CEO Interview

Ambisi Stephanus Turagan Mengembalikan Kejayaan Trimegah

Ambisi Stephanus Turagan Mengembalikan Kejayaan Trimegah

Pepatah mengatakan, mempertahankan lebih sulit daripada meraih kejayaan. Hal itu dibenarkan oleh Stephanus Turagan, Chief Executive Officer (CEO) PT Trimegah Securities Tbk (TRIM). Sebagai nahkoda baru, ia memikul beban dan tanggung jawab yang cukup berat. Salah satunya mengembalikan kejayaan perseroan.

TRIM mengganti Direktur Utamanya, Anwar S Omar, dengan Stephanus Turangan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan di Hotel Ambhara Jakarta pada November tahun lalu. Sebelum ditunjuk, pria berkaca mata ini merupakan orang yang akrab di bidang sekuritas.

Stephanus memperoleh gelar BSc in Business Management dari Case Western University, Cleveland, Ohio, Amerika Serikat (AS), dan MBA in International Business Management dari Baldwin Wallace University, Berea, Ohio, AS.

Pria kelahiran 1965 ini memulai karirnya di Currency/Money Market Desk PT Astley Pearce Nusantara (Exco) pada periode 1992–1993. Lalu, ia hijrah ke Executions PTSigma Batara sebagai Head Director hingga tahun 1995. Pada periode 1995–1999, Stephanus berlabuh ke PT Bahana Securities sebagai Head of Equity Sales, dan pada periode 1999–2000 didaulat sebagai Head of Equity Institutional Sales PT Nomura Indonesia.

Periode 2001–2003, Stephanus pindah ke PT Bahana Securities sebagai direktur. Ia melanjutkan karier ke PT Mandiri Sekuritas pada 2003–2009 sebagai Managing Director. Berkat kemampuannya, dia ditarik oleh Institutional Clients Group Deutsche Bank AG sebagai direktur pada 2006–2009. Tahun 2009 hingga 2011, pria murah senyum ini bekerja di PT Danareksa (Persero) sebagai executive director. Terakhir, dia tercatat sebagai Komisaris PT Equator Investments, dan marketing PT Equator Securities (Mei 2012).

Meski belum genap satu tahun menjabat, Stephanus optimistis kinerja perseroan bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Ia juga yakin bisa mengembalikan era kejayaan perseroan seperti dulu. Apa saja strateginya. Berikut penggalan wawancara reporter SWAOnline Ario Fajar dengan Stephanus.

Sebagai CEO yang baru, tugas berat apa yang Anda pikul?

Yang paling berat adalah mengembalikan kejayaan Trimegah seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya yakin, kinerja kami akan terus bergerak positif ke depannya.

Sejauh mana urgensinya?

Posisi kami di antara perusahaan sekuritas yang lain memang sedang menurun. Hal itu bisa dilihat dari transaksi harian. Untuk transaksi saham, misalnya, grafiknya tiap tahun selalu menurun. Dulu kami pernah mencetak transaksi Rp 200 miliar – 300 miliar per hari. Tetapi, sekarang ini hanya di bawah Rp 100 miliar per hari.

Sedangkan untuk transaksi obligasi juga akan terus dimaksimalkan. Setidaknya kami bisa masuk top 5 dalam transkasi obligasi.

Bagaimana caranya mengembalikan kejayaan atau memperbaiki kinerja perseroan?

Caranya banyak. Saya akan memperkuat pondasinya terlebih dahulu. Ibaratanya, kalau orang mau lari, kakinya harus kuat dulu. Maka dari itu, pondasi perseroan harus diperkuat misalnya soal modal, SOP, sistem IT, risk management, compliance dan lain-lain.

Memangnya penyakit apa yang menghinggapi perseroan sehingga kinerjanya terus menurun?

Saya tidak bilang itu penyakit dari manajemen. Yang kami lihat adalah adanya penurunan jumlah modal. Pada waktu itu, modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) sempat turun hingga Rp 40 miliar. Nah, tugas saya adalah menaikan MKBD itu ke level stabil atau yang cukup diterima oleh stakeholder misalnya calon investor, nasabah, supaya saat bertransaksi mereka menaruh kepercayaan ke kami.

Saya tidak melihat ada kesalahan, cuma mungkin dulu ada suatu transaksi yang bisa menyebabkan MKDB turun.

Apa tantangan Anda sebagai CEO baru?

Mendapat kepercayaan kembali dari semua nasabah, regulator, pegawai dan semuanya. Sebagai institusi, Trimegah harus mengembalikan kepercayaan itu.

Bagaimana kinerja perseroan di 2012 kemarin?

Kalau perfomance tahun lalu secara laporan laba rugi akan jelek karena kami mengubah cara perhitungan dari investasi sehingga akan timbul kerugian. Secara overall tahun lalu, kami mengalami kehilangan banyak pegawai, modal yang agak tertekan, serta kerugian yang lumayan akibat perubahan evaluasi dari portofolio

Apakah akan berlanjut di 2013?

Tidak. Kami proyeksikan sudah harus balik seperti semula. Modal harus naik, sistem semua harus meningkat. Naiknya berapa, kami belum tahu. Kami sedang menjajajaki beberapa opsi untuk menaikan modal. Yang pasti modal akan kita perbesar dan sistem diperbaiki, orang akan kita tambah, produk juga akan ditambah. Hasilnya, mestinya positif.

Apa fokus utama di tahun ini?

Sudah pasti yang menunjang kehidupan kita sehari-hari yakni seperti dari fund management. Fund management harus ditingkatkan dan brokres transaksi disaham dan obligasi harus meningkat. Selanjutnya, kalau sudah dapat komitem dari para nasabah, kami harus berani masuk ke bisnis underwriting lagi.

Target tahun ini?

Targetnya setinggi mungkin. Salah satunya masuk top 10. Transaksi saham paling enggak Rp 200 miliar perhari, sedangkan obligasi paling minimal Rp 100 miliar – Rp 150 milair per hari. Asset management juga harus dapat sustain di atas Rp 5 triliun. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved