Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Boncengan Motor Ala Novi

Boncengan Motor Ala Novi

Bagi Novi Riyan Sari, peluang bisnis bisa datang dari mana saja. Bahkan, dari kebutuhan pribadi pun bisa menggelinding menjadi bisnis yang menjanjikan. Awalnya, Novi, begitu panggilan akrab perempuan berusia 30 tahun ini, menciptakan boncengan motor untuk kebutuhan dirinya yang setiap hari mengantar dan menjemput buah hatinya ke sekolah dengan sepeda motor. Boncengan belakang yang ia buat sendiri itu tidak cuma aman tetapi juga nyaman, sehingga saat perjalanan pulang sekolah atau berkendara cukup jauh, anaknya bisa terlelap dengan aman di belakang. Pasalnya, Novi membuat boncengan motor yang dilengkapi dengan sabuk pengaman, sandaran punggung dan pembatas kiri-kanan yang tinggi agar bisa menopang badan dan kepala anak, serta dibungkus dengan busa tebal berlapis bahan semikulit.

Novi Riyan Sari

Novi Riyan Sari, pemilik bisnis boncengan motor berlabel Safety Boncengan Motor

Tak dinyana, hasil kreasinya itu memincut teman-temannya sesama kaum ibu yang juga mengantar jemput anaknya. Novi, yang sejak lulus kuliah tertarik menekuni bisnis, tergerak pula untuk serius menekuni bisnis pembuatan boncengan motor. Ia melihat pasar terbuka lebar di depannya. Menurutnya, produk boncengan motor amat dibutuhkan para orang tua, khususnya ibu yang kerap melakukan mobilitas dengan putra-putri balitanya menggunakan sepeda motor. Memang, tidak aman juga memboncengkan seorang balita sendirian yang lantas mengantuk di tengah jalan. “Sayangnya, penyedia alat bantu yang aman seperti ini masih jarang di pasaran. Rata-rata orang tua masih mengalami kesulitan mencari alat bantu bonceng anak yang aman dan tidak merepotkan,” ungkap Novi menjelaskan ketertarikannya merintis bisnis boncengan motor.

Sejak 2013, sarjana ekonomi lulusan Universitas Negeri Yogyakarta ini pun serius menekuni bisnis boncengan motor yang diberi label Safety. Bahkan, agar kreasinya tidak dicuri orang, ia langsung mendaftarkan hak paten Safety Boncengan Motor ke Dinas HAKI. Dengan modal Rp 5 juta yang diambil dari tabungan pribadinya, Novi optimistis produk boncengan motor yang menyasar target pasar para orang tua yang memiliki anak usia di bawah 10 tahun itu bisa diterima pasar. “Orang tua yang dimaksud adalah orang tua yang tidak memiliki kendaraan roda empat, para bunda yang belum bisa mengendarai mobil, dan orang tua yang tidak ingin terjebak macet di jalanan,” paparnya.

Menyadari tak memiliki keahlian di bidang desain industri, pengelasan dan pembuatan jok, Novi pun menggandeng dua mitra kerja. “Mereka full bekerja untuk bagian produksi. Seorang partner memproduksi rangka boncengan dan partner lainnya yang memasang joknya,” katanya. Ada dua jenis boncengan motor yang ia tawarkan: dipasang di belakang dan dipasang di depan. Bentuknya berupa kursi yang bisa dibongkar pasang dan mudah cara pasangnya. Relatif lebih aman dipakai karena terdapat sandaran punggung dan sampingan kanan-kiri yang berfungsi sebagai penopang badan dan kepala anak ketika mereka tertidur. Selain itu, terdapat sabuk pengaman yang juga berfungsi sebagai penopang badan anak. Cara pasangnya pun mudah dan tidak merusak bodi motor, karena desainnya menyesuaikan dengan jenis motor pemakai. “Tidak repot ketika isi bensin, tinggal angkat jok. Tidak repot juga ketika ingin berboncengan dengan dua orang dewasa, tinggal melepas sampingan kanan-kirinya,” ia menjelaskan.

Untuk memasarkan produk Safety Boncengan Motor, Novi menjalankan strategi pemasaran dengan dua sistem: online dan offline. Sistem online untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui situs web www.boncenganmotor.com dan www.jualboncenganmotor.wordpress.com, serta melalui media sosial seperti Facebook, Line, WhatsApp dan BlackBerry Messenger. Juga melalui penyedia situs lapak online Tokopedia dan Bukalapak. Adapun pemasaran offline, untuk menjangkau pasar lokal khususnya, melalui sebar brosur di sekolah TK yang ada di wilayah Yogyakarta. “Juga penawaran kerja sama reseller bagi mereka yang ingin menjualkan produk kami ke pasar untuk pemasaran yang lebih luas ke seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Saat mendapat pesanan pertama dari luar kota, Novi sangat surprised. “Langsung disurvei oleh ayah pemesan. Beliau hanya bisa melihat contoh produknya di motor yang sedang saya pasangi boncengan tersebut. Saat itu saya belum membuka toko offline, jadi pesanan saya buat by order,” katanya.

Maria Ulfa (33 tahun), ibu rumah tangga yang merupakan salah satu konsumen setia Safety Boncengan Motor, mengaku sudah membeli tiga kali boncengan motor Safety. Ibu dua anak ini melihat dari Internet. “Boncengan motor ini bisa memberikan kenyamanan bagi anak-anak yang dibonceng oleh orang tuanya saat berpergian dalam jarak dekat ataupun jauh,” kata Maria yang setiap ganti motor dipastikan membeli boncengan motor. “Boncengan motornya disesuaikan dengan jenis motor,” imbuhnya.

Novi juga terus berinovasi untuk menghasilkan produk baru atau tambahan modifikasi untuk fungsi tambahan dari fungsi utama. “Supaya penjualan tidak stagnan,” katanya. Inovasi tak hanya menyentuh sisi produk, tetapi juga pelayanan penjualan dengan jaminan garansi yang dapat meningkatkan kepercayaan pasar terhadap produk dan toko.

Setelah cukup mapan dengan produk boncengan belakang, belum lama ini Novi melakukan inovasi dengan cara memodifikasi model utama, yaitu dengan menambah breket pada bagian belakang sandaran punggung. Dengan adanya breket tambahan, bertambah pula fungsinya, yakni breket bisa dipakai sebagai tempat untuk memasang boks motor. Selain itu, ia berinovasi pula dengan membuat penutup dada yang bisa dipasang di seatbelt boncengan belakang. “Kami juga berinovasi dengan menambah jenis produk baru, yaitu boncengan depan yang baru jalan 6 bulan ini,” paparnya.

Dengan menjalankan prinsip saling berbagi rezeki dan kepercayaan, penjualan berkisar 100-150 unit per bulan. Dibanderol Rp 410-425 ribu untuk boncengan belakang dan Rp 250-300 ribu boncengan depan, omsetnya diperkirakan Rp 40-60 juta per bulan. Dengan jumlah karyawan lima orang ditambah tiga tim produksi, ia menargetkan ke depan memiliki pabrik produksi dengan mesin yang lebih canggih dan peningkatan penjualan dengan membuka keagenan di seluruh wilayah Indonesia. “Untuk memperluas wilayah pemasaran, kami melakukan strategi dengan penawaran program reseller dan dropship bagi mereka yang tertarik memasarkan produk kami,” tuturnya.

Jumlah produksi yang masih terbatas menjadi kendala yang dihadapinya selama ini. Padahal, permintaannya cukup besar. “Juga ketidakseragaman ukuran produk yang dihasilkan menjadi kendala karena masih skala rumahan,” katanya. Karena itu, imbuh dia, target untuk memiliki pabrik bukanlah target yang muluk.

Toh, kendala itu tak membuat Novi patah semangat. Jatuh bangun dalam berbisnis sudah dilakoninya sebelum memutuskan menekuni bisnis boncengan motor. Kiprahnya sebagai wirausaha diawali dengan mengelola usaha sang ibu sembari menjalankan bisnis MLM. Tahun 2010, ia ikut sang suami yang dosen di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya ke Negeri Sakura. Menemani suaminya yang mengambil studi master, ia melihat peluang memasarkan hijab. “Ketika itu saya agak kesulitan mendapatkan hijab, padahal jumlah Muslim di Jepang cukup banyak,” katanya.

Berbekal modal yang tidak seberapa, Novi membeli lusinan jilbab dari Indonesia yang kemudian dijualnya secara online di sebuah domain situs web dengan alamat www.HijabJapan.com. Setahun di Jepang, kembali ke Tanah Air, ia kembali mengelola usaha ibunya. Pada saat bersamaan, ia mulai merintis usaha bersama suaminya, mulai dari waralaba makanan sampai usaha online. Sampai pada 2013, ia mencetuskan ide membuat produk alat bantu boncengan anak di motor berkat pengalaman repotnya memboncengkan anak balitanya di motor.

Bagi Maria Ulfa, ide bisnis boncengan motor yang digulirkan Novi sangat menarik. Hanya saja, ke depan, ia menyarankan supaya terus berinovasi dan mengembangkan produknya lebih luas. “Awal saya membeli sandaran untuk anak itu tidak terlalu tinggi, sehingga untuk anak yang badannya lebih besar jadi kurang nyaman. Terakhir saya beli, sandarannya sudah tinggi sehingga bisa untuk anak saya yang besar juga. Jadi, kalau bisa disesuaikan dengan kondisi anaknya, saat ini kan banyak anak-anak yang gendut,” saran Maria.

Henni T. Soelaeman dan Sri Niken Handayani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved