidup harus berjalan lurus tanpa hambatan akan memiliki fear mindset. Mengapa disebut fear mindset? Karena mindset ini membuat seseorang selalu merasa takut, cemas, dan ragu saat mengambil keputusan. Ia khawatir jika keputusan yang diambilnya akan membawa kerugian.

Investor yang memiliki fear mindset cenderung tidak berani mengambil risiko. Meskipun mempertimbangkan risiko juga termasuk langkah dalam berinvestasi, namun jika berlebihan malah berpotensi menggagalkan investasi.

Ciri – ciri investor yang memiliki fear mindset adalah taking profit dan cut loss terlalu cepat. Mereka yang berpikiran seperti ini biasanya merasa panik saat melihat nilai saham turun sedikit saja. Kecemasan ini memicu pengambilan tindakan yang emosional. Investor seringkali hanya mau menerima informasi yang sesuai dengan pendapatnya tanpa mempertimbangkan secara keseluruhan.

Perencana keuangan Finansialku, Rizqi Syam, CFP® menjelaskan bahwa fear mindset ini sebenarnya wajar terjadi pada investor pemula atau investor yang belum memahami betul apa itu investasi. Sehingga ketakutan akan hal baru ini perlahan – lahan bisa berkurang seiring berjalannya waktu.

Rizqi menambahkan fear mindset ini dapat diatasi dengan memberanikan diri untuk menghadapi risiko. Pertama, tentukan stop loss atau nilai terendah yang dapat ditolerir dan hanya cut loss apabila sudah mencapai stop loss, bukan sebelumnya. Kedua, lebih membuka diri pada peluang keuntungan yang lebih besar. Sebab, pemilik fear mindset biasanya sering mengambil keuntungan di saat kenaikan nilai belum maksimal.

Greed mindset

Bertolak belakang dengan fear mindset, para investor dengan greed mindset cenderung lebih agresif dan berani. Sesuai namanya, investor dengan mindset ini memiliki sifat serakah. Mereka ingin mengeruk keuntungan sebanyak – banyaknya hingga terkadang tidak acuh pada risiko yang mungkin terjadi.

Ambisi yang berlebihan ini membuat investor tidak pernah puas dengan hasil yang didapatkan. Sayangnya, semangat ini justru yang akan menghancurkan rencana investasi kita. Keserakahan akan mengendalikan kondisi emosional.

Salah satunya, ketika saham sedang mengalami kenaikan investor menunda pengambilan profit dengan harapan nilai tersebut akan naik terus menerus. Sedangkan, saat harga turun ia akan membeli atau ‘menyerok’ saham sebanyak – banyaknya tanpa analisis yang kuat.

Menurut Rizqi, investor yang tidak dibarengi dengan pengetahuan akan risikonya, kemungkinan akan mengalami kerugian meskipun posisi sebelumnya sudah profit.

Untuk mengatasinya, hal yang paling utama tentu menghindari sifat serakah. Selain itu, buatlah target profit dan stop loss. Jika kenaikan sudah mencapai target profit, segera realisasikan keuntungan tersebut, meskipun pergerakan masih terus merangkak naik. Begitu pun sebaliknya, ketika sudah mencapai stop loss segera lakukan cut loss. Jangan memberikan toleransi lebih, apalagi memborong saham yang sudah jatuh. (Mutiara Ramadhanti)

Artikel ini diproduksi oleh tim finansialku.com untuk swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved