CEO Interview

Romeo Fernandez Lledo: “Kami Melayani Masyarakat dari Kelas Atas hingga Warga Miskin”

Romeo Fernandez Lledo: “Kami Melayani Masyarakat dari Kelas Atas hingga Warga Miskin”

Beberapa waktu belakangan ini terjadi perkembangan cukup signifikan di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Pemicunya terutama adalah ambisi Pemerintah RI untuk lebih memeratakan layanan kesehatan masyarakat lewat program Jamkesmas yang dijalankan BPJS Kesehatan. Tak mengherankan, menjelang dan di tengah pelaksanaan program besar pemerintah tersebut, sejumlah rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta, terlihat berbenah diri, bahkan ada yang cukup ekspansif.

Romeo Fernandez Lledo, Presdir PT Siloam International Hospitals Tbk

Romeo Fernandez Lledo, Presdir PT Siloam International Hospitals Tbk

Salah satunya yang cukup menonjol adalah jaringan RS Siloam Hospitals, yang berada di bawah payung Grup Lippo. Hanya dalam waktu lima tahun, jumlah rumah sakitnya bertambah pesat, dari hanya empat unit menjadi 20 unit. Siloam Hospitals juga dikenal dengan terobosannya menyediakan rumah sakit umum untuk warga kurang mampu di Lippo Karawaci dan fasilitas khusus untuk pasien kanker peserta program BPJS Kesehatan. Selain itu, dalam waktu dekat Siloam Hospitals akan membuka layanan rumah sakit kecil bernama Siloam Medika. Manajemen Siloam Hospitals mengklaim dari sisi kapasitas tempat tidur, jaringannya telah menguasai 8%-9% pangsa pasar nasional.

Kiprah Grup Siloam Hospitals itu tak bisa dilepaskan dari peran Romeo Fernandez Lledo. Pria berkewarganegaraan Filipina ini adalah Presdir PT Siloam International Hospitals Tbk. Dialah yang menjadi komandan jaringan Siloam Hospitals. Pada 2010, Romeo bergabung dengan Siloam Hospitals sebagai chief financial officer, dan pada 2014 diangkat sebagai Presiden Direktur Siloam Hospitals. Sebelum bergabung dengan Siloam Hospitals, dia telah menorehkan karier dan pengalaman kerja di Grup Salim. Dia pernah memimpin beberapa perusahaan Grup Salim, dan mengatur bagian keuangan perusahaan.

Latar belakang pendidikan dan karier Romeo banyak di bidang keuangan. Dia tercatat sebagai Certified Public Accountant di Filipina sejak 1977. Ia menyelesaikan Management Development Program bersertifikat dari Asian Institute of Management pada 1986, dan Strategic Business Economics Program Certificate for Senior Executives dari Pusat Riset dan Komunikasi Filipina, pada 1991.

Sebagai CEO Grup Siloam Hospitals, Romeo cukup mampu membuktikan keandalannya sebagai pemimpin, yang bisa mengantisipasi perubahan zaman dan mengembangkan jaringan rumah sakit yang dipimpinnya hingga memiliki keunggulan inovatif tersendiri.

Wartawan SWA Jeihan Kahfi Barlian berkesempatan mewawancarai khusus Romeo pada Februari 2016 di kantornya, Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci. Berikut ini petikan wawancarannya:

Seperti apa gambaran pertumbuhan bisnis Siloam Hospitals beberapa waktu belakangan ini?

Siloam Hospitals awalnya hanya memiliki empat rumah sakit pada 2010. Kini pada akhir Desember 2015 Silioam telah memiliki 20 rumah sakit yang telah beroperasi. Kami sebenarnya memiliki dua rumah sakit yang telah selesai dibangun pada akhir 2015, yaitu di Yogyakarta dan Labuan Bajo, tetapi kami masih menunggu izin dari pemerintah untuk beroperasi.

Ketika membicarakan pertumbuhan bisnis, kami melakukan banyak hal. Bahkan, kami memiliki 43 proyek lagi. Tahun ini mungkin kami bisa menyelesaikan delapan proyek rumah sakit.

Kabarnya Siloam Hospitals akan membuka layanan rumah sakit kecil?

Ya, kami akan memiliki Siloam Medika, unit layanan rumah sakit kecil. Kami menargetkan untuk dapat menyelesaikan perizinan Silioam Medika sebanyak 13 unit. Siloam Medika adalah inisiatif kami untuk diperkenalkan di kota-kota besar dengan tingkat lalu lintas yang padat. Contohnya, bagi pasien di Jakarta untuk mencapai rumah sakit membutuhkan waktu lebih dari satu jam, padahal satu jam adalah golden hour bagi pasien untuk segera diselamatkan apabila dalam kondisi kritis.

Siloam Medika memaksimalkan properti milik Grup Lippo di 17 mal di DKI Jakarta, dengan kapasitas 40 tempat tidur dan luas area rata-rata sekitar 500 m2. Ketika keadaan darurat, pasien akan dijemput ambulans untuk segera dibawa ke Siloam Medika terdekat untuk segera distabilkan. Apabila pasien membutuhkan perawatan lebih lanjut, akan dibawa ke Siloam Hospital yang lebih besar.

Total ada 17 proyek Siloam Medika, 13 di antaranya sedang dalam pembangunan. Lokasinya berdampingan dengan mal yang beroperasi 24 jam. Siloam Medika juga bisa melayani peserta BPJS.

Investasi apa saja yang dilakukan Siloam Hospitals dalam lima tahun terakhir untuk meningkatkan layanan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif?

Pertumbuhan sejak lima tahun ke belakang sangat signifikan. Dari empat rumah sakit menjadi 20 rumah sakit. Untuk setiap rumah sakit investasi yang dibutuhkan rata-rata sebesar US$ 25 juta. Ketika membicarakan kualitas, kami bisa memastikan keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu strategi kami dalam melakukan ekspansi adalah menjadi pelopor dalam penyediaan peralatan medis yang state-of-the-art (advanced). Sebagai contoh, kami adalah rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Gamma Knife. Gamma Knife adalah alat utama untuk penanganan non-invasif untuk berbagai jenis tumor otak dan kelainan otak serius lainnya. Tidak ada pisau sungguhan dalam peralatan medis ini. Gamma Knife juga dikenal sebagai Radiosurgery atau Stereotactic Radiation Therapy.

Romeo Fernandez Lledo,Romeo Fernandez Lledo, Presdir PT Siloam International Hospitals Tbk

Romeo Fernandez Lledo,Romeo Fernandez Lledo, Presdir PT Siloam International Hospitals Tbk

Siloam juga menjadi pelopor akreditasi Joint Commission International (JCI) Quality di Indonesia dan ini menjadi benchmark bagi pemerintah. Salah satu rumah sakit kami di Bali juga mendapat akreditasi dari Australian Council on Healthcare Standards.

Lntas, bagaimana cara Anda menyiapkan dokter dan paramedis untuk mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat?

Ketersediaan dokter tidak menjadi masalah bagi kami. Sebab, ketika akan berekspansi, kami melakukan survei dan merekrut dokter hingga kemudian memberikan beasiswa ke luar negeri. Untuk perawat, membutuhkan 4-5 bulan untuk memberi mereka pelatihan. Hal yang sama pula untuk teknisi, apoteker, dan staf pendukung lainnya. Kami merekrut mereka beberapa bulan sebelum rumah sakit yang baru beroperasi. Kami menempatkan mereka di rumah sakit yang telah ada untuk pelatihan.

Standar operasional tinggi Siloam dimungkinkan dengan menggunakan teknologi terdepan. Kolaborasi Siloam Hospitals dengan Mochtar Riady Institute of Nanotechnology (MRIN), serta Fakultas Kedokteran dan Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan (UPH) menunjukkan komitmen Siloam untuk menciptakan layanan kesehatan yang berkelanjutan. Kerja sama antara Siloam, MRIN dan UPH dibangun untuk memastikan sinergi antara pengobatan, penelitian, dan pengajaran klinis kontemporer. Sinergi ini merupakan titik tumpu tanggung jawab sosial perusahaan untuk tumbuh dalam kepedulian. Tahun lalu kami memiliki 350-400 sarjana, dan ke depannya akan menargetkan menjadi 800 sarjana.

Apa yang dilakukan Siloam Hospitals agar bisa bersaing dengan rumah sakit di Singapura dan negara lain?

Kami bekerja sama dengan penyedia peralatan medis yang state-of-the-art serta dengan terus- menerus melatih teknisi secara konsisten. Pemerintah juga membantu kami dalam pengembangan peralatan medis state-of-the-art ini. Kami berinvestasi banyak untuk melatih staf medis, sehingga menghasilkan standar layanan yang setara dengan sistem perawatan kesehatan internasional.

Tetapi, terus terang, sesungguhnya sangat sulit bersaing dengan rumah sakit di Singapura. Karena, pasien Indonesia yang dirawat di Singapura akan diperlakukan bagaikan raja. Begitu pula dengan Malaysia, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan Singapura, dokter di sana juga telah terlatih secara internasional.

Karena itu, Siloam akan memosisikan dirinya sebagai alternatif. Untuk itulah, kami banyak berinvestasi pada peralatan medis state-of-the-art, dan menyediakan dokter spesialis sebanyak yang kami mampu. Bahkan, kami juga memanggil ahli dari Singapura untuk membantu kami dalam meningkatkan kualitas layanan Siloam.

Kabarnya Siloam tergolong rumah sakit yang antisipatif untuk memberikan layanan kepada pasien BPJS Kesehatan. Seperti apa praktiknya?

Visi kami adalah menyediakan layanan yang terjangkau dan mudah diakses bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kami melayani berbagai kalangan masyarakat dari kelas atas hingga warga miskin. Kami berpartisipasi dalam program pemerintah untuk memberikan layanan BPJS. Contohnya, kami memiliki RS Umum Siloam di Lippo Karawaci yang didedikasikan untuk warga kurang mampu dengan 85% pasien adalah peserta BPJS kelas tiga.

Dengan visi tersebut, kami telah berkomitmen 18 rumah sakit akan dapat melayani BPJS dan 13 di antaranya kini telah menerima pasien BPJS. Saya rasa kami telah menjalankan dengan baik layanan BPJS sesuai dengan visi kami.

Bagaimana kebijakan Siloam untuk melayani pasien BPJS?

Bagi kami, semua pasien adalah sama. Pasien reguler atau BPJS mendapat layanan yang sama dari Siloam. Yang berbeda hanyalah kelasnya. Apabila pasien telah berada dalam sistem Siloam Hospitals, baik BPJS maupun non-BPJS, mereka akan diperlakukan sama sesuai dengan kelasnya. Mereka pun dapat memperoleh fasilitas yang tersedia apabila membutuhkan layanan seperti MRI dan CT-scan.

Betulkah Siloam menyediakan rumah sakit khusus BPJS?

Ya, Rumah Sakit Umum Siloam didesain untuk melayani pasien BPJS kelas dua dan tiga dengan kapasitas 300 tempat tidur. RSU Siloam mampu melayani 100% pasien BPJS, sementara rumah sakit lain hanya menyediakan 40-60 tempat tidur untuk BPJS.

Berapa banyak pasien BPJS yang dilayani per tahun dan kontribusinya ?

Hampir 15%-20% keseluruhan pasien di jaringan rumah sakit Siloam adalah peserta BPJS. Untuk revenue, pasien BPJS memberi kontribusi mendekati angka 15% dari keseluruhan pendapatan Siloam.

Betulkah RS Siloam Semanggi menyiapkan satu lantai khusus pasien BPJS?

MRCCC Siloam Hospitals Semanggi memang menyediakan spesialisasi layanan BPJS bagi penderita kanker. Sementara rumah sakit lain milik kami menerima pasien umum selama mereka memiliki rujukan dari Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan dari rumah sakit. Apabila pasien berada di kelas tiga, ia akan ditempatkan di RSU Siloam, sedangkan apabila di kelas satu atau dua ditempatkan di Siloam Hospital Lippo Village.

Bagaimana komposisi pasien Siloam?

Sekitar 15% pasien BPJS, 55% pasien reguler, 30% pasien asuransi.

Seperti apa gambaran aset dan personel medis yang dimiliki Siloam saat ini?

Keberadaan RS Siloam saat ini berjumlah 10 unit di Jawa, tiga unit di Bali, tiga unit di Sumatera, dua unit di Sulawesi, satu unit di Kalimantan, dan satu unit di Nusa Tenggara Timur. Dengan fasilitas keseluruhan 4.800 tempat tidur termasuk 900 VIP suites, 320 unit perawatan kritis, dan 70 unit perawatan intensif neonatal. Kamar bedah tersedia sebanyak 55 ruang.

Siloam memiliki tim medis sebanyak 400 dokter umum, 1.800 dokter spesialis, serta 7.200 perawat, asisten kesehatan, teknisi dan staf pendukung untuk melayani kurang-lebih 2 juta pasien per tahun.

Berapa kira-kira pangsa pasar Siloam?

Jika dilihat dari kapasitas tempat tidur, kami masih di angka 8%-9% dari total pangsa pasar nasional. Ambisi kami adalah mencapai 10.000 kapasitas tempat tidur dalam dua-tiga tahun ke depan dan mencapai lebih dari 10% pangsa pasar.

Apa prinsip dan strategi dasar yang dipakai grup rumah sakit ini untuk pengembangan usaha?

Strategi dasar adalah kami melakukan studi dan menjalankan visi kami, yaitu menyediakan layanan kesehatan di semua pulau di Indonesia. Kami telah mengidentifikasi 135 kota, dan 95 kota cocok untuk kami. Dari 95 kota tersebut, 79 lokasi merupakan landbank yang dimiliki Grup Lippo.

Kami sangat selektif dalam menentukan lokasi ekspansi rumah sakit. Bahkan, pada 2010 kami mengidentifikasi 79 dari 85 lokasi. Kami melakukan survei pada kota-kota sebelum berekspansi, pertama melihat populasi dengan opportunity tinggi sekitar 500 ribu penduduk. Ketersediaan dokter juga menjadi faktor pertimbangan kami.

Apa yang dilakukan Siloam Hospitals untuk memenuhi kebutuhan pengembangan usaha dari segi SDM?

Dokter bukan menjadi masalah bagi kami. Kami hanya membutuhkan 60-70 dokter untuk menjalankan sebuah rumah sakit. Sementara dari dokter-dokter tersebut kami hanya membutuhkan 20-30 full-timer dokter, dan sisanya part-timer.

Sementara untuk perawat, salah satu hal yang kami sediakan adalah sekolah keperawatan, dengan memberi beasiswa dan melakukan pelatihan. Kami rekrut, kami latih, dan kami tempatkan di rumah sakit kami.

Kami juga bangga untuk mengatakan bahwa tingkat turnover personel kami sangat rendah Kebanyakan dokter berhenti bekerja karena pensiun atau meninggal dunia. Strategi kami menjalin kerja sama yang atraktif dan revenue sharing model melalui program kami, yaitu Siloam-Doctors Partnership Development Program, sejauh ini berjalan lancar.

Apa prestasi yang bisa dibanggakan dalam lima tahun terakhir?

Kami bisa mengimplementasikan visi kami mengembangkan dari empat menjadi 20 rumah sakit. Rumah sakit kami membutuhkan waktu lima tahun untuk masuk ke kategori rumah sakit yang matang. Tiga tahun pertama adalah keberhasilan kami untuk membuka rumah sakit baru, dan sekarang waktunya untuk mematangkan semua itu.

Lalu, apa target Siloam dalam waktu lima tahun ke depan?

Kami akan terus membangun hingga 50 rumah sakit hingga ujung tahun 2017. Dan, kami tidak akan berhenti di situ. Siloam akan terus membangun rumah sakit karena sesuai dengan visi kami untuk menyediakan layanan kesehatan bagi seluruh pulau berpenduduk di Indonesia. Kemungkinan puncak dari ekspansi kami adalah tiga-empat tahun ke depan, tetapi kami tidak akan berhenti. Setelah tercapai 50 rumah sakit, Siloam paling tidak akan terus membangun 5-6 rumah sakit per tahun dalam rangka mewujudkan visi kami. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved