Personal Finance

Telisik Saham Tekno: Start Up IPO dan Prospek Masa Depan

Oleh Editor
Telisik Saham Tekno: Start Up IPO dan Prospek Masa Depan

Saham di sektor tekno perlahan – lahan merangkak naik di bursa saham. Menyusul Bukalapak, beberapa start-up lainnya seperti Blibli dan Go To dikabarkan akan segera IPO.

Meskipun belum ada keputusan resmi dari PT Global Digital Niaga atau Blibli.com terkait rencana melantai di bursa, VP Public Relations Blibli, Yolanda Nainggolan, menyatakan bahwa pihaknya sangat terbuka dengan opsi terbaik yang dapat mempercepat pengembangan ekosistem dalam memberikan solusi inovasi kepada pelanggan.

Jika kita berkaca pada IPO saham BUKA, antusiasme investor pada sektor tekno melonjak tinggi. Bahkan Bukalapak meraih RP 22 triliun pada penjualan saham perdananya.

Dalam perjalanan awalnya, saham BUKA (Bukalapak) mengalami pergerakan fluktuatif yang signifikan. Pada hari pertama saham BUKA sempat mencapai autorejection atas (ARA). Di hari kedua juga mendekati ARA, namun sayangnya anjlok hingga mengalami ARB di hari yang sama. Kondisi ini berlangsung selama 3 – 4 hari.

Akibatnya, banyak investor terutama investor pemula yang bergejolak. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan diskusi mengenai performa saham baru ini. Lalu bagaimana pandangan perencana keuangan mengenai fenomena ini?

Perencana keuangan Finansialku, Gembong Suwito, CFP®, mengasumsikan para investor berada dalam kondisi sunk cost falllacy alias sudah ‘bucin’ dengan Bukalapak. Sehingga saat diawal penjualan saham, mereka berbondong – bondong membeli saham BUKA. Namun, ternyata nilai saham tersebut justru turun drastis.

“Saat dihadapkan kondisi seperti ini, balik lagi ke orangnya. Respon pasar berbeda tergantung pilihan masing – masing. Ada yang cutloss, ada yang tambah. Buktinya, di saat harga terendah banyak investor asing yang masuk.”, jelas Gembong.

Namun, kalau berbicara soal prospek kedepannya, ia merasa akan ada harapan yang baik untuk saham BUKA. Ia menambahkan, “Kalau prosek itu kan jangka panjang, kita lihat dulu satu tahun atau enam bulan ini bagaimana, baru bisa lihat Bukalapak kedepannya. Harusnya masih stabil ya, range-nya 1000 dibawahnya 860”, imbuhnya.

Jika dilihat dari sisi keuangan, start-up yang merupakan perusahaan rintisan kemungkinan memang masih memiliki laporan keuangan yang negatif.

“Pasti itu. Rata – rata secara keuangan start-up masih negatif karena banyak dari mereka yang menggunakan strategi bakar duit. Bakar duit kan rugi.” Jelas Gembong.

Tetapi, di sisi lain start – up dipercaya mampu bertumbuh dengan cepat. Oleh karena itu, investor tetap mau menginvestasikan modalnya kepada perusahaan start – up yang sedang berkembang. Gembong menambahkan dengan pertumbuhan yang cepat, walaupun mengalami kerugian masih bisa ditolerir. Sebab salah satu exitstrategy start – up adalah dengan melantai di bursa atau IPO. Mereka pun pada akhirnya akan bertransformasi menjadi perusahaan terbuka (Tbk).

Setelah IPO perusahaan tersebut akan lebih terbuka termasuk laporan keuangannya. Dari sana investor bisa menganalisa. Seiring berjalannya waktu, investor pun dapat melihat bagaimana pergerakannya. “Kalau bagus maka harganya akan naik. Persepsi buruk di awal IPO akan terbantahkan sendiri dengan profitnya perusahaan. Itulah kenapa start-up itu ketika masuk di bursa mendapatkan modal besar, tapi pada akhirnya pasar modal yang menilai. Untungnya berkembang, perusahaannya berkembang.”, ungkapnya.

Ia pun menambahkan bahwa sektor teknologi sebenarnya secara valuasi memang mahal, tapi secara pergerakan dinilai menarik. Salah satunya berkaca dari Wallstreet yang kini didominasi sektor teknologi seperti Microsoft, Amazon, Apple, dll. Sehingga dapat disimpulkan saham – saham dalam sektor ini akan menarik di masa depan. Sebagai penutup, Gembong memberikan saran bagi investor yang ingin merambah sektor tekno, “Nah, karena di Indonesia sektor teknologi baru ada di tahun 2021, jadi masih baru. Jadi kalau mau investasi di sektor teknologi harus punya plan yang jelas karena naik turunnya cepat.” (Mutiara Ramadhanti)

Artikel ini diproduksi oleh tim finansialku.com untuk swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved