CSR Corner

Ribuan Proposal Banjiri Kompetisi Diplomat Success Challenge 2016

Ribuan Proposal Banjiri Kompetisi Diplomat Success Challenge 2016

Diplomat Success Challenge 2016 (DSC) baru saja menyelesaikan tahap seleksi awal. Ribuan proposal peserta pun membanjiri kompetisi yang digelar untuk ketujuh kalinya itu.

“Tahun ini kami kembali kebanjiran peminat mengulang sukses tahun lalu, ada lebih dari 6.000 proposal yang terjaring masuk,” ujar Surjanto Yasaputera yang menjadi Ketua Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge.

Ada sekitar 6300 proposal yang dinilai memenuhi persyaratan sebagai proposal bisnis. Sebagaimana tahun lalu, peminat berasal dari berbagai latar belakang. Selain didominasi mahasiswa dan mereka yang baru lulus kuliah (61%), kompetisi ini juga menarik minat banyak professional muda (39%).

Proposal yang masuk dikelompokkan dalam 10 kategori. Tiga besar jenis usaha yang paling diminati masih seperti tahun lalu, yakni perdagangan (36%), diikuti oleh kuliner (31%) dan industry kreatif (13%). Diikuti Industri proses (5%), industry agro (4%) dan teknologi informasi (4%).

Hal yang menarik tahun ini adalah munculnya minat di bidang teknologi hijau, energy terbarukan dan pariwisata. Meski secara persentase angkanya masih belum signifikan, namun dari jumlahnya lumayan menggembirakan. Peminat usaha terkait teknologi hijau misalnya, mencapai 73 orang. Sementara yang terkait energi terbarukan ada 26 orang.

presentasi peserta

Sama seperti tahun sebelumnya, jumlah peserta paling banyak masih datang dari kawasan tengah (Kalimantan, DIY dan Jawa Tengah) yakni sebanyak 56%. Posisi terbanyak kedua peserta dari timur (Sulawesi, Jawa Timur dan Indonesia Timur) sebanyak 26%, terakhir dari kawasan barat tahun ini ada di peringkat ketiga sebanyak (15%).

Seleksi awal dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 10 orang, mereka meneliti seluruh 6300 proposal yang masuk. “Ada beberapa proposal yang tidak bisa diloloskan karena tidak lengkap, termasuk yang tidak menyertakan perhitungan cash flow” ujar Surjanto.

Ada juga sejumlah proposal yang harus didiskualifikasi karena tidak menggunakan format yang telah disediakan. Tahap berikutnya, panitia memusatkan perhatian meneliti akurasi angka-angka keuangan dari ribuan proposal yang lolos.

“Kinerja keuangan atau cash flow adalah salah satu hal paling penting dalam proposal usaha. Usaha itu harus menghasilkan untung secara logis. Proposal yang perhitungan keuangannya ngawur sudah pasti langsung dicoret,” ujarnya menambahkan.

Tahap paling berat yang sering mengundang perdebatan adalah ketika sampai pada penilaian terhadap ide-ide usaha, termasuk mengukur orisinalitas bentuk dan kualitas usaha. Hal lain yang tak luput dari penilaian para juri adalah tentang potensi pasar, dan prospek pertumbuhannya. Belum lagi melihat kemungkinan adanya dampak positif terhadap masyarakat sekitar, termasuk adanya unsur pemberdayaan yang juga menjadi nilai tambah.

Akhirnya proses seleksi awal ini berhasil meloloskan 90 proposal untuk tiga kawasan kompetisi; timur, tengah dan barat. Di tiap kawasan masing-masing tersaring 30 kandidat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai challenger. Tahapan selanjutnya yakni audisi yakni ujian yang lebih berat bagi seluruh challenger.

Semuanya harus tampil satu persatu menyajikan proposal ide bisnisnya di depan dewan juri. Saat presentasi, setiap challenger hanya diberi waktu 15 menit untuk memaparkan rencana usahanya. Kemampuan menyampaikan ide, berkomunikasi sudah barang tentu turut menentukan dalam meyakinkan juri.

Berikutnya, mereka yang lolos audisi akan diundang untuk mengikuti tahap selanjutnya, yakni Market Challenge yang akan diadakan di 3 kota yakni Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. Menurut Pak Sur, dalam tahap terakhir ini para challenger akan dihadapkan pada berbagai kasus bisnis yang harus mereka pecahkan. Masing-masing akan menerima tantangan yang sama.

“Misalnya bagaimana mengatasi penjualan produk baru yang terus menurun, inovasi apa saja yang harus dilakukan untuk menarik minat pembeli. Semua seputar tantangan usaha yang sesungguhnya,” tambah Surjanto.

Eddy Dwinanto Iskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved