CEO Interview

Elvin G Masassya Giring Jamsostek ke Level Internasional

Elvin G Masassya Giring Jamsostek ke Level Internasional

Jika satu perusahaan punya beberapa brand yang bisa dijual, tidak begitu halnya dengan brand Jamsostek. Tidak ada Jamsostek Satu, Jamsostek Dua atau Jamsostek Perjuangan, yang ada cuma Jamsostek. Bagaimana brand Jamsostek yang cuma satu ini bisa memberikan values sebesar-besarnya bagi pemangku kepentingan (stakeholder)?

Elvyn G. Masassya, Dirut PT Jamsostek, saat menerima penghargaan merek asli Indonesia dari Majalah SWA. (foto by: Lila Intana)

Elvyn G Masassya, Direktur Utama PT Jamsostek, mengaku bersyukur bahwa Jamsostek sudah sangat dikenal masyarakat. “Mungkin kalau disurvei, diantara 10 orang, yang kenal Jamsostek ada 9 orang,” ujarnya.

Namun, bagi pria asal Medan kelahiran 18 Juni 1967 ini, popularitas tidak memberikan implikasi terhadap pendapatan perusahaan. Padahal, polularitas harus berbanding lurus dengan bisnis perusahaan. Kalau sekadar popular tapi tak ada transaksi, maka tidak ada gunanya.

Jamsostek pada dasarnya adalah sebuah social security, sebuah institusi yang memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat, khususnya pekerja swasta. Di Indonesia perusahaan ini beroperasi berdasarkan UU No 3 Tahun 1992.

“Sayangnya, meski wajib hukumnya, toh selama sekian puluh tahun belum semua perusahaan menjadi peserta. Di situlah saya kemudian sadar bahwa popularitas, paksaaan hukum, tidak selalu menjamin keberhasilan bisnis,” kata Elvyn yang pernah menjabat sebagai Komisaris PT Bank Bali, Direktur PT Bank Permata Tbk., Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dan Direktur PT Tuban Petrochemical Industries.

Terobosan baru pun diambil Elvin agar brand Jamsostek selain populer, juga mampu memberikan implikasi positif terhadap perkembangan bisnisnya. Brand Jamsostek harus menarik sehingga dibutuhkan oleh para pekerja.

Pekerja kemudian diperlakukan seperti customer, organisasi diubah dari product centris menjadi customer centris. Pendekatan dari legal driven, menjadi need driven, pola kerja yang dulunya birokratis, menjadi less birokratis. BUMN yang dulu lebih mirip seperti pemerintah sekarang lebih seperti enterprise.

Pendekatan-pendekatan diterapkan dengan mengubah budaya kerja, mengubah konsep pemasaran, pelayanan dan tata kelola institusi secara menyeluruh. Intinya, Jamsostek membagi aktivitas itu menjadi core bisnis dan core suporting. Core bisnisnya adalah aspek kepersetaan (aspek pemasaran), aspek pelayanan, aspek investasi.

“Nah, bagaimana BUMN ini bisa tumbuh kembang, maka tiga hal itu harus lebih baik dari perusahaan sejenis meskipun bukan dalam domain kami.”

Yang dimaksud Elvyn harus lebih baik dari perusahaan sejenis meski bukan domainnya, yakni Jamsostek dikenal sebagai asuransi, tapi asuransi sosial. Di Indonesia banyak asuransi komersil. Meskipun Jamsostek asuransi sosial, mereka tidak boleh kalah benefitnya dibanding asuransi komersial.

Contohnya, mereka punya produk Jaminan Hari Tua yang memberi benefit saat para pekerja memasuki masa pensiun. Dengan bangga Elvin berujar bahwa year on investment pengelolaan dana customer di Jamsostek saat ini merupakan yang tertinggi di dunia, mencapai 11-12% lebih per tahun.

“Jadi kalau Anda setiap bulan membayar iuran, maka dipastikan setiap tahun Anda akan mendapatkan tambahan 11-12% per tahun dari Jamsostek. Tentu orang bisa bilang kan investasi di tempat lain imbal hasilnya lebih tinggi, seperti saham, obligasi. Namun di Jamsostek kan risiko kami yang menanggung, kalau ada apa-apa tambahan 11-12% itu tetap didapat peserta, itu lah bedanya kami dengan instrumen investasi lainnya,” tegasnya.

Karena keberhasilan Elvyn mengubah wajah investasi Jamsostek, kemudian perusahaan ini dikenal sebagai brand yang strong di fund manajemen. Jamsostek bergeser sebagai institusi yang dipersepsikan sebagai “The Biggest Institutional Investor” di Indonesia.

“Jika ada perusahaan mau menerbitkan obligasi, surat utang atau mau IPO, mereka boleh datang ke Jamsostek sebagai calon investor. Inilah salah satu cara kami membuat kuat brand Jamsostek sehingga menjadi institusi yang dibutuhkan oleh stake holder,” ujar pria yang juga merupakan musisi dan pernah bekerja sama menciptakan album bersama beberapa musisi kenamaan Indonesia, seperti Dian Pramana Poetra, Zarro, Ika Ratih Poespa, Fariz RM, dan lain-lain.

Di mata Elvyn, perubahan di tubuh Jamsostek dilakukan secara terus menerus. Tiada hari tanpa perubahan, tiap tahun perubahan itu dievaluasi olehnya.

Bagaimana agar perubahan tersebut memberikan hasil yang lebih bagus, pesertanya bertambah, dananya bertumbuh? Yang Elvin lakukan adalah mengubah pola pikir dari internal dulu.

“Perusahaan ini tidak bisa jadi lembaga birokrasi lagi, tapi harus menjadi lembaga bisnis yang berkompetisi dengan pihak lain. Kalau pekerja merasa asuransi lain lebih bagus, mereka bisa pilih asuransi lain.”

Keputusan Jamsostek untuk membuka diri dalam persaingan benar-benar menyeluruh. Dalam dua tahun terakhir organisasi diubah. Front officer yang dulu dikenal dengan account officer sekarang menjadi marketing officer dan relationship officer, di mana mereka tidak lagi menunggu tapi harus datang ke perusahaan-perusahaan.

Jamsostek juga mengubah pola komunikasinya, yang dulu terkesan governmental, sekarang lebih fancy. Ada program TV, program di mal-mal, komunitas-komunitas.

Elvyn juga membangun persepsi positif tentang perusahaan. Membalikkan persepsi baginya adalah salah satu kata kunci untuk menaikkan brand. “Saya tidak mengatakan persepsi tentang Jamsostek dulu buruk, tapi faktanya ada saja berita yang tidak baik tentang institusi ini.”

Usaha membalikkan persepsi ini terbukti sangat berhasil. Dalam tiga tahun terakhir, Jamsostek dinobatkan sebagai peringkat satu Annual Report, terbaik dalam inovasi GCG, dan terakhir dinobatkan sebagai “The Most Transparant Institution” dalam hal pelayanan pablik yang penghargaannya diberikan oleh KPK.

Saat ini Jamsostek punya visi baru, yakni Jamsostek menjadi penyelenggara jaminan sosial pekerja berkelas dunia, terpercaya (trusted), bersahabat (friendly), unggul dalam operasional (exellent service & operational).

“Dengan visi ini, kami berani bukan untuk bersaing dengan perusahaan sejenis di dalam negeri, tapi juga berani bersaing di luar negeri. Posisi brand kami harus setara dengan perusahaan lain di luar negeri,” ujar musisi yang telah menelurkan belasan album ini.

Elvyn tak pernah gentar ke depannya nasib Jamsostek akan menjadi seperti apa. Sebab di buatnya potensi bisnis selalu ada, bahkan sangat besar.

“Kalau dalam empat tahun seluruh pekerja jadi peserta Jamsostek, maka kami akan punya 110 juta member, 12 kali lipat penduduk Swiss, 20 kali lipat penduduk Singapura. Artinya kami menjadi perusahaan jaminan sosial terbesar di dunia.”

Untuk mewujudkan mimpinya menjadikan Jamsostek sebagai perusahaan jaminan sosial terbesar di dunia, Elvyn terus mendorong peningkatan pelayanan. Antara lain dengan mencanangkan one day service dalam pemberian klaim.

Dari sisi IT, Elvyn mencanangkan beberapa progrram. Dalam lima tahun ke depan, seluruh customer Jamsostek bisa berhubungan langsung dengan kami melalui, electronic registration, electronic claim, electronic payment. Dalam waktu tidak terlalu lama juga akan diwujudkan, pekerja informal bisa menjadi peserta jamsostek melalui mobile.

“Di Indonesia ada 290 juta penduduk, 270 juta diantaranya merupakan pengguna kartu provider, sebagain dari mereka adalah pekerja informal. Mereka nantinya bisa membayar iuran Jamsostek dengan cara potong pulsa.”

Inilah inovasi-inovasi yang dilakukan Elvyn di Jamsostek. Memperkuat brand sehingga perusahaan lokal ini bisa dikenal secara internasional melalui inovasi-inovasi dalam hal pelayanan, investasi, dll. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved