CEO Interview

Mayapada Hospital Tak Hanya Untuk Kelas Premium

Jonathan Tahir, CEO Mayapada Healthcare Group

Jonathan Tahir, CEO Mayapada Healthcare Group

Saat diwawancara Majalah SWA tahun 2013, Jonathan Tahir saat itu mengaku agak tertekan lantaran nama besar sang ayah yang sudah tersohor sebagai pebisnis sukses (Dato Sri Tahir, Mayapada Grup). Tiga tahun kemudian, Jonatahan tampak sudah sangat parcaya diri menceritakan perkembangan Mayapada Healthcare yang dipimpinnya (CEO Mayapada Healthcare), dia bahkan sudah punya beberapa rencana untuk aksi ekspansi bisnis layanan kesehatan ini. Berikut wawancara SWA Online dengan Jonathan Tahir saat mengunjungi redaksi SWA

Bagaimana perkembangan bisnis Mayapada Healthcare saat ini ?

Saat ini Mayapada Hospital ada di dua lokasi, pertama di Tangerang, asal mulanya adalah rumah sakit Honoris yang kami akuisisi 8 tahun lalu. Kemudian yang kedua Mayapada Hospital di Lebak Bulus, ini adalah flagship hospital kami yang resmi beroperasi sejak 2013 lalu. Seluruhnya, baik bangunan maupun fasilitas pendukungnya baru dan standar internasional. Kalau dilihat sekilas sangat mirip dengan standar gedung dan fasilitas rumah sakit di Singapura. Ini karena memang sejak pembangunannya kami dibantu oleh NUH (National University Hospital), sebuah rumah sakit publik terbesar di Singapura. Karena kami tidak punya pengalaman membangun rumah sakit sebelumnya, maka kami dibantu NUH.

Kenapa memilih lokasinya di daerah selatan ?

Karena lahannya luas, sesuai dengan konsep desain yang kami mau yaitu sebuah flagship hospital. Jadi kalau tampak depan lebih mirip mall, bahkan di dalamnya pun sengaja kami desain seperti di hotel atau mall. Tujuannya agar orang yang datang tidak jenuh dengan model rumah sakit yang sama seperti umumnya.

Apakah itu artinya Mayapada Hospital adalah rumah sakit kelas premium ?

Tentu tidak. Saya akui beberapa orang pernah bilang, melihat tampak luar bangunannya saja mereka mengira ini pasti rumah sakit mahal hanya untuk kalangan tertentu hehe… Padahal tidak, kami memberi layanan serta tarif yang wajar, bahkan ke depan kami ingin mendalami lagi konsep layanan yang lebih terjangkau lagi untuk semua kalangan, kalau sekarang kan masih kelas menengah atas. Ke depan, kami ingin semua kalangan bisa menikmati layanan di Mayapada Healthcare. Untuk rawat jalan kami juga kan ada Mayapada Clinic, yang satu di Central Park dan yang satu lagi di Sudirman.

Kami juga memiliki tenaga dokter yang sudah cukup terkenal sebagai dokter spesialis terbaik di Indonesia. Di antaranya ada Prof. Satyanegara, beliau adalah spesialis bedah syaraf. Dulu beliau pernah menjadi ketua tim dokter kepresidenan pada masa pemerintahan Soeharto. Kemudian, Prof Abdul Aziz Rani, spesialis gastroenterology, sekarang beliau yang menjadi ketua tim dokter kepresidenan Jokowi – JK. Ketiga, ada Prof Abdulmuthalib, beliau adalah spesialis kanker.

Jadi apa keunikan Mayapada Healthcare, bukankah rumah sakit swasta lainnya juga mengklaim mampu memberikan layanan kelas atas ?

Iya, jadi selain fasilitas kami yang menyamai rumah sakit Singapura karena memang bekerja sama dengan NUH, kami juga menjaga kualitas dokter. Jadi, dokter kami push untuk melayani pasien sebaik-baiknya. Karena di saat seorang dokter melayani kelewat banyak pasien, dia bisa saja kelelahan, sehingga pelayanannya jadi menurun. Makanya di kami ada batas maksimal pasien yang bisa dilayani seorang dokter dalam sehari. Padahal kalau mau kejar target profit kami bisa saja lakukan itu. Namun, kami ingat bisnis layanan kesehatan itu kuncinya kualitas, sehingga jika pasien puas dia bisa rekomendasi ke kerabat dan teman-temannya. Jadi bisnis seperti ini kekuatannya WOMM.

Sebagai entitas bisnis, apakah bisnis ini sudah break event point?

Wah, kalau bisnis rumah sakit itu paling cepat BEP 5 – 6 tahun, cukup lama. Jadi setelah 6 tahun baru kami bisa double the bisnis. Contohnya, rumah sakit kami yang pertama di Tangerang, itu setelah 6 tahun baru bisa kami lipatgandakan. Sekarang, yang di Lebak Bulus belum bisa, masih harus menunggu 4-5 tahun lagi.

Apa tantangannya dalam bisnis rumah sakit dan klinik ?

Menjaga standar saat mau membuka cabang lebih banyak, ini cukup sulit. Kami tidak bisa dengan cepat menduplikasi skill dokter dan perawat agar semua kualitasnya seragam, karena mereka kan manusia bukan robot. Jadi mencari dokter dan perawat yang mampu menjaga kualitas layanan agar tetap sama dengan standar yang di pusat ini tidak mudah. Makanya kami tidak mau asal cepat dan banyak (cabangnya), tetapi kami mau pelan-pelan sehingga persiapannya matang. Jadi nantinya standar kualitasnya Mayapada sama di semua cabangnya.

Apa target dan rencana ke depan ?

Rencananya untuk yang di Lebak Bulus itu mau kami tambah lagi gedung baru, jadi sisa halaman yang di depanya itu mau kami bangun gedung baru, sehingga jumlah tempat tidurnya dari 250 akan menjadi 600 tempat tidur. Kedua, untuk klinik, kami masih ada PR ini, kami mau mengembangkan layanan ke rumah, jadi nanti dokter di klinik bisa dipanggil ke rumah pasien yang radiusnya masih terjangkau dari kilnik, ini masih dalam tahap penggodokan konsep.

Nantinya untuk kota-kota lainnya yang belum siap dengan rumah sakit sekelas Mayapada, maka kami akan masuk dengan klinik ke sana. Selain itu, kami juga berencana membuka cabang rumah sakit di Jakarta Timur. Kenapa ke timur? Karena kami melihat wilayah tersebut termasuk wilayah yang perkembangannya belakangan mulai pesat juga, di sana banyak developer mengembangkan pemukiman dan banyak keluarga baru. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved