CSR Corner Corporate Action

Bangsa Kita Butuh Low Cost Private School Lebih Banyak

Bangsa Kita Butuh Low Cost Private School Lebih Banyak

Pendidikan menjadi masalah yang krusial di Indonesia. Bagaimana tidak,Undang Undang Dasar Pasal 31 dituliskan bahwa pendidikan merupakan hak tiap warga negara. Namun kenyataannya, banyak sekali Warga negara yang belum mengenyam bahkan mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal, pendidikan menjadi sektor yang wajib untuk diperhatikan.

26sekolah

Data nasional bahkan menunjukkan, 2,4% murid-murid usia sekolah dasar tidak bersekolah. Angka putus sekolah di sekolah dasar di Indonesia adalah 1,09% di tahun 2011/12. Di tingkat sekolah menengah pertama, angka putus sekolah tampak lebih signifikan yaitu 1,74%.

“Dalam sebuah negara, di mana 36 juta anak belum menyelesaikan pendidikan dasar, sekolah swasta berbiaya murah memberikan kesempatan bagi anak kurang mampu untuk memperoleh pendidikan,” ujar Rofi Uddarojat, Peneliti CIPS.

Banyak alasan bagi masyarakat untuk tidak melanjutkan sekolah, termasuk alasan ekonomi. Meskipun pemerintah telah menghimbau untuk terus menggenjot tumbuhnya angka pendidikan minimal 12 tahun dengan cara membebaskan biaya pendidikan, hal ini seolah tidak tepat sasaran, karena kebanyakan yang diterima di sekolah negeri, khususnya di Jakarta sebagian besar berada di pada level ekonomi yang cukup mampu. Selain itu, regulasi yang dibuat pemerintah sebagai syarat untuk dapat bersekolah di sekolah negeri dirasa cenderung memberatkan, seperti kewajiban memiliki akte serta seleksi nilai.

“Bagi masyarakat mampu, mungkin ini bukan hal yang sulit. Tapi bagi masyarakat yang tidak mampu, ini merupakan hambatan. Sebagai contoh, akte lahir. Untuk memiliki itu, memerlukan biaya. Padahal masyarakat tidak mampu untuk menghidupi keluarganya saja susah. Selain itu seleksi. Tentu saja tidak bisa disamakan antara anak dengan latar belakang mampu dan kurang mampu. Mereka yang mampu punya waktu, serta fasilitas untuk menggembleng pendidikan mereka. Namun tidak dengan mereka yang kurang mampu,” tambah Rofi.

Tidak banyaknya warga kurang mampu untuk terus mengenyam pendidikan di level yang lebih tinggi, membuat Low Cost Private School tertarik memudahkan akses pendidikan. Low Cost Private School atau dikenal dengan sebutan sekolah swasta murah merupakan sebuah fenomena yang terjadi di beberapa negara Asia seperti India dan China. Di sana, keberadaan sekolah swasta murah menjadi tren sekaligus solusi bagi pemerataan akses pendidikan.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah hal tersebut sudah diterapkan?

Di Indonesia, sekolah swasta murah sudah mulai terlihat. Di Jakarta, dalam sehari bisa ditemukan sekitar 25 sekolah swasta murah. Kebanyakan dari sekolah murah ini merupakan kesadaran warga sekitar akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anak Indonesia.

“Tanpa sekolah sekolah seperti ini, jutaan anak mungkin tidak mendapat pendidikan sama sekali. Dan hingga saat ini belum ada data mengenai sekolah murah, selain yang kami temukan di wilayah pesisir jakarta,” tambah Rofi,

Direktur Utama CIPS, Rainer Haufers juga mengungkapkan hal yang sama. Swlain karena persyaratan sekolah negeri yang cenderung memberatkan, faktor lain seperti pengawasan orang tua dan ketersediaan tempat menjadi hal lain yang dipertimbangkan. “Sangatlah penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengetahui bahwa sekolah tersebut memberikan akses pendidikan bagi keluarga kurang mampu,” ujar Rainer.

Mungkin beberapa di antara masyarakat berpikir, bagaimana mereka bisa mendapatkan pendidikan yang serupa dengan kualitas yang sudah distandardisasi oleh pemerintah, sementara status dari sekolah tersebut masih dipertanyakan. Menjawab hal tersebut, Rofi kembali berpendapat bahwa standardisasi akan pendidikan menjadi hal yang penting. Namun tidak semata mata harus disamakan dengan sekolah pada umumnya karena low cost private school secara konsep memang cukup unik.

“Standar nasional mengenai kurikulum dan penilaian saya rasa memang ada bagusnya.jadi setara kualitas pengajaran antara murid di Jakarta hingga Papua. Tapi juga tidak serta merta harus sesuai dan baku, karena kebutuhan tiap daerah berbeda. Bisa saja sekolah swasta yang ada di daerah tersebut, melalui pendidikan karakter serta penyesuaian malah membuka kesempatan bagi anak anak untuk menyelesaikan masalah yang saat ini terjadi di lingkungan mereka,” tutup Rofi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved