CSR Corner zkumparan

Facebook Bantu UMKM di Daerah Agar Melek Digital

Facebook meluncurkan kampanye bertajuk Laju Digital untuk memberikan keterampilan digital bagi masyarakat Indonesia. Laju Digital akan memperluas keterampilan digital masyarakat hingga daerah pelosok Indonesia Timur.

Ada 15 kota yang disasar, 10 di antaranya kota di Indonesia Timur, seperti Gorontalo, Manikwari, Kupang, dan Mataram. Dalam usah a merealisasikannya, Facebook didukung oleh Kominfo, Kemendikbud, dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Ruben Hattari, Kepala Kebijakan Publik Indonesia Facebook menjelaskan, selama beberapa bulan ke depan, kampanye Laju Digital akan menyelenggarakan rangkaian sesi pelatihan dan workshop yang bisa membantu usaha kecil dan menengah serta masyarakat Indonesia untuk meningkatkan keterampilan digital mereka. Semua program di bawah kampanye Laju Digital tersedia tanpa dipungut biaya bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan segala tingkat keterampilan digital yang mereka miliki.

Ia juga menjelaskan manfaat yang akan didapatkan masyarakat. Pertama, bagi pencari kerja, Facebook akan memberikan keterampilan untuk optimalisasi pemakaian media sosial. Kedua, bagi pemilik usaha kecil, pelatihan inu akan membantu mereka untuk membuat membuat Halaman di Facebook agar bisa menjangkau pelanggan baru serta mengembangkan bisnis. Ketiga, komunitas masyarakat Indonesia di Facebook akan mendapat akses pelatihan literasi digital dan materi edukasi keamanan online. Program literasi digital dan keamanan online Facebook yang telah dimulai sejak 2016 telah menjangkau 108 komunitas, dan lebih dari 11.000 siswa.

“Secara statistik, hampir 80% pengguna internet di Indonesia menggunakan Facebook. Lebih dari 80% pengguna Facebook Indonesia menggunakan perangkat smartphone. Menurut riset CSIS, pengguna internet di kawasan Indonesia Timur baru mencapai 15%, atau 21,45 juta dari seluruh total pengguna internet di negeri ini. Semua pemangku kepentingan pemerintah, swasta, organisasi sipil, harus turun tangan untuk berkomitmen merealisasikan pembangunan Indonesia yang jauh lebih merata,” tambahnya di Jakarta (14/8/2018).

Dalam mencapai visi tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Yanuar Nugroho, Deputi Kepala Staf Kepresidenan Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Budaya, dan Ekologi dan Budaya Strategis, menuturkan, “57% sekolah di Papua tidak punya listrik. 50% dari angka itu, terhubung ke internet. Kita selalu mengatakan bahwa teknologi informasi membuka ruang yang tidak terbatas dalam digitsal space, tapi kalau bicara physical space ada limit, karena kita manusia bertubuh, kebijakan pemerintah juga bertubuh. First call bagi teknologi adalah, first time you acknowledge the limit,” jelasnya.

Hana Keraf, Chief of Community Officer & Partnership Du’Anyam memberikan sudut pandang di lapangan. Du’Anyam mempekerjakan 500 penganyam perempuan di daerah tertinggal. Menurutnya, setiap daerah memerlukan treatment berbeda soal digital. Kendala dalam mengelola Du’Anyam bukan pada akses pasar, namun pada operasi produksi di mana infrastruktur komunikasi belum memadai.

Pada kesempatan yang sama, Mari Pangestu, Anggota Dewan Pembina Yayasan Centre for Strategic and International Studies turut menjelaskan bahwa ada tiga hambatan di Indonesia Timur yang harus diperhatikan, di antaranya listrik, logistik, dan sanitasi. “Kalau kita ingin masyarakat UMKM di bagian timur untuk produktif, dia harus sehat. Listrik, sanitasi, logistik harus memadai. Ini adalah basic issues yang kita ketahui,” ungkapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved