Financial Report Capital Market & Investment

Rahasia Bank Mega Cetak Laba Bersih Rp3 Triliun di Tahun Pandemi

Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan banyak perusahaan merugi, bahkan kolaps, justru PT Bank Mega Tbk. berhasil mencetak cuan signifikan yang didambakan banyak pelaku bisnis. Di sisi lain, pandemi juga berdampak pada terjadinya krisis kesehatan dan krisis ekonomi di negara kita.

“Kami menyikapi kondisi makro ekonomi tahun 2020 yang penuh tantangan dengan tetap optimistis dan mengubah tantangan tersebut menjadi peluang. Hasilnya, Bank Mega tetap tumbuh secara signifikan dan berkesinambungan, bahkan indikator utama keuangan berada di atas rata-rata industri, “ujar Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib dalam Public Expose (Paparan Kinerja) tahun buku 2020 secara virtual (17/2/2021).

Laba Bank Mega setelah pajak tercatat sebesar Rp3,01 triliun atau tumbuh sebesar 50% jika dibandingkan dengan kinerja periode di tahun 2019 sebesar Rp2,0 triliun. Sementara laba setelah pajak secara industri per November 2020 (YoY) tercatat minus 31%.

Dengan pencapaian laba yang ciamik ini, manajemen Bank Mega berjanji pada RUPS tahunan nanti akan mengusulkan pembagian dividen yang signifikan untuk para pemegang saham.

Pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang naik sebesar 9% menjadi Rp3,9 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp3,58 triliun. Selain itu fee based income juga turut andil dalam menyumbang kenaikan laba, yang terjadi kenaikan sebesar 26% menjadi Rp2,9 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp2,3 triliun. Total aset berhasil mencapai Rp112,2 triliun atau naik 11% dibanding tahun 2019 sebesar Rp100,8 triliun.

Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9% menjadi Rp79,19 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp72,8 triliun. Dari sisi komposisi, deposito masih mendominasi dana pihak ketiga yaitu sebesar 72%, disusul oleh tabungan sebesar 17% dan giro sebesar 11%.

Kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6% menjadi Rp48,5 triliun dari Rp51,0 triliun pada tahun 2019. Secara komposisi, kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 55% menjadi Rp26,2 triliun.

Rasio keberhasilan mengendalikan beban operasional mengakibatkan perbaikan Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) semakin membaik, yaitu menjadi sebesar 65,9% dibanding posisi 2019 yang sebesar 74,10%. Hal ini merupakan dampak dari inovasi digital dan otomasi yang telah diberlakukan sejak 2 tahun terakhir, baik untuk back office maupun front office.

Permodalan Bank Mega juga semakin kokoh yang tercermin dari rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 31,04%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,68%. Rasio permodalan yang kuat merupakan hal penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Ke depan, hingga akhir tahun 2021, Bank Mega menargetkan laba bersih bisa mencapai Rp 3,5 triliun, melonjak Rp 500 miliar atau 16% dibandingkan penacapain tahun 2020. Sementara asset bank ditargetkan meningkat dari Rp112 triliun menjadi Rp 117 triliun.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved