Personal Finance

Investor Indonesia Pesimis Terhadap Saham dan Ekuitas

Investor Indonesia Pesimis Terhadap Saham dan Ekuitas

Berdasarkan Manulife Investor Sentiment Index (MISI), survei yang didasarkan pada wawancara 3.500 responden di tujuh negara, menujukkan bahwa investor Indonesia menjadi yang paling optimis terhadap kondisi investasinya. Di sisi lain investor di negara ini merupakan yang paling pesimis terhadap instrumen investasi saham dan ekuitas.

Secara keseluruhan, nilai indeks MISI untuk investor Indonesia adalah +54, jauh di atas rata-rata indeks regional yang sebesar +17. Selain Indonesia, enam negara yang disurvei adalah Malaysia, Singapura, Taiwan, China, Hong Kong dan Jepang.

“Namun, dibandingkan kelompok lainnya, investor Indonesia paling pesimistis terhadap saham dan ekuitas karena masih mengandalkan dana tunai atau properti sebagai instrumen investasi,” kata Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Chris Bendl.

Menurut Chris, alasan utama investor Indonesia percaya bahwa saat ini merupakan waktu yang kurang baik untuk berinvestasi saham atau ekuitas adalah pasarnya yang tidak stabil dan keyakinan bahwa investasi lainnya dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi.

Hal itu menunjukkan para investor Indonesia lebih memilih instrumen investasi yang berisiko lebih rendah dan memiliki pengetahuan yang minim mengenai saham dan ekuitas. Padahal, indeks harga saham gabungan (IHSG) saat ini terus bertumbuh dengan kuat dan menunjukkan kondisi pasar yang baik.

“Ada kesenjangan antara optimisme terhadap tujuan keuangan dan pensiun dengan perilaku investasi mereka. Kesadaran terhadap investasi tinggi tetapi membutuhkan langkah yang konkret dan bimbingan lebih lanjut tentang cara memanfaatkan produk investasi mereka,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro, mengatakan, investor sebaiknya mempertimbangkan instrumen investasi saham dan ekuitas. MAMI sendiri merekomendasikan produk investasi yang menjadi andalan mereka, yakni reksa dana saham.

“Berdasarkan sejarah dalam jangka panjang tingkat pengembalian investasi dari reksa dana yang berkaitan dengan pasar saham telah terbukti memberikan imbal hasil yang mampu mengalahkan laju inflasi,” ujar Legowo.

Legowo juga menganggap masih banyak masyarakat yang tidak paham reksa dana. “Sehingga mereka tidak menggunakan peluang ini dengan baik,” tambahnya.

MISI merupakan survei kuartalan yang menggambarkan perilaku investor dalam berinvestasi . Riset ini dilaksanakan pada Desember 2012 hingga akhir Januari 2013 oleh TNS, sebuah lembaga survei internasional. Di Indonesia survei dilakukan terhadap 500 responden berpendapatan Rp 1,5 juta ke atas di tiga kota, Medan, Jakarta dan Surabaya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved