Capital Market & Investment

Resep Farhan Memetik Imbal Hasil dari Saham

Resep Farhan Memetik Imbal Hasil dari Saham

Lantaran dibujuk sahabatnya, Farhan berinvestasi saham sejak tahun 1996. Dia membeli saham telekomunikasi dan perbankan di pasar perdana. Farhan menambah kepemilikan saham seiring meningkatnya pengetahuan bertansaksi di pasar modal. “Saya diajak teman saat pertamakali membeli saham Telkom dan BNI di tahun 1996. Saya membuka rekening efek di BNI Securities,” ujar Farhan di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Selasa, (22/11/2016).

Presenter sekaligus aktor ini membeli di pasar perdana ketika PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melakukan initial public offering (IPO). Pria yang bernama Muhammad Farhan ini menambah asetnya dengan membeli saham-saham barang konsumsi, pertambangan, dan konstruksi di pasar sekunder. Portofolio sahamnya itu dipilah-pilah sesuai tujuan investasi. Jumlah saham dalam portofolionya itu bervariasi, yakni sekitar 5 hingga lebih dari 10 saham. Setiap pekan, Farhan mentrasaksikan sejumlah saham-sahamnya itu. “Hanya tiga yang kupegang untuk investasi jangka panjang, salah satunya Waskita,” ucap pria kelahiran Bogor, 25 Februari 1970 ini.

Farhan melakukan swafoto bersama penggemarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (22/11/2016). Farhan adalah investor saham yang membidik target imbal hasil sebesar 12%. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Farhan (kiri) melakukan swafoto bersama penggemarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (22/11/2016). Farhan adalah investor saham yang membidik target imbal hasil sebesar 12%. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Saham Waskita atau PT Waskita Karya (Persero) Tbk dipilih Farhan karena mempertimbangkan prospek pembangunan infrastruktur ke depannya. Pemerintah menggenjot pembangunan sarana infrastruktur. Ini akan berdampak positif terhadap kinerja emiten konstruksi. Guna menggelembungkan asetnya, Farhan senantiasa menambah kepemilikannya di saham-saham konstruksi ketika harganya sedang terkoreksi. “Saya menambah jumlahnya ketika harganya sedang turun,” tandas pemandu acara Nite Time di Metro TV ini.

Untuk saham yang rutin ditransaksikan mingguan itu, Farhan memiliki beberapa saham, antara lain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Farhan rutin mengevaluasi performa saham-saham miliknya ini agar tak meleset mencapai imbal hasil yang ditargetkannya. “Jelang akhir tahun saya mengakumulasikan return-nya. Jika ada saham yang telah mencapai target return, maka saya profit taking,” tuturnya. Setiap tahun, target imbal hasil yang dibidiknya sebesar 12%. “Itu target keseluruhan portofolio,” imbuhnya. Farhan pernah menyabet imbal hasil yang cukup tinggi di akhir tahun 2014. “Saya mengambil untung di tahun itu dan nilainya cukup untuk menambal kerugian di tahun 2009,” jelas pemegang gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, ini.

Portofolio Farhan tersungkur di tahun 2009 karena harga sahamnya berguguran. Salah satunya adalah saham pertambangan. “Saya terpaksa melakukan cut loss yang cukup dalam karena perlu dana tunai untuk mengganti kerugian di bisnis saya yang bangkrut,” paparnya. Dia memulihkan kerugiannya selama periode 2009-2014. Caranya dengan membeli saham-saham ungulan di sektor barang-barang konsumsi, perbankan dan infrastruktur yang harganya relatif murah serta rutin mentransaksikannya setiap pekan. “Titik impas di tahun 2014 dan sekarang adalah periode mencari return sebanyak-banyaknya,” pungkasnya. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved