CSR Corner

Danone Kucurkan Rp 15 Juta untuk Lima Finalis DYSE

Danone Kucurkan Rp 15 Juta untuk Lima Finalis DYSE

Pemuda adalah agen perubahan. Itulah yang menjadi alasan bagi Danone Indonesia untuk menjadikan pemuda sebagai sasaran CSR perusahaan multinasional tersebut. Sejak tahun 2013, Danone sudah menggelar Danone Young Social Entrepreneur (DYSE).

Ini adalah sebuah kompetisi untuk menumbuhkan semangat wirausaha sosial mahasiswa di Indonesia dengan misi Empowering Youth to Empower People. “Kami meyakini bahwa aspek sosial itu tidak akan sustain jika tidak ditunjang dengan keuntungan ekonomi, jadi kedua hal ini harus berjalan bersama,” jelas Poerbaningrat, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Danone Indonesia, saat ditanyakan mengapa Danone memilih menndukung wirausaha sosial.

DYSE

Dalam penyelenggaraan DYSE tahun 2015 ini, menurut Evan Indrawijaya, Direktur SDM Danone ELN Indonesia yang juga menjadi salah satu juri DYSE 2015, pihaknya menerima lebih dari 100 proposal yang datang dari berbagai universitas unggulan di Indonesia. Proposal yang mereka buat memiliki tema beragam, mulai dari pengelolaan sampah, pertanian, air bersih, sanitasi dan kebersihan, pemberdayaan waniya dan anak, hingga perbaikan gizi.

Setelah melalui proses seleksi yang ketat, dipilih 12 finalis yang kemudian oleh dewan juri disaring lagi hingga terpilih 5 gelar juara. “Pemenang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ide bisnis sosial mereka melalui bantuan permodalan dan beasiswa,” jelas Evan. Setiap pemenang lima besar tersebut akan mendapatkan bantuan modal usaha sebesar RP 15 juta dan beasiswa mulai Rp 300 – 400 ribu per orang per bulan selama satu tahun.

“Kriteria pemilihannya, pertama orisinalitas ide. Kedua, dampak bisnis project yang diajukan kepada masyarakat. Terakhir, kesenimbangunan proyek, apakah dapat dilanjutkan oleh komunitas secara mandiri atau tidak untuk jangka panjang,” jelas Evan.

Berdasarkan hasil seleksi dan penjurian hingga mencapai babak final, para juri telah memilih kelompok Dreamdelion sebagai pemenang pertama dari Universitas Gajah Mada. Dreamdelion adalah lima orang mahasiswa UGM yang berusaha memberikan nilai tambah bagi kerajinan tangan stagen tenun, yang merupakan tradisi turun temurun masayarakat desa Sumber Arum. Mereka mengubah stagen tenun yang semula hanya berwarna hitam polos yang bernilai Rp 10 ribu per meter menjadi barang-barang nilai jualnya jauh lebih baik.

“Sebelumnya penghasilan para penenun stagen hanya Rp 500 ribu per bula, dengan inovasi penghasilan mereka meningkat jadi Rp 2 juta per bulan,” ujar Poerbaningrat. Kekuatan proyek Dreamdelion, selain meningkatkan pendapatan, mereka juga memberikan nilai tambah dan menyelmatkan tradisi yang hampir punah yakni menenun stagen. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved