Editor's Choice Corporate Action

Akhirnya XL Sukses Caplok Axis

Akhirnya XL Sukses Caplok Axis

Pertengahan Maret 2014 menjadi peristiwa bersejarah bagi PT XL Axiata Tbk. Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia itu menandatangani kesepakatan untuk mengakuisisi PT Axis Telekom Indonesia (Axis). Penyelesaian proses akuisisi senilai US$ 865 juta itu dicapai setelah XL mendapat seluruh persetujuan yang dipersyaratkan dalam conditional sales purchase agreement (CSPA) yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Komisi Pengawas Persaingan Usaha serta RUPSLB.

Untuk mengetahui lebih jauh langkah akuisisi yang merupakan bagian dari strategi induknya, Axiata Group, untuk memperkuat bisnisnya di pasar telko, SWA mewawancarai Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL. Berikut ini petikannya:

Akhirnya selesai juga proses akuisisi Axis oleh XL …

Ya, proses akuisisi ini berlangsung hampir dua tahun. Akhirnya, semua persyaratan untuk akuisisi sudah cukup. Tidak ada yang keberatan dengan akuisisi ini. Seluruh persetujuan yang dipersyaratkan sebelumnya dalam Perjanjian Jual-Beli Bersyarat telah kami kantongi.

Dari mana dana untuk mengakuisisi?

Sebesar US$ 500 juta dari Axiata. Sisanya, pinjam dari Bank DBS sebesar US$ 200 juta, US$ 100 juta dari Bank UOB, serta US$ 65 juta dari Bank of Tokyo-Mitsubishi. Jadi, 60% dana akuisisi datangnya dari pemegang saham XL, bukan dari utang.

Setelah diakuisisi, apakah nama Axis masih tetap dipakai?

Brand Axis akan tetap dipertahankan untuk beberapa waktu demi kenyamanan pelanggan. Apa yang dimiliki pelanggan Axis masih tetap bisa dinikmati pelanggan yang sudah ada, untuk kenyamanan pelanggan. Kami sedang melakukan kajian berapa lama kami akan pertahankan Axis. Brand itu mahal, XL dan Axis sama-sama mahal. Saat ini masih dilakukan kajian lebih detail lagi.

Hasnul Suhaimi. XL yang dulunya sudah kuat, ditambah Axis akan makin kuat lagi pasarnya di anak muda

Hasnul Suhaimi. XL yang dulunya sudah kuat, ditambah Axis akan makin kuat lagi pasarnya di anak muda

Apakah Axis akan dikhususkan untuk segmen anak muda?

Segmen pelanggan XL kuat pada anak muda, first jobbers, profesional, UKM, dan sektor nonformal. Sementara itu, Axis belum kuat di segmen tersebut. Axis kuat di segmen anak muda dan pengguna data. Nah, ini artinya matching. Dengan cara ini, XL yang dulunya sudah kuat ditambah Axis akan makin kuat lagi pasarnya di anak muda. Lalu, apakah Axis hanya akan difokuskan untuk garap pasar anak muda? Kita lihat nanti saja.

Hasnul Suhaimi

Kan Axis punya 25 Mhz, terdiri dari 10 Mhz 3G (2.100) dan 15 Mhz 2G (1.800). Namun, sebagian dikembalikan ke pemerintah, yaitu yang 10 MHz-2.100. Kapan, bagaimana cara dan pengaturannya, kami mengikuti aturan pemerintah. Kami bekerja sama dengan Kemenkominfo untuk teknis pelaksanaannya. Komitmen kami selalu mengikuti peraturan pemerintah.

Apa cara XL untuk mengoptimalkan frekuensi?

Dulu, empat tahun lalu, 1.800 gunanya hanya untuk 2G. Waktu itu, diramalkan 2G akan turun, 3G akan memimpin. Jadi, kami buat 3G. Ternyata, dua tahun terakhir kita bicara bahwa 1.800 tidak cuma untuk masa lalu, tetapi juga masa depan, yakni LTE. Nah, yang 15 Mhz di 1.800 tadi, sekarang untuk 2G. Targetnya tahun depan kami sudah gunakan untuk LTE. Seandainya 1.800 hanya bisa untuk 2G, tentu saya tidak akan support pembelian Axis ini. Jadi, tidak akan sia-sia frekuensi dari Axis itu.

Apa benefit bagi pelanggan dengan merger kedua merek itu?

Untuk Axis, yang tadinya coverage-nya tidak terlalu bagus, pelan-pelan akan kami beri roaming nasional. Jadi, Axis akan punya jaringan nasional. Sementara untuk pelanggan XL akan ada tambahan kapasitas. Saat ini kapasitas frekuensi Axis berlebihan buat mereka — karena pelanggannya tidak banyak — maka kami berikan kapasitas ini buat pelanggan XL. Tentu, ini butuh waktu, tidak bisa disulap langsung jadi. Perkiraan kita, 3-6 bulan semua itu akan meningkat.

Bagaimana dengan layanan pelanggan?

Hasnul Suhaimi

Lalu, bagaimana dengan masa depan karyawan Axis?

XL terbuka menerima karyawan Axis sesuai dengan kebutuhan organisasi dengan persyaratan yang berlaku umum di dunia profesional. Ketika digabung, kami lihat nanti kebutuhan-kebutuhan mana yang perlu diisi akan kami ambil dari Axis dulu. Tentu saja, sesuai dengan tes profesional biasa. Karyawan Axis tidak otomatis masuk.

Sekarang posisi XL nomor dua, apakah akuisisi ini dalam rangka mengejar ke nomor satu?

Pendapatan XL kira-kira 18% dari nilai pasar, sementara Axis hanya 2%-3% dari nilai pasar. Gabungan keduanya hanya 21%. Sementara pemain yang nomor satu itu pasarnya sampai 46%. Dulu kami dari nomor 3 menjadi nomor 2, itu juga butuh waktu empat tahun. Sementara sekarang pasarnya sudah jenuh. Artinya, kami tidak perlu mengejar orang yang terlalu jauh. Lebih baik kami berikan yang terbaik bagi pelanggan.(*)

Sudarmadi dan Sigit A. Nugroho

Akuisisi sebagai Solusi

Pakar bisnis telco yang juga Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, melihat akuisisi dan merger merupakan hal biasa dalam bisnis telekomunikasi, apalagi saat ini dalam posisi tidak sehat, semua operator dalam keadaan merugi dan persaingan makin sengit. “Tampaknya Axis memang sudah menyerah dan pihak Arab Saudi melihat bahwa regulasi juga tidak berpihak kepada mereka sebagai pemain kecil di industri telekomunikasi Indonesia. Sementara XL dari sisi jaringan juga dalam posisi yang perlu perbaikan karena alokasi frekuensi, terutama untuk data, tidak memadai dibanding jumlah penggunanya. Jadi, akuisisi ini merupakan solusi,” Heru menjelaskan.

Heru melihat pula, sekalipun peluangnya besar, perlu waktu untuk menyinergikan jaringan dan SDM. Apalagi ada PR terkait perizinan yang masih perlu dituntaskan dan pemerintah pun akan mengambil 10 MHz dari gabungan XL-Axis. Dengan akuisisi frekuensi 1.800 MHz dari Axis, XL akan cukup frekuensi untuk menjalankan LTE. Di Frekuensi ini Telkomsel punya 22,5 MHz, Indosat 20 Mhz. XL yang tadinya hanya 7,5 MHz dengan tambahan dari Axis 15 MHz, sekarang menjadi 22,5 MHz. “Artinya, XL punya frekuensi cukup untuk menggelar jaringan 4G. Jika tidak akuisisi, XL tidak bisa gelar 4G. Minta Telkomsel atau Indosat? Nggak akan dikasih,” ujar Heru. Tantangannya, XL harus memperbarui perizinan, mengembalikan frekuensi, mengharmonisasi jaringan dari XL-Axis, serta mengombinasikan SDM yang ada. Di sisi lain, mereka harus tetap jualan dan berinovasi.

Sigit A. Nugroho


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved