Capital Market & Investment zkumparan

Sawit Sumbermas Sarana Menjajaki Akuisisi Saham CBU

Perkebunan sawit SSMS. (Foto : Istimewa)

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menjajaki penambahan porsi saham di PT Citra Borneo Utama (CBU) seiring target perseroan meningkatkan jumlah kepemilkan saham di CBU menjadi 50%. Sebelumnya, SSMS meningkatkan kepemilikan saham di CBU sebanyak 32% dari 19% melalui skema koversi utang PT Citra Borneo Indah (CBI) kepada SSMS.

Hartono Jap, Direktur Keuangan Sawit Sumbermas Sarana, mengatakan rencana menambah kepemilikan saham CBU ini mempertimbangkan berbagai faktor. “Ada planning menjajaki pembelian saham CBU yang mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain due diligence, strategic partner, dan faktor lainnya,” ujar Hartono dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Senin (1/3/2021).

Pembelian saham CBU itu merupakan rencana memperkuat strategi hilirisasi bisnis SSMS untuk meningkatkan utilisasi pabrik penyulingan kelapa sawit mencapai 100% dari sebelumnya sebesar 70% dari kapasitas 2.500 ton/hari. Hartono menyebutkan CBU meruapakan sister company yang bergerak di bidang pengolahan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi produk-produk hilir seperti olein dan lain-lain untuk diekspor ke negara tujuan, seperti India, China, Pakistan, dan Bangladesh. Adapun, porsi ekspor SSMS pada 2020 sekitar 10-15% dari total keseluruhan hasil produksi.

Rencana aksi korporasi SSMS lainnya di 2021 adalah mempersiapkan pembagian dividen untuk laporan keuangan tahun 2020. Hartono memberikan sinyalemen SSMS memproyeksikan rasio pembayaran dividen akan dipertahankan di kisaran 30% hingga 50% dari laba bersih tahun 2020. SSMS memproyeksikan pendapatan sepanjang tahun 2020 berkisar Rp 4 triliun, lebih tinggi dibandingkan pendapatan di 2019 yang sebesar Rp 3,2 triliun.

Peningkatan pendapatan penjualan yang cukup signifikan ini juga dipicu oleh tren positif kenaikan harga jual rata-rata CPO dunia yang mengalami peningkatan di kuartal III/ 2020. “Laba bersih, kami targetkan bisa mencapai Rp 400 miliar, meningkat dari Rp 12 miliar di tahun 2019. Untuk, porsi pembagian dividen, kami menargetkannya berkisar 50% dari laba bersih tahun 2020,” tutur Hartono.

SSMS optimistis kinerja operasional dan keuangan pada 2021 bakal meningkat walau pandemi Covid-19 berdampak terhadap seluruh sektor bisnis nasional dan global. Meski demikian, Hartono menjabarkan SSMS mengimplementasikan praktik terbaik (best practices) yang memacu kinerja keuangan dan operasional yang berkelanjutan (sustainability) seiring dengan tren kenaikan harga CPO dan mempraktikkan prinsip industri kelapa sawit berkelanjutan. Saat ini, SSMS secara bertahap telah memperoleh sertifikat Indonesian Sustainability Palm Oil (ISPO).

Sertifikat ini didapat dari badan sertifikasi PT SGS Indonesia kepada PT Sawit Multi Utama (SMU) dan PT. Tanjung Sawit Abadi (TSA) selaku unit bisnis dari SSMS yang berlokasi di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah pada 12 Agustus 2020. ISPO merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang ter-tuang pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/3/2/2015. Dalam hal ini seluruh pelaku usaha kelapa sawit diwajibkan untuk menaati persyaratan yang ditetapkan.

Pencapaian sertifikat ISPO untuk dua unit bisnis ini merupakan bentuk komitmen dan kepatuhan perusahaan pada peraturan yang berlaku, serta memastikan tata kelola industri kelapa sawit yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Implementasi standar ISPO merupakan salah satu bentuk komitmen perusahaan di dalam menerapkan pengelolaan industri kelapa sawit secara berkelanjutan. Selain itu, hal ini juga sebagai bentuk dukungan perusahaan dalam mengubah citra kelapa sawit Indonesia sehingga dapat mendongkrak daya saing di pasar dunia.

Hartono menyebutkan tren kenaikan harga CPO global merupakan momentum untuk untuk menggenjot produksi CPO di tahun 2021 yang ditargetkan meningkat 10% hingga 15% dibandingkan target pada 2020, dengan tingkat rata-rata tingkat ekstraksi minyak (OER/oil extraction rate) sebesar 22,5%. Tahun ini, terhadap harga CPO diyakini bakal meningkat lantaran produksi CPO diprediksi terbatas lantaran terdampak La Nina dan masa CPO dunia yang sudah melewati masa produksinya. Produksi jangka panjang perseroan dipastikan akan terus meningkat seiring dengan profil usia perkebunan yang masih berada pada usia produksi yang prima, karena peningkatan pendapatan perseroan paling tinggi juga berasal dari produksi TBS (tandan buah segar) internal yang terus tumbuh.

Belanja Modal

Untuk menyokong target tahun ini, Hartono menyampaikan SSMS mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 550 miliar yang bersumber dari kas internal. “Capex akan digunakan untuk pembangunan dan perawatan infrastruktur, yakni jalan di areal perkebunan dan memutakhirkan sistem teknologi informasi, semua dana capex berasal dari kas internal,” Hartono menjabarkan. Untuk sistem IT, SSMS sudah menerapkan digitalisasi perkebunan yang mudah diakses gawai dan terintegrasi dengan sistem ERP (enterprise resource planning)

Penerapan digitalisasi ini sejalan dengan program pengembangan kualitas SDM untuk menyongsong revolusi industri 4.0 di industri perkebunan dan masa pandemi ini bertumpu“Untuk itu, kami sudah mempersiapkan pelaksanaan program peningkatan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para karyawan kami berdasarkan kebutuhan kerja melalui program inhouse pada bagian Trainee and Development (TnD). Karena menurut kami karyawan merupakan aset penting yang harus dijaga dan dikembangkan, guna menghadapi tantangan global dan kemajuan perusahaan,” ucap Hartono menjelaskan.

Selain itu, SSMS mengembangkan program sejak dini melalui kader Management Trainee (MT), program MT ini ditunjukan untuk karyawan melatih dan membangun kemampuan dalam menghadapai situasi kerja, agar dapat berjalan dengan lebih efisien. Selaian pembangunan karakter pada karyawan program MT memudahkan pegawai menyerap budaya kerja perusahaan.

Di tengah pandemi Covid-19, industri sawit merupakan salah satu industri yang justru mencatatkan kinerja positif. Pandemi tidak menjadi halangan untuk terus menjaga stabilitas operasional dan keuangan dalam meningkatkan performa perusahaan. Kami mengedepankan sinergi antar lini perseroan, sehingga terjalinnya harmonisasi yang membuat kami semakin kuat dalam mengalami situasi sepanjang tahun 2020.

“SSMS terus berusaha agar tidak terdampak atas kondisi tersebut, serta perseroan mampu melalui tantangan usaha dengan baik hingga mendapatkan pencapaian yang positif. Kami cukup kuat dan bertahan untuk menjaga kesimbangan kinerja keuangan, sehingga tidak ada pengurangan pada para karyawan SSMS. Kami tetap menjaga efektifitas operasional, selain itu kami juga tetap rutin melakukan pemupukan dan mejaga kondisi kebun kami secara optimal,” ungkap Hartono.

Perkebunan kelapa sawit SSMS di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, berkontribusi terhadap perekonomian lokal dan nasional lantaran mempkerjakan karyawan hingga 16-17 ribu orang serta salah satu sumber devisa negara.

Sementara itu, SSMS menggintegrasikan sistem sawit-sapi-hortikultura (integrasi sawit sapi/ ISS) untuk peternakan sapi yaitu hijauan antar pohon dan hasil samping industri perkebunan kelapa sawit (solid dan bungkil) itu merupakan sumber pakan ternak sapi, sementara bagi perkebunan kelapa sawit yaitu kotoran ternak sapi sebagai penyedia unsur hara untuk meningkatkan kesuburan lahan kebun kelapa sawit dan pengendalian gulma.

Hartono mengemukakan penggembalaan sapi lahan perkebunan SSMS itu sudah mencapai luas ± 50.000 ha dengan jumlah sapi yang digembalakan ± 8.000 ekor. Dalam pelaksanaan ISS di lapangan diperlukan sinkronisasi antara perkebunan dan peternakan, salah satu hal yang dilakukan yaitu pembuatan jadwal penggembalaan sapi (rotasi penggembalaan) dengan kegiatan panen dan pemupukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah benturan kegiatan antara pihak perkebunan dan peternakan, menjaga keamanan pekerja dan ternak karena sapi berpindah blok setiap hari, kegiatan panen dan pruning pelepah sawit dilakukan pada H-2 sebelum penggembalaan, pelaksanaan kegiatan pemupukan dilakukan setelah penggembalaan dan sapi akan digembalakan kembali di blok yang sama setelah 90 hari.

Dampak dari penerapan ISS terhadap perkebunan kelapa sawit yaitu adanya perbaikan kesuburan lahan dalam jangka panjang serta adanya pengurangan biaya pengendalian gulma, namun selain dampak positif tersebut, dalam penerapan ISS juga perlu diperhatikan resiko adanya pemadatan tanah pada daerah yang sering dilalui oleh sapi serta memicu serangan hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Dampak penerapan ISS bagi peternakan sapi yaitu tidak membutuhkan penambahan lahan baru untuk penanaman rumput serta mengurangi biaya tenaga kerja penggembalaan, namun memiliki resiko kandungan nutrisi hijauan antar pohon sebagai pakan ternak yang tidak tetap.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved