CEO Interview

CEO Combiphar: Kami Siap Hadapi MEA 2016

CEO Combiphar: Kami Siap Hadapi MEA 2016

Di tahun 2015, Combiphar menjadi salah satu perusahaan farmasi yang menorehkan kinerja cukup gemilang. Perjalanan Comphiphar tentu saja tidak lepas dari peran Michael Wanandi, Presiden Direktur PT Combiphar. Menurutnya, perusahaan yang dipimpinnya tersebut siap menghadapi tantangan dunia usaha dan MEA tahun 2016. Berikut ini penggalan wawancara dengan Michael tentang prospek bisnis farmasi dan serta strategi Combiphar dalam menghadap MEA di tahun 2016 ini.

Faktor apa saja yang akan memengaruhi bisnis farmasi dan Combiphar di tahun 2016?

Faktor terbesar industri farmasi pertama, soal nilai tukar atau exchange rate. Sebab, bahan baku dari produk farmasi memang masih banyak diimpor. Melemahnya Rupiah tentunya berdampak pada produksi kami. Kedua, consumer buying power Indonesia yang melemah seiring dengan melemahnya ekonomi Indonesia. Tapi kan memang masyarakat Indonesia terbantu dengan adanya BPJS yang membantu masyarakat untuk mendapatkan akses untuk membeli produk farmasi. Tapi dari segi Industri, memang menjadi tantangan karena biasanya untuk produk farmasi BPJS, bisa melalui tender dan pemenangnya hanya ada satu.

Lantas, strategi apa saja yang telah disiapkan Combiphar?

Dari segi strategi, kalau misalnya exchange rate masih belum bisa dikompromi ya mau tidak mau kami harus menaikkan harga. Tapi kami selama ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menaikkan harga, tapi lebih kepada efisiensi dari internal yang akan berpengaruh pada cost produksi.

Di 2015, Combiphar sendiri memang sudah melakukan transformasi. Kami sudah mulai mengubah dan berinovasi dari obat generik, menjadi consumer healthcare. Jadi memang kami mulai mengubah portofolio. Dari sisi itu, kami punya growth lumayan bagus di tahun 2015 sekitar 15%, sehingga cukup promising. Apalagi GDP per kapita kita masih rendah dibandingkan negara lain. Jadi saya rasa strategi ini kami masih cukup bagus. Kondisinya juga akan kurang lebih sama dengan tahun 2016 nanti.

Combiphar

Bagaimana Anda melihat proyeksi industri farmasi tahun 2016?

Proyeksi 2016, saya optimistis. Karena memang ada beberapa faktor seperti Rupiah yang memang masih agak kurang stabil, lalu saat ini pemerintah masih mengalami devisit penerimaan pajak sehingga kalau mau menggenjot infrastruktur belum ada. Nah kondisi ekonomi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Di lain pihak, optimistis ini didorong oleh langkah langkah yang kami lakukan di tahun depan. Kami saat ini sedang mempersiapkan dan investasi. pabrik baru untuk tahun 2018. Tujuannya adalah untuk melakukan ekspansi produk dan penembahan produk baru.

Tantangan apa yang akan dihadapi tahun depan?

Tantangan pertama, faktor internal, yaitu soal stabilitas Rupiah. Kami memang lebih ingin stabil, kaena berpengaruh dengan bisnis kami. Kurs Rp13 ribu per US$1 cukup ideal memang. Tapi kami harus tetap antisipasi karena memang ada kabar bahwa Amerika Serikat akan menikkan suku bunga tahun 2016. Negara di sekitar Indonesia juga mulai melemah mata uangnya. Faktor kedua, soal BPJS yang punya pengaruh besar. Saat ini swasta juga harus ikut BPJS. Yang jadi tantangan adalah bagaimana kami bisa jadi low cost produser karena BPJS hanya melihat dan memberikan tender pada perusahaan yang harganya paling murah. Belum melihat dari kualitas dan supply. Ini juga jadi tantangan kami pada saat membuat planning.

Berbeda dengan planning untuk membuat pabrik. Kalau planning tender, dan tendernya cuma setahun setahun rasanya situasinya agak tidak pasti. Jadi kalau investasi hanya ke BPJS agak penuh risiko. Maka dari itu, kami larinya lebih ke consumer health. Jadi mereka sendirilah yang menentukan produk apa yang kira kira mereka butuhkan. Kalau hal hal lain bisnis selalu punya challenge.

Menghadapi tantangan tersebut, langkah apa yang kira kira akan dilakukan oleh Combiphar?

Kami akan melakukan lebih banyak kegiatan edukasi. Karena selama ini, Combiphar sudah dapat dikatakan cukup sukses melakukan edukasi. Ini cukup efektif karena animo masyarakat Indonesia untuk ingin tahu mengenai kesehatan cukup besar. Kami selalu berusaha untuk menjadi sumber yang tepat dalam melakukan hal tersebut. Kami juga bekerja sama dengan dokter dan beberapa ahli untuk melakukan hal ini. Ini akan menambah kredibilitas dari edukasi yang kami lakukan. Ini juga sangat dihargai dan mendapat apresiasi dari para dokter dan pasien. Selain itu, mereka juga lebih mengenalkan produk produknya. Jadi ini Inisiatif yang akan digalakkan. Langkah kedua adalah dengan terus meluncurkan produk produk baru yang lebih preventif. Jadi lebih pribadi seperti suplemen, prebiotik, dan nutrisi karena kebutuhan seperti itu yang saat ini dibutuhkan masyarakat.

Dari Combiphar sendiri, apa yang akan dilakukan dalam menghadapi MEA?

Kalau untuk MEA, kami merasa strategi Combiphar untuk terus membuat brand dan mempertahankan Combiphar memiliki pasar yang terbesar di Indonesia. Karena memang Indonesia ini pasarnya lebih menarik dibandingkan dengan pasar lain. Singapura saja pasarnya cuma 6 juta jiwa. Jadi streteginya ya deffend saja terus. Dengan membuat dan memperkuat brand selama 2-3 tahun ini, hopefully brand kami di negara ASEAN bisa cukup baik. Supaya tidak hanya mereka saja yang lihat Indonesia bagus, tapi kita juga bisa masuk ke pasar mereka. Saat ini kami sudah melakukan akuisisi terhadap salah satu pabrik dan brand di kawasan Asia tenggara. Cukup besar tentunya. Mudah mudahan itu akan membuka pasar Combiphar di kawasan Asia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved