CEO Interview

M.Najikh: KML Pede Ekspor Lele ke Eropa

M.Najikh: KML Pede Ekspor Lele ke Eropa

Berkat kerja keras Muhammad Najikh, PT Kelola Mina Laut (KML) kini sukses meraup pasar di 4 benua. Negara seperti Jepang, Taiwan, China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Australia, Eropa, hingga Timur Tengah kini dalam genggaman.

Produsen produk laut dan olahannya seperti (frozen fish), ubur-ubur, cumi-cumi, kerang, dan lainnya ini mampu melakukan pengiriman dengan volume rata-rata per bulan mencapai 100-120 kontainer 40 feet. Untuk produk udang beku, setiap tahunnya mampu menghasilkan 7 ribu ton, produk makanan laut yang diawetkan 3 ribu ton dan produk daging kepiting beku 2 ribu ton.

Kini, KML Group membawahi 32 pabrik pengolahan yang tersebar di Pulau Jawa dan Madura serta beberapa pulau lainnya di Indonesia. Jumlah karyawan terdiri dari 175 staf manajemen, 500 tenaga terampil, dan 7 ribu tenaga kerja.

Sementara bahan baku produksinya disokong oleh 600 UKM (pengepul) dan 125.000 nelayan. Lantas apa saja yang melatarbelakangi Nadjikh berekspansi? Berikut penuturannya saat ditemui SWA Online di Acara Seminar Scenario Planning yang diselenggarakan PPM Manajemen :

Najikh

Bicara tentang ekspansi bisnis pasti akan terhubung ke permodalan. Bagaimana pandangan Anda terkait permodalan?

Saya dulu mulai dari nol. Buat pabrik ini 3-6 bulan sudah kesusahan. Uang ini sudah habis untuk invest, invest,dan invest. Untuk menjadi besar itu harus tahan sedikit. Kedua, saya harus bisa meyakinkan bahwa bisnis ini adalah bankable dan layak berlanjut. Lalu yang membedakan bisnis ini dengan yang lain adalah caranya. Biasanya kan kalau perikanan, ikan ambil dari nelayan yang sama, menggunakan alat yang sama, dijual dengan pasar yang sama, harganya pun sama.

Kenapa ada perusahaan yang sukses, ada yang jalan di tempat, ada yang bagus? Yang membedakan adalah cara. Dan kami menganut cara yang beda. Kebanyakan kan bisnis dibangun dari bapaknya, anaknya, dst, family business. Sedangkan di sini, saya pekerjakan ratusan sarjana. Dan sarjana yang kami ambil itu dari top perguruan tinggi. Kalau IPK-nya di bawah 3 tidak bisa masuk. Itu kunci sukses SDM. Dengan adanya itu, perusahaan akan lebih maju. Dan itu kami gaji tinggi. Nanti kalau UMR naik bagaimana? Ya kami cari bagaimana caranya. Pasti ada jalan untuk maju. Saya juga ambil staf dari bawah (fresh graduate). Karena antara mereka dengan yang second graduate sudah punya budaya berbeda.

Tadi Anda mengatakan dari segi caranya, KML tampil beda dibandingkan kompetitor? Bisa disebutkan contohnya?

Contoh saya ekspor lele ke Eropa. Semua orang bilang, kamu ngapain ekspor lele ke sana? Kebanyakan orang Eropa kan tidak makan lele, tapi makan seafood. Tapi saya tetap percaya diri. Karena banyak orang Asia, Afrika, ataupun Timur Tengah, yang tinggal di sana sebagai pelajar, pekerja, mahasiswa, sopir taxi, atau profesi lainnya itu pilih makan ikan yang murah. Ikan yang murah itu apa? Lele jawabannya. Nyatanya mereka suka. Saya di sini berpikir out of the box.

KML Ini kan banyak karakteristik produknya. Apakah sejak awal Anda sudah menetapkan skenario branding dalam menentukan produk-produk ini. Bagaimana positioning produk yang sangat beragam tersebut terhadap market yang cepat berubah. Apa yang membuat Anda bertahan padahal kadang-kadang pengusaha itu senangnya ikut tren. Kalau tidak ikut tren rasanya tidak PD karena dia benchmarking terhadap hasilnya orang lain?

Kalau kita ingin sukses, jangan ikuti cara orang. Saya itu berpikir diferensiasi. Takoyaki saya jual di Carrefour. Saya juga ambil alih kafe edamame dari BUMN. Selama 1 tahun RKAP, 4 bulan sudah 100%. Sekarang kita harus double digit. Terus produk-produknya saya buat handmade semua. Kalau pakai mesin, terus terang saya belum bisa bersaing dengan Jepang, Korea, dan China. Masih kalah. Jadi saya jual ke Eropa. Kayak dim sum, lumpia, dll, itu saya kasih tulisan handmade besar-besar.

Dari aspek leadership, bagaimana cara Anda mengajarkan kemampuan sensing of business untuk diubah menjadi tindakan dari tim?

Kalau Bahasa Jawanya, sebagai pemimpin saya harus bisa mencekoki staf hingga mereka bisa menguasai main businessnya. Jadi kemampuan menyampaikan itu penting. Tugas saya di sini adalah bagaimana yang ada di kotak saya ini (pikiran) harus sampai ke staf. Tidak ada kata tidak bisa. Di tempat saya itu pilihannya ada dua, kamu punah atau berkembang bersama perusahaan. Itu saja. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved