CSR Corner

Aksi Putri Kembar Boy Thohir Selamatkan Bekantan

Adaro

Gabby dan Gea—sapaan akrab mereka—sebenarnya sudah menjalankan proyek ini sejak masih menjadi siswi di SMA Global Jaya International pada 2013. Ini merupakan kegiatan sekolah yang ternyata justru membuat mereka ingin meneruskannya lebih serius setelah mereka tahu bahwa Bekantan yang nama latinnya Nasalis Larvatus itu kini terancam punah. Tahun 2008 saja jumlahnya tinggal 25 ribu ekor saja di habitat aslinya. Maka itu, setelah mereka menjadi mahasiswi di University of California (UCLA) dan University of Southern California (USC), keduanya lebih serius, dengan membuat tiga strategi inovatif yang berkelanjutan untuk pengembangan proyek ini.

“Kami prihatin ketika ke Pulau Bakut, habitat Bekantan justru tidak terawat, banyak sampah ketika pertama ke sana, warga di sana seperti tidak peduli. Kami kerap membuat tulisan di media-media baik dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris tentang kekhawatiran kami akan punahnya Bakantan,” tutur Gabby mewakili. Gea menambahkan sejak proyek pertama , lalu dirumuskan strategi yang lebih serius.

Strategi pertama, menciptakan kesadaran untuk meningkatkan perhatian pubrik terhadap pelestarian Bekantan dengan melaksanakan activation day di Kota Kasablanka pada 15 Juni 2014 dan berhasil menarik perhatian publik hingga mengumpulkan dana sebesar Rp 100 juta. Kedua, kerja sama dengan lembaga instansi terkait seperti Sahabat Bakantan Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk merealisasikan aksi nyata dalam penyelamatan Bekantan dengan emnanam 500 pohon di Pulau Bakut, habitat Bekantan. Strategi ini mendorong lembaga atau instansi terkait untuk mengambil bagian dan kontribusi langsung dalam pembuatan konservasi Bekantan di Pulau Bakut.

Strategi ketiga, inilah yang sedang didorong keduanya saat ini melalui The Bakantan Twins Project. Melalui penggalangan dana kedua yang nantinya akan digunakan untuk membangun fasilitas konservasi Bekantan di Pulau Bakut, Kalimantan Selatan. Untuk ini, mereka menggandeng Kitabisa.com, situs crowd funding, yang didirikan tiga anak muda antaranya Vikra Ijas dan Alfatih Timur.

Langkah Gabby dan Ghea itu didukung Yayasan Adaro Membangun Negeri (YABN). Menurut Okty Damayanti, Direktur YABN, sejak awal pihaknya mendukung upaya yang dilakukan kedua putri yang berusia 18 tahun itu. “Nah setelah 3 tahun berjalan, kini proyeknya lebih besar, crowd funding ini untuk mendukung BKSDA di sana untuk menjadikan pulau itu sebagai ecotourism. Mengapa menggunakan Kitabisa.com, pertama mereka ahli dalam hal ini, kedua ini merupakan faktor pembalajaran bagi anak muda bahwa mereka juga harus lebih care terhadap pelestarian satwa langka,” paparnya.

Crowd funding yang dimulai sejak hari ini hingga Agustus 2016 targetnya ingin mengumpulkan Rp 200 juta dana yang akan digunakan untuk membangun fasilitas konservasi Bekantan di Pulau Bakut tersebut dan membuat pedestrian atau titian jalan sebagai akses untuk melakukan observasi. Jadi para turis yang berkunjung ke sana, jangan sampai mengganggu Bekantan. T

Menurut Okty, proyek ini juga mendukung pengembangan ekonomi masyrakat lokal, dengan membangun dermaga untuk merapatnya klotok, perahu khas di sana. “Kami di Kitabisa.com juga mengajak masyarakat untuk menjadi penggalang dana, kami menyebut campaigner, yang dananya dikumpulkan secara online. Empat orang yang berhasil mengumpulkan dana paling banyak bisa mendapat kesempatan berkunjung ke Pulau Bekut, Kalsel,” ujar Vikra Ijas, salah satu pendiri Kitabisa,com.

The Bekantan Twins Project telah mendapat apresiasi dari media internasional dengan memenangkan dua penghargaan internasional yaitu ASEAN Champions of Biodiversity Awards 2014 dan Global CSR Awards 2015. Plus penghargaan tingkat nasional yaitu Indonesia Biodiversitas Awards pada 20 September 2014. “Gabby dan Gea baru 18 tahun, kami berharap ini dapat menggerakan lebih banyak anak muda untuk lebih peduli pada lingkungannya,” kata Okt menutup pembicaraan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved