Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Aksi Aries Sukseskan Metacare

Oleh Admin
Aksi Aries Sukseskan Metacare

Maju terus pantang mundur. Begitulah sikap Aries. Meskipun kerja keras dan karyanya tak mendapat tempat di pasar tahun 2002, pria bernama lengkap Setiabudi ini tidak putus asa. Ia terus berjuang. Dan pada 2008, pemilik PT Metasistem Solusi – penyedia aplikasi untuk rumah sakit dengan merek Metacare – ini mendapat klien pertama, yaitu Pertamina Bina Medika.

Aries Setiabudi

Aries Setiabudi, pemilik PT Metasistem Solusi

Kini pelanggannya sudah banyak. Ia mengatakan, sekitar 50 instansi sudah merasakan kelebihan layanan aplikasi ini, antara lain, 20 jaringan klinik Pertamina Bina Medika, Rumah Sehat Indonesia, Rumah Zakat Indonesia, Rumah Sakit Paru Dr. HA Rotinsulu Bandung, BSA Cargo, SDIT Bintang Madani, Pemprov Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Riau, Pemkot Dumai, Eka Hospital, Asuransi Sinar Mas, RS Islam Nahdlatul Ulama Demak, serta beberapa rumah sakit lainnya.

Yang paling membanggakannya, pada 2010 pria kelahiran Cimahi 24 Maret 1977 ini mendapat penghargaan dari ajang berskala nasional, yakni Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA), dengan kategori Open Source Application terbaik. Yang kedua, pada tahun yang sama ia mendapat penghargaan dalam kategori enterprise terbaik dari Telkom yang bernama Indigo Fellowship.

Keterlibatan pria lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STMIK) Bandung ini di bidang aplikasi rumah sakit berawal di tahun 2002. Saat itu Aris dan beberapa rekannya membangun sebuah aplikasi yang diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya dalam kegiatan penanggulangan bencana. Sayang, niat baik dari Aris dkk. ini tidak memperoleh respons yang baik, dan Aries merasa kecewa. Namun, hal ini malah membuat Aries penasaran.

Pada 2008, Aries kembali memberanikan diri untuk mencoba membangun sebuah aplikasi solusi bagi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Rupanya Aries melihat masih ada peluang mengembangkan aplikasi ini di Indonesia. Walaupun diakuinya sudah banyak aplikasi pelayanan kesehatan di Tanah Air. Saat itu, hampir semua aplikasi layanan kesehatan yang ada menawarkan fasilitas yang belum menyeluruh (komplet). Di sisi lain, Aries melihat perlunya konvergensi aplikasi layanan kesehatan yang ada di Indonesia. “Kebanyakan aplikasi saat itu hanya terbatas pada pelayanan billing pembayaran rumah sakit,” ia menuturkan. Tanpa disangka, sebuah instansi pelayanan kesehatan mulai melirik aplikasi yang dibangun Aris. Instansi itu adalah Pertamina Bina Medika.

Ia mengklaim, keunggulan aplikasi yang ia kembangkan adalah solusi Metacare berbasis open source software (OSS). Dengan OSS, maka pengguna dapat mempelajari dan memodifikasi untuk membuat software sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut Aries, ia sengaja mengembangkan Metacare dengan menggunakan OSS lantaran prihatin dengan banyaknya aplikasi kesehatan yang berharga lisensi miliaran rupiah. Bandingkan dengan aplikasinya yang bertengger di angka Rp 120 juta (untuk masa pengembangan, migrasi, transisi, dan implementasi selama 6 bulan). “Selain harganya mahal, mayoritas aplikasi ini mengadopsi lisensi closed source atau propietary software,” ujarnya. Akibatnya, pengguna sistem aplikasi tersebut menjadi sangat bergantung pada vendornya. Sebagai catatan, Metacare menggunakan database server, PostgreSQL. Adapun sistem operasional di server menggunakan Linux/FreeBSD, terutama Ubuntu Linux.

Keunggulan lainnya, ia menambahkan, kebanyakan pemain di bisnis ini membuat solusi hanya mengurusi pembayaran atau hal yang berkaitan dengan administrasi rumah sakit. Berbeda dari Metacare, aplikasi ini mencakup urusan manajerial instansi kesehatan, mulai dari administrasi pembayaran hingga tata kelola sumber daya instansi kesehatan.

Yang menarik, untuk mempermudah pengguna, Metacare dirancang agar tidak menuntut sumber daya dan prasarana yang tinggi. Dengan komputer PC rakitan pun, aplikasi ini sudah dapat dioperasikan secara optimal.

Untuk membeli aplikasi ini, ternyata Aries melakukan kemudahan dalam pembayaran. Pembayaran tidak dilakukan saat itu juga, melainkan setiap bulan setelah instansi tersebut menggunakan aplikasi dari Metacare ini. “Pembayarannya bersifat transactional-based. Jadi pihak rumah sakit membayar kepada kami sesuai dengan pendapatan yang mereka raih dari pembayaran biaya administrasi di bulan itu,” ujar ayah dua anak ini. Pembagiannya, 70% untuk Metacare, dan 30% untuk pihak klien.

Pria berusia 35 tahun ini mengungkapkan, untuk membangun aplikasi ini diperlukan biaya yang tidak sedikit, yaitu senilai Rp 3 miliar. Dana tersebut berasal dari beberapa pihak, termasuk dari dana inkubasi yang diperolehnya dari Telkom. Saat ini, Aries hanya fokus menggarap pasar instansi kesehatan yang sifatnya menengah ataupun rumah sakit ibu dan anak. “Kalau rumah sakit yang besar suka agak ribet. Malah, kemungkinan untuk bertemu dengan pemiliknya jauh lebih besar (di rumah sakit menengah) dibanding rumah sakit besar,” ujar Aris beralasan.

Namun ke depan, Aris berharap Metacare mampu menggarap pasar di instansi kesehatan berskala lebih besar. Selain itu, dalam waktu dekat, timnya yang saat ini terdiri dari 10 orang juga akan mengembangkan aplikasi mobile untuk Metacare sehingga sistem Metacare dapat diakses melalui beragam platform, seperti BlackBerry, Android, Symbian, Windows Mobile, dan iPhone.

Yuyun Manopol & Radito Wicaksono


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved