Financial Report Capital Market & Investment Corporate Action zkumparan

Restrukturisasi Fortune Group Pangkas Biaya Operasional 15%

(ke-3 dari kanan) Menuk Sudaryati, Direktur Keuangan Fortune Group

Sengitnya persaingan industri periklanan dan kehumasan yang menjadi core business Fortune Group, memaksa perusahaan itu harus melakukan langkah strategis. Aksi korporasi yang dilakukan adalah merestrukturisasi perusahaan untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan pendapatan plus laba bersih.

Restrukturisasi Fortune telah dijalankan sejak tahun 2016. Dan hingga hari ini restrukturisasi masih dilanjutkan demi optimalisasi kinerja perusahaan. Hasilnya? “Laba kotor perusahaan naik hampir 42.000 % dari Rp11 juta di 2016 menjadi Rp4,6 miliar di 2017,” jelas Menuk Sudaryati, Direktur Keuangan Fortune Group dalam keterangan persnya usai RUPS Tahunan di kantornya, Gedung Galaktika, Jakarta Selatan (27/4/2018).

Menurutnya, restrukturisasi mampu menekan beban operasional dari Rp65 miliar di tahun 2016 menjadi Rp55 miliar di tahun 2017, atau turun 15%. Selain restrukturisasi, juga dilakukan pembangunan sumber daya manusia agar lebih kreatif dan produktif dalam mengembangkan ide dan mencari klen-klien baru.

Meski demikian, hasil RUPST itu menyetujui tidak membayar dividen tahun buku 2017 tersebut. Menuk menjelaskan, pembagian dividen akan dilakukan apabila laba komprehensif untung, namun sampai saat ini masih minus Rp56 miliar, yang ditimbulkan karena ada transaksi right off atau penghapusan akun-akun yang tidak bisa dipulihkan kembali.

Hingga akhir tahun 2017, emiten yang sahamnya ditransaksikan dengan kode FORU itu berhasil membukukan pendapatan Rp300 miliar. Kontribusi pendapatan itu dari iklan Rp271 miliar dan perhumasan sekitar Rp29 miliar.

Di pengujung tahun 2018, perseroan menargetkan pendapatan Rp364 miliar dan laba bersih Rp17,5 miliar. Untuk mewujudkan target tersebut, perusahaan akan melakukan inovasi berbasis digital dan teknologi. Ini sesuai tagline Fortune Group, yakni Innovation, sehingga akan terus mendorong inovasi para karyawan.

Sementara itu, alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) tahun 2018 di bawah Rp1 miliar. Perseroan menargetkan belanja modal yang terbilang kecil dikarenakan ranah bisnis perseroan bergerak di bidang jasa. “Kami bergerak di industri jasa, sehingga capex-nya kecil, sekitar Rp214 juta,” dia menambahkan. Rencananya, capex tersebut akan dimanfaatkan untuk peremajaan hardware atau software, serta penambahan sumber daya manusia atau pekerja.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved