Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Aphrodita Wibowo: Cemprut, Nama Panggilan Pembawa Berkah

Aphrodita Wibowo: Cemprut, Nama Panggilan Pembawa Berkah

Cemprut. Itulah merek unik nan lucu produk kerajinan tangan besutan Aphrodita Wibowo dan suaminya, Agung Nuzul Wibowo. Produk berupa boneka mungil bertekstur empuk berbentuk lucu (plushie), boneka dari kaus kaki (sock doll), syal berpola binatang, tas unik berbahan denim, sarung bantal sofa bermotif lucu, dompet, masker tidur dan berbagai kreasi unik lainnya itu sudah memiliki penggemar tersendiri. Setiap kali “lahiran” alias meluncurkan produk terbarunya di dunia maya, dalam hitungan hari, ratusan item kreasi Aphrodita ludes dibeli – eh, “diadopsi” – para penggemarnya.

Aphrodita Wibowo

Aphrodita Wibowo

Dita, sapaan akrab perempuan kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 1985 itu mengawali bisnisnya lima tahun silam di Tangerang, dengan hanya bermodal Rp 75 ribu. Merek Cemprut sendiri dicomot dari nama panggilannya semasa kecil. “Awalnya memang nggakdiniatin buat dijadikan bisnis utama, sekadar sampingan membantu suami,” tuturnya.

Dita sendiri sejak kecil memang kerap membuat berbagai karya kerajinan tangan. Dan saat pindah ke Tangerang, Dita kembali meneruskan hobi lamanya. Tak disangka, belakangan banyak kerabat dan sahabat yang menyukai, bahkan memesan hasil karyanya. Melihat minat pasar yang terus membesar, akhirnya Dita bersama suami fokus membesarkan Cemprut.

Setiap desain karyanya, ungkap Dita, merupakan buah dorongan hatinya. Alhasil, jadilah produk Cemprut berkarakter warna-warni yang kental dengan nuansa tabrakan warna, bahkan pola kainnya. “Yang saya bikin adalah apa yang hati saya lagi ingin bikin. Dan itu tergantung mood, hehehe… Jadi kadang hasil goodies-nya punya bermacam-macam bentuk,” tutur lulusan Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Hingga kini, Dita mengaku hanya membuat produk sesuai dengan keinginannya, bukan kemauan pasar. “Sampai saat ini, kami masih berani buat, belum menerima made by order. Saya yang menentukan apa saja yang akan dibuat. Memastikan setiap detail karya adalah hasil pilihan saya,” ujarnya. Adapun suaminya berperan dalam urusan jual-beli, mulai dari foto produk, mengurusi “lahiran” sampai proses “pengadopsian” produk Cemprut oleh konsumen.

Keunikan kreasi Dita tak berhenti di sana. Sama seperti bentuknya yang unik, setiap produk Cemprut memiliki identitasnya tersendiri. Berbeda dari berbagai produk kerajinan tangan lainnya yang justru mengusung merek asing, produk Cemprut lekat dengan nama Jawa Tengah seperti Sukarto, Marmoyo, Paijo, Ratmiatun, Darsinah, Dulmijah dan sebagainya. Bagi Dita, penamaan tersebut bukan sekadar unik, tetapi merupakan personalisasi produknya. “Tiap orang akan punya satu goodie Cemprutnya sendiri tanpa merasa ada yang menyamai,” katanya.

Selain itu, gaya penjualannya pun dikemas tak lazim. Bagi Dita yang menganggap setiap kreasinya merupakan bayinya, tidak ada istilah menjual, melainkan mengajak para peminat untuk “mengadopsinya” dalam momentum “lahiran” Cemprut melalui laman Facebook Cemprut Indie Craft. Biaya adopsinya? Berkisar Rp 35-225 ribu. Dalam sebulan, dua kali Dita menggelar proses “lahiran” alias peluncuran produk terbarunya.

Berkat keaktifannya berjualan melalui dunia maya dan gencar mengikuti berbagai pameran semasa awal merintis bisnisnya, kini Cemprut sudah memiliki tempat tersendiri di hati para penggemar produk kerajinan tangan. Terbukti, setiap kali “lahiran”, dalam hitungan hari bayi-bayi Dita selalu ludes “diadopsi” para penggemarnya. Total, tak kurang dari 300 item terjual setiap bulan.

Meski kini sudah relatif mudah memasarkan “bayi-bayinya” melalui dunia maya, Dita secara berkala masih aktif mengikuti berbagai pameran dan bazar kerajinan tangan, aktivitas yang sejak awal berhasil memopulerkan Cemprut. Sebagaimana pada eventCrafty Days yang digelar di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Mei tahun lalu. Di pameran produk kerajinan tangan tersebut, Dita mengusung tema Rock and Roll. Hasilnya adalah deretan plushie berkarakter Elvis Presley, Kurt Cobain, Jimi Hendrix, hingga kuartet The Beatles. Bahkan, untuk tote bag dan dompet, ia mencantumkan lirik lagu dari The S.I.G.I.T, John Lennon, hingga band rock asal Amerika Serikat, Red Hot Chili Peppers.

Adapun dalam ajang Crafty Days ke-8 tahun ini yang digelar pada 8 Februari 2014 di tempat yang sama, Dita berencana menghadirkan kreasi bertema Satriya & Srikandhi Pasundan. Di ajang serupa, Dita akan mengisi workshop pembuatan boneka kaus kaki, sedangkan suaminya menjadi pembicara di segmen strategi berbisnis di toko online.

Hasil kombinasi pameran dan keaktifan Dita di dunia maya membuat karyanya tak pernah sepi peminat. Dita kini lebih memfokuskan penjualan melalui dunia maya. “Jualan online banyak menghemat waktu, tempat dan biaya, juga bisa diakses banyak orang di seluruh dunia,” ujar Dita yang saat ini dibantu tiga orang tetangganya dalam berproduksi.

Meski sudah sukses menjalani passion-nya dan mendapat imbalan sepadan, Dita berambisi melangkah lebih jauh: memperkenalkan karyanya ke pentas global. Memang, dengan penjualan melalui dunia maya yang tak mengenal batas negara, sebenarnya hal itu mudah tercapai. Dita pun memiliki rencana khusus. “Kami sedang merencanakan untuk membuka akun Etsy dan ingin mengikuti craft day internasional yang Cemprut idam-idamkan, namanya Renegade Craft Handmade,” tuturnya menyebut online market place terkemuka dan pameran akbar internasional untuk produk kerajinan tangan itu.

Plus, “Cemprut juga kepingin punya workshop sendiri, biar punya rumah buat ruang adopsi, juga bisa buat tempat berkumpulnya para crafter untuk berbagi ilmu,” Dita menggarisbawahi.

Gustyanita Pratiwi dan Eddy Dwinanto Iskandar

Riset: Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved