CEO Interview

Bisnis CTI Mulai Bergerak ke Luar Indonesia

Oleh Admin
Bisnis CTI Mulai Bergerak ke Luar Indonesia

Setelah mengembangkan sayap bisnisnya di Tanah Air sejak tahun 2003, PT Computrade Technology International (CTI Group) kini merasa yakin bahwa inilah saatnya untuk menjejaki negara lain. Malaysia dan Filipina menjadi dua negara awal yang dibidik. Perusahaan membawa keunikannya untuk bersaing di dua negara tersebut. CTI pun optimistis bahwa langkah yang didukung oleh mitra bisnisnya ini bakal berbuah manis. Berikut nukilan wawancara Ester Meryana dari SWA Online dengan Harry Surjanto, Presiden Direktur PT Computrade Technology International, di Jakarta (19/12).

Bagaimana rencana bisnis CTI tahun depan?

Tahun 2014, setidaknya kami akan ada dua cabang di Malaysia dan Filipina. Jadi, apa yang kami canangkan tiga tahun lalu, kami akan tetap jalankan.

CTI ceoCTI Group sendiri merupakan distributor dan penyedia solusi infrastruktur dan layanan teknologi informasi (TI) di Indonesia. Perusahaan ini adalah perusahaan nasional yang mempunyai enam anak perusahaan TI yang bergerak di sejumlah bidang. Perusahaan pun menilai dirinya telah cukup sukses dalam berbisnis di Tanah Air, sekalipun kompetisi di industri TI terbilang ketat.

Berapa revenue CTI?

Tahun ini revenue kami harapkan mendekati Rp 2 triliun. Di tahun 2012 itu sekitar Rp 1,6 triliun. Berangkat dari kondisi yang bagus di Tanah Air, perusahaan kami melangkah ke negara lain. Bersama mitra bisnis, kami akan saling melengkapi dalam menangkap bisnis baru di kawasan ASEAN. CTI berusaha untuk menjadi “The Southeast Asia’s IT Business Hub.

Menurut data IDC Asia, ASEAN merupakan salah satu kawasan di dunia dengan pertumbuhan belanja TI paling pesat. Di Malaysia, belanja TI di tahun ini ditaksir mencapai US$ 10,4 miliar, sedangkan di Filipina bisa mencapai US$ 5,5 miliar. Belanja TI di Indonesia sendiri diperkirakan bisa mencapai US$ 15,8 miliar. Selain melihat faktor ini, Malaysia dan Filipina menjadi sasaran juga karena pertumbuhan ekonominya yang cukup baik.

Jadi, langkah CTI ke depan akan merambah ASEAN?

Jadi, kalau ditanya strateginya apa? Ya strateginya, kami memang akan pergi ke kawasan. Artinya, kami punya saluran, punya network di sana yang kami akan bangun. Dari 2003 sampai 2013, kami lahir dalam kompetisi dan bisa bertahan dalam kompetisi. Bisnis TI terkenal dengan kompetisi yang sangat intens, yang sangat cepat berubahnya. Setelah kami bisa bertahan dan sukses bagus di Indonesia, kami mulai merambah kawasan. Sekarang, kawasan sudah mulai terbuka. Baru tahun 2014 kami akan mulai. Entitasnya sudah ada.

Kenapa memilih Malaysia dan Filipina?

Mereka dipilih salah satunya berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Alasan lain sebetulnya umum yakni bahwa kami ingin keluar. Kalau berkaca di awal berdirinya CTI itu, kelihatan sekali bahwa kami ada evolusi, tapi model yang kami bangun ini unik sekali sehingga kami bisa bertahan. Tadi saya katakan, pasar TI itu ketat. Kompetisinya itu intens.

Bisnis apa yang akan dilakukan perusahaan di dua negara itu?

Sama halnya dengan apa yang kami lakukan di Indonesia, kami akan lakukan juga di negara lain. Di sini, kami sebagai value added distributor, di sana juga serupa. Artinya, kami harus berkembang bersama mitra kami. Karena, bisnis kami tidak ke konsumen akhir secara langsung, kami menciptakan nilai. Nilainya berisi apa? Berisi teknologi yang kami miliki saat ini. Dan kami akan bersama-sama dengan mitra untuk memberikan nilai yang lebih ke konsumen akhir. Dengan kami berada di negara lain, harapannya teman-teman yang sudah jadi mitra kami juga punya kesempatan untuk ekspansi bersama kami melihat pasar yang ada di negara lain.

Perusahaan sudah masuk lebih dahulu ke Malaysia di tahun ini, seperti apa tanggapannya?

Waktu pertama kali buka di Malaysia, sambutan dari para prinsipal itu optimis, sehingga kami diberikan kesempatan untuk masuk ke sana. Untuk masuk ke dalam satu pasar itu nggak mudah, kecuali prinsipal, pemilik merek itu optimis dengan kami. Dia melihat kami bagus di Indonesia. Dengan bekal itu, dia percaya di negara lain, kami juga mampu untuk menumbuhkan pasarnya.

Karena kami berhubungan sekarang dengan prinsipal di level regional. Mereka melihat apa yang kami hasilkan di sini. Dan dia tidak melihat hal yang sama di negara lain. Itu alasannya kenapa kami mau didorong untuk maju.

Di sana sebenarnya sudah ada ekosistemnya, sudah ada pemain. Sebenarnya mengajak orang atau mengasih kesempatan ke orang, pemain yang sudah ada pasti ngomel. Ngapain ini mengajak orang. Tapi dia melihat kami ada keunikannya. Kenapa mereka tahu, karena lihat di Indonesia. Kami diberikan kesempatan untuk masuk ke sana. Kami sudah bicara bahwa kami mau ke luar negeri.

Si prinsipal itu pasti punya kompetitor. Ini nanti kalau masuk, kalau sampai diisi oleh kompetitor ya masalah buat dia. Mending saya saja. Mereka ada kepentingan itu. Kami dilihat ada keunikannya, mampu menggarap pasar dengan baik. Bahwa kami diharapkan untuk menumbuhkan pasarnya, ya pasti.

Tapi yang senangnya adalah kalau berkunjung ke Manila, Malaysia, salah satu yang membanggakan itu adalah kalau mereka menyebut kantor pusat itu, Jakarta. Karena biasanya, kalau perusahaan menyebut kantor pusat itu pasti Amerika, Inggris, atau di Singapura.

Apa kelebihan yang dipunyai CTI?

Keunikan ada dua. Satu tentang cross platform skill. Kedua adalah cara kami bekerja sama dengan mitra. Itu juga unik. Kami menyebutnya go to market, kami juga ada keunikannya sendiri yang kami bangun selama ini. Kami punya aplikasi internal yang memfasilitasi cara kerja kami, yang kami sesuaikan dengan kebiasaaanya kami. Mitra itu dalam menjual barang butuh dukungan, itu cara kami bekerja sama. Kami coba mengerti kebutuhan mereka seperti apa, jadi bisa cocok bekerja sama. Itu juga alasannya mitra itu mau, kalau kami ajak ketika ada acara.

Apa saja hambatan perusahaan dalam membawa bisnisnya merambah negara lain?

Hambatan utamanya lebih kepada memperkenalkan kami di ASEAN, memperkenalkan CTI. Dunia TI itu seperti ini juga, kalau Anda beli ponsel, tanya pertama ini garansi siapa, distributor atau toko? Kalau sudah garansi toko, dan tokonya kelihatan benar ya sudah.

Kalau di Indonesia, kami sudah dikenal. Tapi kalau di luar negeri harus memperkenalkan diri. Solusinya, kami banyak lakukan aktivitas pemasaran. Selain itu, kami merekrut mitra-mitra di lokal yang mereka sudah kenal. Kami juga bicara dengan prinsipal ini mitra siapa.

Berapa nilai investasi yang perusahaan gelontorkan untuk kedua negara itu?

Kami masih jalan, jadi agak susah menyebut angka. Kalau nilai investasi pertama, ya membuka kantor, itu saja. Tapi nantinya akan berkembang terus sampai beroperasi penuh. Mungkin agak saru dengan bangun pabrik, itu investasinya besar (di awal), baru kemudian beroperasi. Kalau kami tidak, modelnya bertahap.

Pasar di Indonesia akan tetap jadi prioritas ke depannya?

Sejauh ini, pasar di Indonesia masih yang paling besar. Harapan saya bisa imbang di tahun 2015. Kami juga ingin buka di negara lain di kawasan. Masa Indonesia diinvasi terus, maksudnya perusahaan dari luar masuk melulu, ya kita kadang-kadang harus majulah. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved